dua puluh

205 27 2
                                    

Dua puluh

"Oh ya?" Riak ketertarikan tak bisa disembunyikan. Secepat kilatan cahaya menyebrang, Wulan terperangah takjub menyaksikan dengan jelas tat kala bagaimana temannya itu menunjukkan hasil kinerjanya setelah hampir tiga bulan mengikuti kursus. Sebuah kemajuan pesat bila dibandingkan dirinya yang lebih lambat.

"Ini cantik sekali," pujinya tulus seraya menyentuh lengan dress yang diproyeksikan temannya, meniti satu persatu jahitan mencari celanya. Tidak ada. Semua terbilang rapi tanpa ada jahitan yang keluar dari garisnya. Tidak ada skip stich. Semua mendekati sempurna kecuali bagian warna yang tidak terlalu disuka pemiliknya.

"Andai ini warnanya lebih deep sedikit saja, sudah pasti bisa aku pamerkan saat kondangan," ungkap temannya dengan kekehan pelan.

"Tapi ini bagus kok. Apalagi cutting-annya pas di kamu gitu," sahut Wulan pelan.

"Ya kan memang pakai ukuranku, Ulan." Wulan terkekeh. Kembali berdecak kagum melihat bagaimana kawannya ini begitu cepat menyerap ilmu yang diberikan.

Berbeda dengannya yang lebih pelan dalam memahami setiap apa yang diajarkan. Sebut saja saat materi yang berkaitan dengan lengan. Wulan, akan menghabiskan mungkin satu minggu untuk benar-benar memahami bagaimana rumus juga cara mengaplikasikannya pada media kain yang akan digunakan. Apalagi tidak semuanya asal-asalan dilakukan. Begitu pula model dari yang basic bahkan model tersulit yang kemungkinan akan diminta customer.

Saat ia menceritakan hal ini pada Rudi, pria itu hanya tersenyum lembut dan menyemangatinya untuk tidak berkecil hati. Toh, sejak awal Dewi sudah menjelaskan kemungkinan waktu yang Wulan butuhkan untuk benar-benar bisa keluar dengan predikat pantas membuka jasa.

"Tapi beberapa sudah ada yang ujian," ungkapnya di sore hari usai dia menyelesaikan kegiatannya membuat floral skirt, kegiatannya akhir-akhir ini untuk menambah koleksi sekalian mengasah kemampuan yang dimiliki. Dari model basic skirt, sampai model serut di bagian atas yang bila saat mengenakannya Rudi akan terpukau melihatnya.

"Gapapa. Kamu pelan-pelan sambil diingat juga. Apalagi kan, dengan itu kamu juga mendapatkan tips-tips yang tutor berikan untuk mempermudah penjahitan."

Terkadang, ada beberapa metode yang tidak buku ajarkan namun tercetus oleh sang penjahit untuk mengakali pekerjaan mereka. Dan dia mendapatkannya. Berawal dari bagaimana dia kesulitan menjahit karet pinggang hingga bisa menghasilkan efek smoke di bagian dada, akhirnya dia mendapatkan cara jitu untuk mempermudahnya.

"Kamu masih step bagian apa, Ulan?" tanya sang teman setelah selesai memajang dress musim panas pada manekin.

"Dress musim panas juga. Tapi belum jadi sepenuhnya." Dua hari lalu, dia seharian mencari bahan yang sekiranya pas untuk konsep tema musim panas yang diusung, Wulan akhirnya baru bisa mengerjakan setengah jalan dress tersebut  yang mana tugas beberapa temannya hari ini kumpulkan.

Seperti yang Rudi katakan, sebisa mungkin dia menikmati setiap proses pergantian mode juga teknik lalu menyimpan serta merta semuanya agar dia memahaminya dengan baik.

"Coba aku mau lihat kayak apa konsepnya."

Wulan menjelaskan konsep yang dia kerjakan. Bagian depan yang sengaja dia smoke dengan kerutan, pun tali yang menggantung di pundak yang nantinya bisa di adjust sesuai yang diinginkan. Tak lupa juga konsep blazer dengan warna serupa namun berbahan sifon untuk menutupi area pundak dan punggung belakang yang sedikit terbuka.

"Aih...manis banget, Ulan," puji sang kawan yang lantas dibalas senyuman.

Tak lama, Farida, guest tutor yang kehadirannya sudah dinantikan datang. Selama wanita itu menjelaskan, tak sesaat pun dia meninggalkan kesan juga doa agar di kemudian hari bisa sesukses dirinya.

Retas dalam HempasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang