7

1.9K 269 39
                                    


Semua berjalan layaknya air di sungai, tak peduli ada bebatuan tetap saja diterjal, begitupun Harley, walau hari-harinya diperlakukan buruk ia tetap berdiri kokoh di antara kedua kakinya.

Aroma makanan tercium menggugah selera, senyuman manis tertera di wajah si manis. Harley senang, saat makanannya sudah jadi. Setelah beberapa bulan menjadi selir, setidaknya ia bisa menguasai skill memasak yang ia pelajari dari pelayan dapur. Tak ayal, Harley akan membantu pekerjaan dapur, seiring berjalannya waktu Harley bisa memposisikan diri sebagai selir, bukankah tak akan ada hal yang ia dapatkan dari menyesali dengan apa yang sudah terjadi? Hal yang bisa ia lakukan sekarang adalah menurut demi keluarganya dibalik jeruji, tak apa ia yang menjadi jaminan asal mereka bisa terhindar dari siksaan.

"Selir pertama, masakanmu sangat enak. Makan siang nanti, kau bisa membuat makanan untuk kaisar, kupikir kaisar akan menyukainya," tutur kepala dapur.

Harley hanya tersenyum tipis. "Akan kucoba," sahutnya.

Ia mencipipi makanannya, bahkan sampai menggelengkan kepala. Bukan hanya karena makanannya yang enak, tapi juga karena senang ia telah membuat sesuatu yang baru.

______

Suara benturan pedang dengan ayunan yang lihai menjadi pemandangan bagi kedua mata kelam permaisuri, ia mengagumi bagaimana wajah tegas serius itu menyerang dan menangkis setiap ayunan pedang dari jendral Hans.

"Bukankah dia sungguh mengangumkan?" celetuk Shero, tatapannya sama sekali tak beralih dari Gatlin.

"Apa yang mulia katakan benar, kaisar begitu pantas mendapatkannya," sahut Clay pelayan pribadinya.

Setiap latihan ke barak, Shero akan ikut pada Gatlin dan duduk diluar tenda melihat Gatlin berlatih atau tengah melatih.

Keringat menambah kadar ketampanan sang penguasa Cassia. Gatlin menancapkan pedangnya ke tanah, lalu menghampiri pelayan meminta dikucurkan air, membasuh peluh yang tampak melelahkan.

"Yang mulia, apakah kau akan bermalam dikamarku malam ini?" Shero menghampiri Gatlin.

"Permaisuri lebih baik kau kembali ke istana, cuaca saat ini begitu panas. Bukankah tak baik jika kau nanti kepanasan," tutur Gatlin, tak mengindahkan ajakan sang omega.

Shero menunduk, lalu kembali mendongak dengan senyuman yang semakin melebar.

"Baiklah yang mulia, aku akan segera kembali. Setelah ini, tolonglah beristirahat, waktu makan siang akan segera tiba."

Gatlin tak lagi menanggapi, ia membiarkan Shero pergi bersama para pelayannya.

"Yang mulia Anda akan segera ke pavilliun untuk makan atau mandi terlebih dahulu?" tanya Hans.

"Aku akan pergi ke pavilliun milik selir, setelah ini istirahatkan mereka." Gatlin beranjak setelah mengatakannya.

Langkah kakinya mengayun menuju pavilliun sang selir. Saat tiba di sana, ia disuguhkan dengan pemandangan kebun bunga yang mulai bermekaran.

Gatlin membuka pintu kamar, sepi. Tak ada siapapun. Kepalanya terasa pening, membuatnya berbaring di ranjang milik selir tanpa sadar. Ia yakin Harley akan segera datang.

Selang beberapa waktu, langkah kaki mengayun dengan wajah cerah. Harley membuka kamarnya, keningnya mengerut saat mendapati seseorang berbaring dikasur memunggungi arah pintu.

"Yang mulia kaisar?" tebaknya, melihat dari pakaian yang terlihat mahal dan bagus, ia yakini itu si penguasa Cassia.

Harley menyimpan senampan makanan di atas meja, ia duduk di sisi ranjang melihat Gatlin yang terlelap dengan damai.

Tampaknya, wajah tegas dengan tatapan setajam elang itu lebih damai dilihat saat tengah terlelap.

"Yang mulia ... "

Suara halus mengalun, menerpa telinga sang alpha membuat kedua mata itu mulai terbuka. Tatapan keduanya beradu, saling menyelami.

"Ada apa gerangan kaisar datang ke pavilliunku?" ucap Harley memutus tatapan keduanya.

Gatlin bangkit, entah kenapa ia selalu merasa nyaman dan mudah tenang saat tidur di pavilliun Harley. Seorang pemimpin memang memiliki waktu tidur yang sedikit dan juga walau dalam tidur, tanggung jawab yang diemban membuat penguasa Cassia ini tak memiliki ketenangan saat tidur, kecuali di kamar selir pertama dan hal itu baru-baru ini terjadi.

"Kau membawa makanan?" tanya Gatlin.

"Iya yang mulia, saya baru saja selesai memasak. Apa Anda ingin mencobanya?" Harley membawa nampannya, memperlihatkan makanan apa saja yang ia buat.

"Suapi aku," pinta Gatlin.

"Baiklah." Harley mulai menyuapi Gatlin, ia melakukannya tanpa protes atau bahkan bicara. Sebenarnya terasa gugup harus menyuapi seorang kaisar, terlebih ini kali pertama ia melakukannya.

Setiap suapan Gatlin terima, menyecap rasa yang membuat nafsu makannya meningkat. Sudah seminggu lebih ia tak mendatangi Harley atau bahkan memanggil Harley ke kamarnya, karena terlalu sibuk dengan masalah pemerintahan.

"Aku akan menginap di sini," ucap Gatlin.

"Yang mulia, bisakah malam ini kita tak melakukannya?" Harley menyodorkan segelas air.

Gatlin tak menjawab, ia menerima air lalu meminumnya sampai tandas.

"Apa di otakmu hanya ada tentang bersetubuh, selir pertama?" ucapnya.

Harley membelalak tak percaya, apa-apaan itu, bukankah wajar ia mengatakannya? Karena kaisar sering kali melakukan hal itu ketika menemuinya, setiap keduanya bersirobok maka hal itu akan terjadi. Ia dibutuhkan untuk hasrat kaisar, itulah yang tertanam dalam pikiran Harley.

"Anda salah paham yang mulia, saya sama sekali tak mengharapkan hal itu. Bukankah Anda sendiri yang sering memanggil atau bahkan datang hanya untuk melakukan itu?" tutur Harley tak terima.

Gatlin terkekeh. "Rasanya tak elok membicarakan hal seperti ini, di saat aku baru saja selesai makan."

"Ah, maafkan orang rendahan ini yang mulia. Saya sungguh melupakannya." Harley menunduk takut.

"Sudahlah, kau bereskan semua dan siapkan bak mandi. Aku ingin membersihkan diri," ucap Gatlin.

Harley mengangguk, ia segera beranjak. Pergerakannya tak luput dari pandangan Gatlin, membuat segaris senyuman terbit diwajah dingin si alpha.

_____

Tipis-tipis dulu💋

Pangeran keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang