Chapter 12.

1.4K 122 17
                                    

Happy Reading!

.

.

"Baik, serahkan saja padaku," jawab Chanyeol saat mendengar perintah dari Taehyung melalui telfon. Senyum smirk sarat akan kelicikan muncul pada wajahnya.

Hyunjin yang kebetulan juga berada disana langsung memiliki ide untuk memancing ayah kembar dari musuh bebuyutannya.  Ia membisikkan rencananya pada sang ayah yang langsung mendapat persetujuan oleh Chanyeol. 

"Jangan sampai gagal kali ini. Kau mengerti?"

"Mengerti, Ayah."

Keesokan harinya, Hyunjin berpapasan dengan Mark dan Jeno yang baru saja sampai di kampus. Mark yang sempat bertatapan mata sekilas dengan Hyunjin, mendapat senyum kesan mengejek dari bocah tersebut, berharap Mark akan termakan oleh pancingannya. Namun putra sulung Jung tersebut justru langsung mengalihkan pandangannya, tidak peduli. Hal ini tentu membuat harga diri Hyunjin merasa tidak terima.

"Akan kulihat sampai kapan kau bisa mempertahankan sifat sombongmu itu, Jung." gumamnya pelan. 

Ia menatap pada Lee Know yang berada disebelahnya. "Jangan lupa dengan rencana kita. Apapun yang terjadi, kita harus berhasil." ucapnya yang mendapat anggukan oleh teman se-gengnya itu.

"Hyung, lu yang jemput bocil balik kan ntar?", tanya Jeno pada sang kakak sebelum mereka akan berpisah gedung.

"Hn."

"Oke, jangan sampai telat, kasian ntar adek gue kaya anak ilang." 

"Bawel lo. Dah lah sana! Gue cabut." usir Mark sambil melenggang pergi.

Hari perkuliahan berjalan seperti biasa. Mark berjalan santai menuju lapangan parkir, sambil beberapa kali menengok ke belakang saat merasa bahwa dirinya diikuti. Hingga saat dirinya mulai merasa jengah, ia menghentikan langkahnya saat dirinya sudah sampai di parkiran mobil. 

"Keluar." ucapnya dengan nada dingin.

Ia berbalik sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, menunggu penguntit itu menampakkan diri. Namun, beberapa menit ia menunggu tidak ada tanda-tanda kemunculan orang tersebut.

Mark yang memang memiliki kesabaran setebal kamus bahasa inggris memilih untuk mengabaikan saja. Ia berjalan ke arah mobil kesayangannya kemudian melajukan kendaraan tersebut keluar dari area kampus. Tidak lama kemudian, sebuah panggilan masuk dari sang mommy membuatnya harus sedikit mengurangi kecepatan mobilnya.

"Halo mom, ini Mark udah dijalan mau ke sekolah adek." 

"Hmm."

"Ya, ya mommy.. Mark udah inget semuanya. Dah dulu ya mom, Mark masih nyetir nih."

Panggilan ditutup. Mark melihat kearah spion belakang dan sadar bahwa dirinya diikuti, lagi. Si sulung Jung itu berdecak kesal, jelas merasa terganggu. Namun, dirinya menjadi lebih tenang saat melihat kendaraan bodyguard dari sang dadda juga ikut membuntutinya.

Ia melirik spion tengah dengan senyum kecil. "Lu ngikutin gua, seharusnya lu juga sadar kalau lu balik diikutin." gumamnya.

Mark menginjak pedal gasnya semakin dalam, membuat kendaraan merah tersebut melaju semakin cepat. Motor merah yang mengikutinya juga semakin menambah kecepatan, berusaha mengimbangi. 

"Haha, lets play dude!" ucap Mark yang justru kegirangan terlibat dalam aksi kejar-kejaran.

Satu tangannya meraih handphone miliknya, hendak menelfon Sungchan. Jangan ragukan skill balap anak sulung Jung ini. Meskipun kendaraannya melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, menyetir dengan satu tangan tidak lah menjadi masalah. Maklum saja, didikan keras sudah ia jalani saat belajar mengemudi bersama sang daddy. 

PRIDE OF JUNG'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang