SkyRad 'Hujan waktu itu'

830 62 6
                                    

Saya kembali hahahahah
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ

Hujan deras hari itu cukup untuk meredupkan manik langit milik seorang pemuda yang sebelumnya selalu terang seperti langit musim panas. Manik itu menatap hujan yang membasahi tubuhnya dengan kosong.

Ah, berasa di ketinggian seperti ini membuatnya jadi dekat dengan hujan yang disukainya. Benar, Irrad suka hujan. Dia suka ketika hujan membasahi rambut dan bajunya, dia suka ketika hujan memberinya nafas tak seperti di dalam sana yang membuatnya sesak.

Sepatu favorit yang dibeli Skylar sebagai kado ulang tahun ke dua puluh semakin melangkah maju. Setengah sepatunya sudah dapat menatap tanah di bawah sana. Maka Irrad langkahkan lagi kakinya hingga tubuhnya terasa ringan seperti tak ada gravitasi.

Tetapi, dia keliru. Tubuhnya tiba-tiba menjadi berat. Pandangan yang mulai dikaburkan oleh hujan itu menatap sosok sang pacar yang menahan tangannya.

"IRRADD!" teriaknya dengan tangis yang membuat pipinya memerah. "Rad kalau mau main hujan, main sama aku aja! aku bakal temenin main hujan sampai puas! Jangan mau dipeluk sama bumi"

"Irrad" panggil Skylar lagi. Kali ini tangisnya benar-benar tumpah ruah. "Aku memang ga tau beratnya jadi kamu seperti apa. Tapi, kalau kamu cape jangan lupa istirahat, kalau kamu butuh temen cerita, im here, jangan terlalu lama dipendam sendiri, nanti sakitnya bertambah lagi"

"Aku tau ini pasti karna yang kemarin kan?" pertanyaan retoris keluar dari belah bibirnya yang semakin pucat karena menahan dingin. "Irrad, kamu hebattt bangettt mampu melewati sejauh ini, gapapa gak sesuai ekspetasi orang orang diluar sana, setidaknya kamu sudah melakukan semaksimal mungkin. Emang gak semuanya berjalan mulus, tapi setidaknya kamu sudah buktiin that this is me. Sekali lagi, Kamu hebat"

"Ayo naik. Jangan tinggalin aku, ya?"

Air mata Skylar yang jatuh tepat di pipi Irrad membuat sinar kembali hadir di dalam manik langit itu. Mendengar secara langsung bagaimana besarnya rasa bangga Skylar terhadapnya membuat Irrad tak jadi menyerah. Ya ... setidaknya dia masih punya Skylar, kan?

Mau dunia sejahat apapun, mau dunia mencekiknya sekuat apapun, dia masih punya Skylar dan pelukannya yang hangat. Maka di hujan bulan Juni hari itu, Skylar peluk erat Irrad di roof top dengan bermandikan hujan.




Tanyain keadaan gua sekarang!!? 😭

MLBB Pro PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang