14

3.2K 358 31
                                    

"Salam Hormat kami pada yang mulia kaisar." Para menteri membungkuk hormat menyambut kedatangan Gatlin.

Gatlin menduduki singgasana kekuasannya, menatap para pejabat keperintahan istana dengan seksama. Raut wajahnya tak pernah bersahabatan pada pejabat istana, ia enggan memberikan senyuman hangat pada mereka, si anjing penjilat.

"Bagaimana perkembangan pasar yang di adakan dibalai desa?" ucap Gatlin.

"Yang mulia, apa yang Anda perintah begitu membantu rakyat. Namun, bagian timur Cassia memiliki kesulitan karena marquess Draven yang ditahan," jelas Bilio, menteri perekonomian.

"Mohon ampun atas kelancancangan orang rendah ini, apakah kaisar ingin berbaik hati untuk mengeluarkan marquess Draven yang tak lain mertua Anda," sambungnya, menekankan kata 'mertua'.

"Kesulitan apa yang diterima bagian timur Cassia sehingga menteri ini meminta kebebasan untuk marquess Draven?" sahut Gatlin, terdengar tenang tapi mampu membuat keringat sebesar biji jagung menetes dikening sang menteri.

"Yang mulia, bukankah rumor buruk akan semakin meluas jika Anda tetap menahan marquess Draven," ucap Bilio.

"Jika kau begitu mengkhawatirkan marquess Draven, mengapa tak kau temani saja dia dalam jeruji. Itu akan lebih bagus, dibanding kau menggonggong di sini," tutur Gatlin sontak membuat Bilio bersimpuh memohon pengampunan atas kelancangan.

"Babi memang menyukai kubangan kotoran, jilatlah kotoran. Aku tak akan melarang, jika aku mendengar permintaan menjijikan itu lagi, maka akan kupajang lidah siapapun yang memintanya dibenteng istana. Kesulitan bagian timur akan segera ditangani, Jendral Hans akan dikirim ke sana untuk sementara. Suasana hatiku seketika buruk, rapat ditutup."

Setelah mengatakannya, Gatlin beranjak pergi. Ia tahu, jika menteri perekonomian memiliki jalinan dekat sehingga mereka layak disebut sekutu, sampai Bilio berani meminta kebebasan Draven. Sudah Gatlin katakan, jika pemegang kursi keperintahan istana banyak yang bermuka dua dan penjilat yang munafik.

Perkataan sang kaisar di aula rapat menyebar dengan cepat ulah mereka yang bermulut besar. Sosok kaisar menjadi semakin di cap dengan penguasa arogan nan dingin, karena terlalu congkak telah memenjarakan mertua sendiri.

Hal itu sampai pada telinga Shero yang sudah berminggu-minggu tak lagi di datangi atau bahkan terlibat perbincangan ringan dengan Gatlin. Sebaliknya, kaisar lebih dekat dengan selir pertama yang membuat hatinya terbakar. Shero bersumpah akan membuat selir pertama merasakan apa yang ia rasakan, di abaikan oleh kaisar.

Dengan amarah yang menggerogoti hati, sang permaisuri langsung menarik mantelnya, ia berniat mendatangi selir pertama.

Kehormatan, keagungan, kecantikan dan kelembutan adalah miliknya, selir pertama tak berhak mengambil apa yang tak seharusnya seorang selir terima.

Dan di sinilah Shero sekarang, menatap sinis Harley yang tengah duduk di teras pavilliun sambil memegang keranjang bunga.

"Salam hormat saya pada yang mulia." Harley yang menyadari kedatangannya langsung memberi hormat.

"Perihal apa yang membuat permaisuri cassia mendatangi istana bagian belakang ini?" Harley memberi senyuman tipis.

Shero mendengkus, ia menarik kasar lengan Harley membawa selir pertama ke belakang pavilliun.

"Yang mulia, lepaskan saya!" Harley menyentak lengan Shero.

Tatapan keduanya bersi robok, dengan Shero yang menatap sinis Harley.

