5

3.4K 368 33
                                    

Dua hari penuh Gatlin mengurung Harley bersamanya dalam kamar, rut-nya kali ini selesai dengan cepat karena selama dua hari itu ia menggempur habis sang selir.

"Pergilah ke istana belakang, dimana kau tinggal." Gatlin melempar pakaian yang sudah ia rusak pada Harley yang masih meringkuk tak berdaya di ranjang.

Ini hampir menjelang pajar, Harley merasa semua persendiannya hancur setelah menghadapi kebuasan rut Gatlin.

Ia pikir Gatlin akan memberinya sedikit belas kasihan, membiarkannya istirahat walau sebentar, tapi naas ia di usir setelah rut si alpha sudah mulai menyusut.

"Kupikir kau tak tuli," ucap Gatlin lagi.

Dengan susah payah Harley bangkit, ringisan kecil keluar dari bibir kecil yang nampak bengkak, beberapa lebam terdapat diwajahnya, sudut bibir si omega juga sedikit robek tertera darah mengering di sana.

Harley memungut pakaiannya, layaknya seorang pelacur ia memakai pakaian yang sobek membuat tubuhnya tak tertutup sebagian, Harley mementingkan bagian penting saja yang ia tutupi.

"Salam hormat yang mulia, saya pergi."

Tak melupakan tata krama, setelah mengatakan itu Harley berjalan keluar dengan tertatih, mengingat ia digempur habis membuat bagian belakangnya terasa perih.

Langkah demi langkah setelah keluar dari kamar kaisar, dari situlah cairan bening berlomba-lomba keluar, bak disayat-sayat oleh pedang, setiap langkah Harley membuahkan air mata. Malu, kecewa, dan merasa sudah tak memiliki harapan menjadi tombak beracun yang mengoyak batin, tak sedikit pengawal istana yang berjaga melihatnya dengan penampilan buruk.

Derap langkah Harley menjadi alunan memalukan, tampak mereka mencemooh, betapa menyedihkannya Harley.

"Ah, kau sudah selesai? Bagaimana, kaisar pasti membuatmu puas juga kan? Kalian menghabiskan waktu sampai dua hari penuh."

Celetukan tak beradab keluar dari mulut Bory, Harley mengepalkan kedua tangannya tak menggubris ucapan pelayan tersebut, ia memilih masuk ke dalam kamar, berniat menggosok seluruh tubuhnya yang hina.

Harley merendam dirinya, tatapannya kosong jauh merenung ke dalam lamunan.

"Ini begitu berat, hal apa yang omega hina ini akan dapatkan dikemudian hari? Hingga waktu demi waktunya terasa berat," gumam Harley sendu, ia mengusap seluruh tubuhnya yang terasa menjijikan, bayang-bayang hal hina yang dilakukam kaisar berputar layaknya maut yang mengintai.

"Pel-"

Ucapan Harley menggantung, ia lupa jika ia bukan lagi pangeran Gardenia yang  dilayani dengan baik. Harley keluar dari bak, ia berjalan dengan sangat pelan.

Harley memakai baju sutranya, ia menatap dirinya di hadapan cermin. Wajahnya begitu buruk, bukan hanya menidurinya kaisar juga memukulinya sesekali.

"Aku membutuhkan sesuatu untuk meredakan nyeri," ucap Harley, hembusan napas terdengar berat.

Bercak merah dileher dan di dada begitu banyak, sepertinya ia tak akan ke dapur untuk sesaat terlebih wajahnya begitu menyedihkan.

"Tak apa, aku bisa tak makan untuk beberapa hari. Masih ada air dalam teko." Harley tersenyum kecil, menyemangati dirinya sendiri.

_______

Suasana istana nampak menenangkan hari ini, kaisar sudah kembali ke persidangan untuk menyelesaikan masalah mingguan yang dilaporkan pejabat istana.

Ia mengetuk-ngetuk pena pada kertas, para duke dan marquess berdebat tentang pajak.

"Bukankah yang mulia kaisar harus menaikkan pajak?" celetuk seorang menteri.

"Eum, saya setuju dengan usulan Anda, Kas istana akan menyusut jika pemasukan dan pengeluaran tak seimbang," sahut yang lainnya.

"Yang mulia bagaimana menurut Anda?" tanya Duke Xarvi.

"Kurasa kalian ada benarnya, buat pengumuman di setiap balai desa, jika pajat dinaikkan 1%, dan jika ada yang protes rakyat bisa menulis alasannya pada kertas yang disediakan dan kepala desa melapor pada viscount." Gatlin berucap, membuat setiap pejabat istana mulai mencatat apa yang dikatakan sang kaisar.

"Kurasa rapat ditutup, aku ada urusan." Gatlin beranjak dari duduknya.

"Salam untuk yang mulia kaisar." Ucap mereka serempak, setelah Gatlin keluar ruangan.

Beberapa pengawal dan jendral berjalan dibelakang Gatlin, menjaga sang penguasa Cassia.

Gatlin melihat-lihat istana, kakinya membawa dirinya ke istana belakang. Istana tempat selir, suasananya tenang dan sepi hanya ada pelayan yang berlalu lalang dan berhenti hanya untuk memberinya hormat.

Kamar selir dekat dengan kandang kuda yang di urus viscount di sisi barat, dapat ditebak suara kuda terdengar sampai dalam kamar.

"Apa selir pertama ada di kamarnya?" tanya Gatlin pada pelayan.

"Salam hormat yang mulia, selir pertama ada di kamarnya sedari pagi, dia sama sekali tak keluar," tutur pelayan.

Gatlin mengangguk, ia kembali melangkah sampai pada akhirnya berhenti di depan kamar Harley, penjaga langsung membuka kan pintu. Dan di sanalah, selir pertamanya tengah meringkuk di ranjang dengan kedua mata terpejam, wajah manis itu di hiasi lebam karena ulahnya.

Gatlin tersenyum miring, ada perasaan senang saat melihat betapa buruk penampilan Harley saat ini.

"Bukankah kaisar picik itu harus melihat keadaan putra keduanya saat ini?" ucap Gatlin.

"Anda benar yang mulia, Tuan Matteo akan terpukul jika dia melihat putra keduanya dalam kondisi seperti ini," sahut jendral Hans.

Gatlin enggan untuk menyapa atau bahkan menanyakan keadaan Harley, ia kembali keluar tanpa peduli kedua mata itu terbuka lagi ataupun tidak.

Bukankah kaisar Cassia ini minim empati? Ia bahkan sama sekali tak merasa bersalah, setelah membuat seorang omega tak berdaya. Walau secuil tak ada sedikitpun rasa iba, karena ia pikir itu sudah tugas seorang selir.

_____

Huhuhu ...

Poor Harley

Pangeran keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang