Irrad terlalu sering sendirian. Lahir di keluarga yang lebih dari kata berkecukupan jasmaninya, Irrad lebih sering merasa sendirian. Sendiri, sepi, hampa.
Irrad yang sejak kecil terlalu susah merasakan kasih sayang orangtuanya selalu berpikir bahwa dirinya tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang itu dari orang lain. Dia tidak layak, itu pikirnya.
Namun, pikirnya berubah saat temu tatap mata hitam legam yang teduh. Hatinya menghangat tiap kali ia rasakan dekap hangat pemuda bernama Skylar itu, yang berusaha tenangkan Irrad di saat sedihnya menguasai.
Dunia Irrad hitam putih, selalu hitam putih sebelum bertemu dengan Skylar.
Irrad bahagia, sungguh bahagia dengan momennya yang dibersamai oleh Skylar. Miliki dan dimiliki Skylar, ah apa yang Irrad bisa harapkan lebih dari itu?
Irrad nikmati momennya bersama Skylar. Jatuh cinta di bawah langit yang cerah, menari dan menggenggam tangan satu sama lain di bawah hujan, suka duka yang lalui bersama. Cinta keduanya penuh untuk satu sama lain, penuh untuk saling mengisi dan melengkapi.
Irrad pernah percaya bahwa cintanya akan habis di Skylar dan Skylar akan menjadi tempat singgahnya yang pertama dan terakhir. Skylar adalah pemilik hati Irrad seutuhnya, habiskan cinta Irrad dengan egois untuk dirinya sendiri, menjadi tempat pulang Irrad untuk pertama dan terakhir kalinya. Itu semua benar adanya.
Namun, tidak seperti halnya sebuah dongeng, kisah cinta Irrad itu bukannya berakhir dipenuhi bunga dan sukacita. Bukan akhir bahagia bak kisah dongeng yang Irrad dapatkan, tapi akhir bahagia yang ia tahu bahwa itu yang terbaik.
Cermin tunjukkan tubuhnya yang terbalut tuksedo hitam, sepatu pantofel yang hiasi telapak kakinya, rapi sekali pikir Irrad. Dilengkapi dengan poles ringan di wajahnya, Irrad tampak sempurna. Irrad benahi dasi yang melingkari lehernya, senyum tipis dikembangkannya menatap pada cermin yang pantulkan bayang dirinya sendiri.
Di sana, di altar, Skylar sudah menunggunya. Bukan penantian sebagai sepasang anak adam yang kan berbagi janji suci, tapi sebagai seorang lelaki yang berarti bagi Skylar.
Iya, Irrad tidak berdiri di atas altar itu bersama Skylar. Irrad hanya pendamping, sebagai "Best Man" yang telah Skylar pilih dan pinta izinnya tuk nikahi perempuan yang dipilih Skylar.
Irrad tahu, Skylar mencintainya. Irrad pun tahu, Skylar bukan mempermainkannya.
Hanya, mungkin, memang pada kenyataannya mereka akan lebih baik menjadi sepasang sahabat yang saling menjaga. Bukan sebagai sepasang anak adam yang jalinkan kasih dan beri kecup juga peluk hangat di malam hari sebelum mimpi menjemput.
Akhir bahagia ini, seluruhnya adalah takdir yang tentukan. Biarkan Irrad habiskan seluruh cintanya untuk Skylar dan sisanya... ia hanya melanjutkan hidup.
Irrad pilih untuk melajang seumur hidupnya, Skylar pilih untuk habiskan kenangan terindahnya bersama Irrad dan lanjutkan halaman berikutnya dengan habiskan cintanya pada pasangan hidup yang ia pilih.
Tidak masalah untuk ambil jalan yang berbeda, mereka masih sama.
Sama-sama Skylar dan Irrad, hanya saja tidak ada kata "kami" atau "kita" hanya ada "aku" dan "kamu" tuk jalani.
gue author gue pamit
KAMU SEDANG MEMBACA
MLBB Pro Player
Teen FictionPlease jangan salpak‼ homopobhic go away ~ . . . Jadwal update ga nentu