"Bersikaplah selayaknya selir, jangan terlalu congkak dengan perlakuan kaisar. Kau hanyalah budak, apa perlu aku ingatkan siapa jati dirimu?!" Shero berucap keras.

Harley terkekeh, lelah rasanya ia selalu dipandang rendah seperti ini. Kini ia mendongak, balas menatap sengit sang permaisuri.

"Permaisuri seharusnya bebenah diri, jangan hanya menyalahkan satu sudut. Ah, apa benar rumor tentang Anda yang hanyalah omega resesif? Akan menyakitkan jika selir ini mengatakannya, yang mulia ... bukankah saya harapan kaisar saat ini? Karena permaisuri Cassia ini sama sekali tak bisa memberikannya." Harley menyeringai.

"Tutup mulutmu itu, pelacur!" Shero mencengkram rambut Harley membuat si selir berdesis nyeri.

"Yang mulia, layaknya permainan dadu. Jangan sampai dadu yang kau lemparkan, menggigitmu." Harley menarik lengan Shero, ia balas mencengkram rambut sang permaisuri. Persetan atas hukuman yang akan ia terima, ia sudah lelah direndahkan oleh sesama omega.

"Jangan karena selir ini hanyalah budak, sehingga yang mulia semena-mena. Dengar ini yang mulia .... " Harley mencongdongkan tubuhnya, berbisik. "Saya memiliki rahim yang subur, yang bisa kapan saja dibuahi. Kaisar akan begitu marah saat tahu omega yang akan mengandung calon putra mahkota terluka."

Harley mendorong Shero, membuat permaisuri itu tersungkur.

Jeritan Shero mengundang para pelayan yang ikut bersamanya. Bahkan beberapa pengawal juga datang menghampiri, melihat keadaan permaisuri yang terjatuh akan dorongan selir pertama.

"Apa yang telah orang rendah itu lakukan yang mulia?!" kepala pelayan istana agung membantu permaisuri.

Todongan pedang Harley terima dari pengawal, membuat napasnya tercekat. Apa ia salah? Apa keluarganya akan menerima hukuman atau apa dirinya akan dihabisi? Harley seolah sadar dengan apa yang telah ia lakukan.

"Apa yang telah kau lakukan pada permaisuri selir pertama?" tanya pengawal.

"Hanya membela diri," sahut Harley. Walau takut, ia tetap menjawab dengan tegas.

"Biarkan saja, tolong bawa aku pergi dari kediaman hina ini dan bawa dia kepersidangan milikku."

Shero langsung pergi, dengan para pelayannya. Sedangkan Harley digiring oleh para pengawal ke persidangan Cassia.

Rombongan permaisuri dan Harley yang diseret, menyita atensi para penghuni istana lainnya. Bahkan tak ayal ada yang berbisik dari kejauhan, menduga-duga permasalahan yang melibatkan keduanya.

Dan di sinilah Shero duduk ditahta kehormatannya, sebagai permaisuri ia diberi hak untuk mengurus para  omega Cassia dan tentunya ia pemegang harem. Dan masalah ia dan selir adalah sebuah masalah klasik antara selir dan permaisuri.

Harley bersimpuh pada dinginnya ubin, dipaksa mendongak melihat Shero. Perbedaanya begitu kentara, kedudukan Shero begitu terhormat dengan pakaian mewah, sedangkan ia duduk bersimpuh dengan pakaian lusuh nampak sekali jika ia seorang budak.

"Aku pemegang harem, aku memiliki hak. Ucapanmu begitu lancang selir pertama, kau bahkan menghinaku dan memberi kecaman. Kedua tanganmu kau gunakan untuk membuatku terluka, ah ... bukankah kau layak menerima hukuman?" tutur Shero dengan seringaian.

Harley hanya diam, ia melirik kesekeliling banyak para omega lain yang menyaksikkan ketidak berdayaannya.

"Nordia, catat kesalahan selir pertama buatkan laporan atas tindakkan penghinaan dan kekerasan. Lalu berikan pada yang mulia kaisar." Titah Shero.

"Tahan dia, sampai hukuman yang akan ia terima telah diberi cap persetujuan kaisar."











Pangeran keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang