15. us, under the rubble

210 35 8
                                    

Keadaan beberapa orang yang tak sepenuhnya prima membuat para guardian berulang kali berhenti di tengah jalan. Kali ini mereka memutuskan untuk menginap di salah satu desa tak berpenghuni karena gelap hampir menjelang. Mencari-cari rumah yang kondisi bangunannya masih cukup bagus untuk ditempati dan berakhir menemukan sebuah rumah kecil di pinggir hutan. Tiang dan dindingnya berbahan kayu, dengan bentuk bangunan panggung. Sedangkan atapnya menggunakan daun Rumbia yang dianyam.

"Aku akan memeriksa bagian dalam rumahnya," Hoetaek menawarkan diri. Ia paham selama berada di laut dirinya banyak menyusahkan para guardian dengan memburu-buru mereka agar berenang lebih cepat. Padahal beberapa dari mereka masih harus membantu Ricky dan Gunwook untuk berenang.

Yang lain mengangguk. Zhang Hao kemudian berkata, "Kalau begitu saya akan mencari tumbuhan obat, bahan makanan, dan kayu untuk membuat api unggun."

"Aku ikut!" seru Jiwoong. "Kau cari tanaman obatnya saja, biar aku yang mencari kayu bakar dan bahan makanan."

"Biar kami bantu," sahut Hanbin kemudian. "Aku dan Yujin cukup ahli mencari bahan makanan selama di Sinzinna."

"Kalau begitu, Matthew bisa membantu Pemimpin Hoetaek membersihkan rumah. Sementara Yang Mulia Pangeran dan Gunwook menjaga Taerae," putus Zhang Hao.

Gyuvin lantas bangkit dari duduknya. "Mari, ku antar. Semoga saja aku tidak lupa arah," kelakarnya.

Hoetaek menyahutinya, "Tidak akan lupa, kok. Nih, ku bantu dengan bola-bola cahaya." Ia lantas membuat beberapa bola cahaya yang mengambang di udara. "Masing-masing dari kalian ambil satu buah."

Agak ragu, Gyuvin mengambil satu buah bola cahaya. "Ini tidak akan padam, kan? Soalnya aku kan elementer udara," tanyanya.

"Ck! Itu kan elemen cahaya, bukan api. Mana bisa padam dengan angin, bodoh!" pekik Ricky kesal.

Semua orang di sana kompak tertawa kala melihat raut wajah Gyuvin berubah masam. Agar tak semakin lama larut dalam tawa, Hoetaek lekas-lekas menambahkan, "Tenang saja, aku membuat bola cahaya itu secara khusus. Dia tidak akan padam meskipun diserang tornado, disiram air, dibakar api, ataupun disambar petir."

"Wah, keren juga," kata Gyuvin pada akhirnya. Memuji bola-bola cahaya buatan Hoetaek.

Kemudian, setelah mendapatkan tugas masing-masing, para guardian berpencar.

***

Bau apak serta anyir darah menyambut Hoetaek dan Matthew begitu keduanya membuka paksa pintu rumah. Meskipun berbau darah, tapi sepertinya tak ada satupun mayat orang di sini. Nigreluna pasti menculik semua warga Norglaraland. Benar-benar biadab! batin Hoetaek marah.

Beruntung tak ada kerusakan berarti pada rumah ini. Kerusakan kecilnya hanya meliputi nakas yang nyaris tak berbentuk entah karena hantaman sesuatu atau apa --- keduanya tak mampu menerka --- kemudian gorden rumah yang robek. Itu saja. Sisanya masih bagus. Bahkan di kamar-kamar masih ada alas tidur yang bisa digunakan serta lemari yang berisi pakaian-pakaian sederhana. Mereka bisa menggunakannya untuk berganti nanti.

"Kau menemukan sesuatu untuk membersihkan rumah?" tanya Hoetaek. Menyadari Matthew baru saja kembali dari kamar sebelah setelah memeriksa.

"Saya menemukan sebuah sapu dan sapu kecil. Anda pilih yang mana?"

Demi menebus rasa bersalahnya, Hoetaek memilih sapu yang berukuran kecil. Walaupun dalam hati ia bergidik, membayangkan rasa sakit yang akan menimpa pinggangnya begitu ia menyelesaikan tugas bersih-bersih ini. Tapi tidak apa-apa, toh cuma sekali. Siapa tahu setelah ini mereka akan menemukan istana dan bisa hidup dengan nyaman.

"Kalau begitu sekalian saja kita kumpulkan pakaian dan selimut yang masih bagus di ruang depan," usul Matthew.

Hoetaek menyetujuinya. "Ide bagus. Sekarang mari kita bersihkan ruang depan terlebih dahulu."

THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang