DUAR!
Zhang Hao menghela napas pasrah. Lantas mengusap wajahnya yang berlumur jelaga menggunakan sapu tangan. Baru sadar terlalu sibuk menyelami isi pikiran sampai melupakan bahwa dia sedang membuat resep ramuan baru untuk pembelajaran.
Dan entah apa yang dimasukkannya ke dalam kualinya sampai menimbulkan ledakan kecil dan menyebabkan para siswa kelas ramuan terkikik geli. Zhang Hao merutuki dirinya sendiri. Lantas melirik botol kaca dalam genggaman tangannya. Oh, sial. Rupanya pasir pantai. Padahal dalam resepnya tertulis bubuk kacang almond.
BRAK!
Pintu ruang kelas ramuan terbuka lebar. Membuat para siswa sekaligus Zhang Hao menolehkan kepala.
"Raeda! Matthew berkelahi dengan Inho! Kami tidak bisa melerai mereka!" papar salah satu siswa pelatihan elemen tingkat dua.
Ada-ada saja! batin Zhang Hao. Kemudian berlari mengikuti si siswa menuju ruang pelatihan setelah menyuruh siswa kelas ramuan membubarkan diri. Dan benar saja, tatkala Zhang Hao tiba di sana terjadi perkelahian elemen antara Matthew dengan Inho. Matthew menghindari serangan bola-bola air sembari menulikan pendengaran dari teriakan Taerae yang menyuruhnya agar berhenti saling serang dengan Inho. Sesekali melempar seberkas cahaya untuk menyerang lawannya.
"Jangan! Saltarelux* terlalu berbahaya, Matthew! Sudah cukup! Aku tidak apa-apa!"
Matthew tak menggubris perkataan Taerae. Malah melanjutkan perubahan elemen cahayanya menjadi berbentuk bola-bola serupa bola-bola air milik Inho.
"MATTHEW!" bentak Taerae.
"Diamlah, TAERAE! Aku hanya melakukan hal yang sepantasnya untuk orang bermulut tajam seperti dia!" Matthew balik membentak Taerae.
Tawa mengejek Inho terdengar. "Aku tidak bermulut tajam. Tapi aku mengatakan yang sebenarnya! Taerae itu, sudah yatim piatu, bodoh, lemah lagi! Melawan Watersplash* saja tidak bisa ---
"Tutup mulut besarmu itu!" geram Matthew. Serampangan melempar bola cahaya tingkat sedang hingga membuat Inho terpental menghantam tembok. "Aku memperingatkanmu, Cha Inho. Aku bisa saja menyerangmu menggunakan Magna Lux Explosio* sekarang. Tapi aku sadar itu bisa menghancurkan akademi."
Dalam keadaaan terpojok pun, Cha Inho masih bisa tertawa dan lagi-lagi mencela Taerae. "Orangtuamu pasti malu punya anak sepertimu, Taerae. Jika Kakakmu tahu perubahan elemenmu payah seperti ini, bukankah kau hanya akan memperparah penyakitnya? Bisa-bisa Kakakmu nanti malah terkena serangan jantung, hahaha."
Setitik air mata lolos dari mata Taerae. Boleh, kok. Boleh jika orang lain mencelanya sesuka hati. Taerae akan menerimanya dengan lapang dada. Tapi jika menyangkut Taemin, Taerae tidak bisa tinggal diam. Kakaknya terlampau berharga untuk dicela. Bukan keinginan Taemin untuk terlahir dengan penyakit jantung bawaan. Pun sebenarnya penyakit itu hanya kambuh saat Taemin kelelahan. Bukankah terlalu kasar bila menyebut kakaknya dengan 'sakit-sakitan'? Meskipun terkadang Taemin akan pingsan saat melakukan perubahan elemen, Taerae yakin, setidaknya Terraemotus* milik kakaknya masih bisa membuat Inho tertelan tanah.
"Silvais malu punya kesatria lembek sepertimu, kau tahu."
Taerae membuang napas kasar. "Silvais lebih malu dengan kesatria tak punya tata krama dan sopan santun sepertimu, Cha Inho," balasnya. "Setidaknya, aku yang lembek ini masih memiliki tata krama. Kau tahu? Orang yang berjiwa kesatria tidak akan mengejek dan mencela kekurangan orang lain. Itu artinya, kau bukan kesatria Silvais!"
Berang, Inho bangkit lantas mencoba menyiram Taerae menggunakan Watersplash. Akan tetapi, alih-alih menyiram Taerae, kumpulan air itu malah bercerai-berai bak tetes air hujan akibat dihancurkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]
FantasiBelum pernah ada sejarahnya seorang guardian yang dibawa ke kerajaan utama Nigreluna kembali dalam keadaan selamat dan pulang ke pulau Eltriluxly. Namun, suatu ketika, kejadian aneh dan ajaib terjadi. Sesosok guardian tiba-tiba saja kembali ke Eltr...