Kapal masih berkeriut mengerikan, naik ke atas ombak tinggi. Jerit para guardian saling bersahutan, sementara Matthew yang mengendalikan roda kemudi sudah pucat pasi sebab semua nyawa berada dalam genggaman tangannya sekarang.
Suara tapak kaki terdengar riuh dari dalam kompartemen. Itu adalah Hoetaek yang keluar dari kamar mesin, dan tiba-tiba mendongak sembari mengulurkan kedua tangan ke atas.
"Kak Hui! Apa yang kau lakukan?!" teriak Matthew dari anjungan.
"Membantumu!"
Kapal kemudian terhempas ke bawah, miring ke kanan dan kembali berkeriut. Para awak kapal berpegangan kuat-kuat pada apa saja yang bisa dijadikan pegangan. Hoetaek terpelanting ke kanan, nyaris terlempar ke lautan lepas bila saja Ricky tak sigap menahan tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?! Sekarang terlalu berbahaya!" Ricky membentak Hoetaek.
"Dan membiarkan kalian tetap di atas untuk mengatasi semua ini?! Aku tidak gila, Yang Mulia!" Hoetaek membentak balik. "Toh, sama saja! Kalau kapal tenggelam, kami yang ada di bawah tidak selamat!"
"Lalu apa yang akan kau lakukan?!"
"Mengendalikan badainya!"
Kala dirasanya kapal kembali seimbang, Hoetaek berdiri, menjulurkan kedua tangan ke atas seraya memejamkan mata. Dan entah merapal apa, tapi tiba-tiba cahaya kekuningan muncul dan terbang ke langit. Berupaya membelah awan kelabu yang bergemulung di angkasa.
Namun, yang tak mereka sangka, serangan lain datang dari arah depan. Sebuah tornado muncul, menyebabkan kapal diterpa angin kencang serta dihantam ombak. Semua awak kapal basah kuyup sementara Matthew mati-matian mempertahankan kapal agar tidak terguling.
Gyuvin dan Yujin bekerjasama mengatasi tornado tersebut dengan memunculkan pusaran angin serupa agar Hoetaek punya kesempatan untuk mengendalikan badainya.
"Sial, kenapa tornadonya sangat kuat?! Thornadoser kita nyaris tidak bisa menandinginya!" teriak Gyuvin yang diangguki oleh Yujin. Pada situasi ini, mereka harus berteriak agar dapat mendengar suara satu sama lain.
"Apa yang harus kita lakukan?! Kau punya cara?!" tanya Yujin seraya mengusap wajahnya yang basah.
Sayangnya, Gyuvin menggeleng. "Kita harus menahannya!"
Suara ribut dari kompartemen bawah terdengar. Hanbin berlari menuju geladak, meninggalkan Xiaoting yang sepertinya berteriak-teriak di bawah, berupaya mencegahnya naik ke atas. Sebagai satu-satunya elementer petir, Hanbin membantu guardian yang lain agar petir tidak sampai menyambar dan mengenai kapal.
Dan belum berhenti sampai di situ saja, ada rintangan lain. Kapal tiba-tiba bergoyang setelah sebelumnya terombang-ambing akibat ombak besar. Ombaknya memang telah mereda, tapi yang tidak mereka duga, sebuah pusaran air besar muncul. Kapal mereka perlahan-lahan masuk ke dalam pusaran itu setelah Gyuvin dan Yujin gagal menahan tornado.
Kapal berputar-putar dalam pusaran. Para guardian berpegangan erat pada apa-apa saja yang mampu dijadikan sebagai pegangan. Hoetaek dan Hanbin sudah berjongkok sembari berpegangan pada pinggir kapal, sementara Matthew pasrah seraya memeluk roda kemudi. Setelah ini mereka pasti akan tenggelam.
***
Angin buritan mendorong kapal melaju ke depan. Kawanan burung camar berkoak heboh, terbang menukik kemudian bertengger pada pagar kapal. Sementara itu, mentari sore bersinar cerah ditemani awan yang berarak pelan.
"Ku pikir kita akan masuk ke dalam pusaran air tadi. Bahkan jika sampai tenggelam, aku sudah bersiap untuk mengeluarkan Spirito dell'acqua agar kita bisa selamat," seloroh Taerae.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]
FantasyBelum pernah ada sejarahnya seorang guardian yang dibawa ke kerajaan utama Nigreluna kembali dalam keadaan selamat dan pulang ke pulau Eltriluxly. Namun, suatu ketika, kejadian aneh dan ajaib terjadi. Sesosok guardian tiba-tiba saja kembali ke Eltr...