empat

209 33 3
                                    



Rudi sebisa mungkin menghindari tatapan kakaknya yang masih belum mempercayai alasan yang baru saja dia kemukakan. Bukannya apa, Vera, kakak satu-satunya itu kerap sekali mencampuri segala urusannya meski saat ini usianya tak lagi muda.

"Sampai dua hari dan kamu tidak memberitahu mbak sama sekali?"

Dalam hati Rudi berdecak kesal dengan intimidasi yang Vera berikan.

Rudi memutuskan menatap balik sang kakak meyakinkan alasan yang sudah terlanjur ia katakan.

"Mbak Ver saja sebelumnya bilang kalau mau habisin waktu bareng Mas Leo, kan," alibinya setelah mengingat jika sebelumnya Vera mengatakan ingin menghabiskan waktu bersama sang suami hingga menitipkan anaknya ke mertua Leo.

"Terus itu bisa jadi alasan kamu gak ngasih tahu mbak kalau kamu ngilang gitu? Dua hari loh, Rud, mbak dan mas Leo hubungi kamu. Belum Kirana yang beberapa kali sampai bertanya pada mbak tentang keberadaanmu," jelas Vera berapi-api setelah melihat tidak ada penyesalan yang Rudi perlihatkan usai menghilang tanpa kabar begitu saja. Dan kini, setelah Kirana memberitahukan jika Rudi ada di kantornya, saat itu juga Vera langsung bergegas menemui dan menanyakan perihal apa yang sebenarnya terjadi.

Sebenarnya bukan kemarahan yang tengah dominan dirasakan, melainkan kekhawatiran terlalu besar setelah membiarkan Rudi sendirian di tanggal di mana mereka ditinggal pergi ayah mereka untuk selamanya. Vera benar-benar lupa jika itu bertepatan dengan perginya sang ayahanda. Dia terlalu larut pada momen bersama Leo setelah lelaki itu disibukkan dengan segala pekerjaan yang harus diemban. Jadi begitu ada waktu luang, dia melupakan masa kelam dan memilih bersama Leo.

Dia melupakan Rudi yang mungkin saja masih menyimpan duka meski sudah berlalu lama. Namun siapa yang menyangka, Rudi memilih hilang begitu saja tanpa memberitahu orang-orang di sekitarnya. Dia kalang kabut mencari keberadaan sang adik meski Leo sudah memastikan jika Rudi pasti baik-baik saja.

"Rud, kalau ada masalah atau apa-apa itu cerita ke mbak, kita cuma berdua, Rud. Kalau gak saling berbagi, ke siapa lagi, kan?" ucapnya pelan pada akhirnya. "Tinggal sisa kita, Rud. Jadi, meskipun kamu sudah merasa dewasa dan bisa ngatasi masalahmu sendiri, gak ada salahnya kan kamu cerita? Cerita setelah semuanya selesai, gak papa kok, Rud. Asal mbak itu tahu, kamu hadapi masalah apa meski mbak gak bisa bantu banyak pada akhirnya."

Untuk beberapa waktu, Rudi tertegun melihat kesungguhan atas apa yang Vera ucapkan. Dia tahu, apa yang Vera khawatirkan. Tidak salah memang karena hanya tinggal mereka berdua setelah ibunya menyusul sang ayah setelahnya. Belum lagi permasalahan lahan, usaha mereka yang kian memburuk hingga mau tidak mau ia mengambil alih semuanya dan mengabaikan dirinya.

Di saat itu Vera ada untuk mengingatkannya. Bahkan saking sibuknya, dia mengabaikan percintaan yang seharusnya lazim dia rasakan dan membina rumah tangga seperti yang pria seumurannya. Vera beberapa kali mengenalkan pada perempuan yang Vera kenal secara baik. Memintanya untuk sekedar berkenalan atau bahkan mungkin lanjut ke jenjang pernikahan.

Sayang, semua perempuan yang Vera kenalkan merasa keberatan dengan mobilitas pekerjaan yang dia urus sendirian. Kesibukannya menjadi alasan mengapa mereka mengeluhkan reaksi pasifnya berujung batal sesuai rencana di awal.

Sejauh ini Kirana lah perempuan yang bertahan dengan segala kesibukannya. Bahkan perempuan itu masih tetap bertahan meski dia tidak memberikan efforts yang sepadan.

Bukan ingin tinggi hati dengan menjadi sosok lelaki sok sulit menjatuhkan hati. Kirana cantik, pun perempuan yang dikenalkan tak kalah cantik dan atraktif. Hanya saja, untuk terlibat dalam hubungan sejauh dan sesakral pernikahan dia tidak menemukan itu pada mereka, pun pada Kirana yang meski perempuan itu rutin memberikan perhatian padanya.

Retas dalam HempasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang