4

1.8K 242 18
                                    

Di tamaram malam, Harley meringkuk di ranjang, membiarkan udara malam menusuk kulitnya.

Ini sudah minggu ketiga dirinya menjadi selir pertama sang kaisar, setiap malam ia akan merasa takut saat pelayan mengatakan kaisar akan datang, tapi sampai malam ini ia bersyukur kaisar sama sekali tak mendatanginya.

Harley benar-benar merasa sendiri, ia tak diperbolehkan menemui keluarganya, bahkan pelayan memperlakukannya dengan buruk. Apapun Harley kerjakan sendiri, telapak tangan yang tak pernah menyentuh peralatan dapur kini sudah menggores kulit lembutnya, Harley seorang selir tanpa kehormatan, memangnya siapa yang ingin melayani seorang budak?

Setetes air mata mengalir begitu saja, meratapi kepedihan yang menimpa. Merindu pada kedua orang tua, tersiksa akan kurungan sang penguasa, bak burung dalam sangkar, Harley hanya diperbolehkan keluar ke dapur istana saja, sisanya ia dipaksa mendekam dalam kamar.

Tok

Tok

Tok

Harley mengusap sisa air mata, ia beranjak membuka pintu.

"Siapkan diri Anda, yang mulia berpesan setelah berpulang perjalanan dari desa, Anda sudah berada di kamarnya," tutur pelayan.

"Pelayan akan menyiapkan semuanya," sambungnya.

Ah, semua akan berakhir? Sisa harapan
Harley akan berakhir malam ini. Dengan langkah gontai, Harley mulai membuka pakaian tidurnya berganti dengan pakaian yang dibawa pelayan. Lagi-lagi wajahnya sedikit dipoles oleh pelayan.

"Kau harus membuat kaisar puas, ku dengar ia hebat dalam urusan ranjang," celetuk Bory, pelayan khusus Harley.

Perkataan Bory membuat telinga Harley panas, itu terdengar menjijikan. Mereka begitu lancang.

_____

Dan di sinilah Harley berada, duduk manis bak seorang pelacur penggoda di atas ranjang kaisar. Menunggu jamahan sang penguasa, hatinya meradang memikirkan itu.

Suara langkah kaki membuat jantungnya terpacu dua kali lebih cepat, remasan pada mantelnya semakin erat.

"Mère aku takut."

Jeritan hati si omega, memohon pada semesta menjeritkan pelindungnya dikala ia selalu dalam bahaya.

"Kau sudah datang?"

Suara berat itu membuyarkan lamunan Harley, ia melirik Gatlin dengan wajah dinginnya.

"Aku dalam masa rut, aku tak ingin menyakiti permaisuri karena itu aku memanggilmu," tutur Gatlin.

Harley hanya diam tak menanggapi, pantas saja pheromon Gatlin begitu kuat, ternyata sang alpha tengah rut.

Brughh

Tubuh yang lebih kecil itu di dorong sampai terhempas ke ranjang. Kedua mata hazel Gatlin memandang penuh pada si omega, kulit putih halus, bulu mata lentik, bibir kecil merah muda, lesung pipi yang akan muncul jika omega itu tersenyum, hidung mancung, dengan rambut coklat benar-benar fitur wajah sempurna. Ia menindih Harley, hidung keduanya bersentuhan.

"Yang mulia," ucap Harley tak nyaman, ia merasa pusing mencium pheromon Gatlin.

Gatlin mengirup rakus bau Harley, seolah tak sudi berbagi pheromon selirnya pada orang lain.

"Yang mulia ... bisakah kita hentikan ini?" Harley memegang bahu Gatlin, suaranya bergetar ketakutan.

"Apa seorang selir ber-hak menolak permintaan kaisar?" sahut Gatlin angkuh, "ingatlan, kau hanya budak. Omega rendahan sepertimu lebih baik tak banyak bicara," sambungnya dibarengi dengan tarikan pada mantel Harley.

Gatlin merobek pakaian Harley, membuat Harley meringkuk, malu.

Pheromonnya dengan pheromon Harley bercampur pekat, membuat perpaduan yang memabukkan. Gatlin langsung menyerang bibir merah muda si omega, meraup dan melumat kasar bibir kecil itu.

"Eunghh ... "

Suara jahanam yang tak seharusnya keluar dari mulut Harley terdengar sahdu ditelinga Gatlin. Harley menggigit bibirnya, merasa berdosa saat suara itu keluar.

Gatlin bak binatang kesetanan ia menggigiti leher Harley.

"Beginikah nasib pangeran ini, menjadi pelacur kaisar cassia? Membiarkan tubuhnya dijamah dan dinikmati sang alpha." Batin Harley, menjeritkan luka yang tak bisa orang dengar.

Ia hanya pasrah saat setiap inci tubuhnya dinikmati Gatlin, membiarkan lidah itu menjilati bagian-bagian sensitifnya.

"Ahh ... "

Desahan halus tak bisa lagi dibendung, saat kewarasan mulai terkikis karena pheromon memabukkan. Harley terbuai, ia sudah tenggelam dalam kenikmatan yang kaisar berikan. Beginilah omega yang selalu di anggap lemah, saat penciumannya sudah tak tahan menghadapi pheromon alpha, maka mereka akan pasrah tubuhnya dinikmati.

Membiarkan jari-jari kasar yang selalu mencekal pedang itu memasuki analnya, mengorek dan bermain-main di dalamnya membuat desahan demi desahan mengalun indah.

Gatlin memuntahkan hasrat liarnya pada si selir, tak pernah sekalipun ia berani seliar ini pada permaisuri karena kehormatan Shero tapi malam ini ia berlaku kasar dan liar pada Harley, bukankah ini tugas seorang budak?

Memasuki anal Harley sekali hentak, membuat jeritan kesakitan terdengar.

"Arghh! Itu menyakitkan ... "

Jeritan suara serak Harley hanya di anggap angin lalu, Gatlin kembali menghentakan batang dagingnya, merojok anal si omega tanpa membiarkan selirnya ini beradaptasi, ia hanya ingin kepuasan persetan dengan kepuasan selirnya.

Gatlin menarik rambut Harley, ia mencekik leher si omega tak tahan dengan kenikmatan yang tengah ia rasakan.

Cairan bening berlomba-lomba keluar dari kedua mata indah si omega, tak hanya raga yang terluka tapi hatinya seolah dicabik ribuan tombak, kini ia tengah dinikmati, harga diri, kehormatan, semua telah lenyap ditelan sang penguasa.

"Takdirku begitu hitam, apa nasib ini harus diterima? Rasanya menyakitkan, bagaimana dengan père dan mère jika mereka tahu, betapa rendahan putra keduanya saat ini."

Pangeran keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang