29. between life and death

139 26 8
                                    

Para guardian jadi bertanya-tanya, di saat diadakan eksekusi mati begini, mengapa raja Nigreluna tak muncul? Sejatinya semua orang di sana penasaran dengan rupa raja bengis itu. Namun, sejak awal tiba di sini, bahkan hingga Kino mengancam mereka dengan suara yang menggelegar, batang hidung raja Nigreluna tak kunjung tampak.

"Kita tidak akan bisa pulang," Matthew berujar lesu. Sebab, tidak ada yang bisa dilakukan mereka selain berdiri di tengah-tengah halaman, pada teriknya panas matahari yang membakar kulit sembari menunggu dengan harap-harap cemas. Berharap Hoetaek tak jadi dieksekusi mati, serta Yujin dan Ricky dibebaskan dari tahanan.

Sementara Hanbin tampak khawatir dan menggigit semua jarinya sampai berdarah. "Yujin... Bagaimana kalau mereka menyiksa adikku lagi?"

Hal itu membuat Zhang Hao merasa prihatin, kemudian menepuk-nepuk bahu Hanbin seraya menjauhkan jari-jari si pemuda yang telah berdarah dari mulutnya. "Semoga saja tidak, Hanbin. Kita doakan saja Yujin dan Pangeran Quanrui tidak disiksa di dalam penjara."

"Aku benci kita tidak bisa melawan," gumam Taerae dalam suara lirih. Kendati demikian, beberapa dari mereka ada yang mendengar dan sontak mengalihkan perhatian pada pemuda pemilik lesung pipi menawan itu. "Usaha kita selama di Norglaraland dan mengarungi laut Maruna jadi sia-sia."

"Tidak akan sia-sia kalau Yujin dan Pangeran Quanrui bisa menemukan bola kristal itu," sahut Jiwoong. Membuahkan raut wajah kebingungan dari para guardian di sana.

Xiaoting menambahi sembari mencondongkan tubuhnya ke depan, "Ya, sebenarnya mereka tadi cuma berakting agar bisa mundur dari sini. Sst... Yujin ternyata punya teman di sini, tahu."

***

Melewati sebuah lubang di balik tanaman merambat yang tumbuh pada dinding sayap barat istana Nigreluna, Dokyun dan Yonghyeon membawa kedua guardian itu menuju jalan rahasia. Mereka harus bergegas sebelum Hoetaek sungguhan dieksekusi menggunakan guillotine dan darahnya dipersembahkan untuk ritual Sanguinis Oblatio.

"Masih lama?" tanya Yujin. Lubang tanpa penerangan memang membuatnya cukup pening dan sedikit jijik akibat tangan yang digunakan untuk merangkak kotor terkena lumpur. Sementara aroma lumut bercampur sesuatu yang amis di sana sedikit membuatnya mual.

"Masih, di ujung sana," suara Dokyun terdengar. Menggema dan memantul pada dinding sempit yang mereka lewati. "Kita juga harus melihat-lihat situasi sebelum benar-benar keluar."

Ricky menjentikkan jari. Seberkas cahaya kebiruan muncul, menerangi lubang yang gelap. "Berhenti sebentar. Kami butuh penjelasan mengapa kalian berdua mau menolong kami," pintanya sembari berupaya bernapas meskipun ritmenya pendek-pendek. 

"Kami berdua tulus ingin membantu kalian," tutur Yonghyeon. "Lagipula, kami sudah lelah dan muak bekerja di sini tanpa punya gaji yang pantas. Makanan yang diberikan pada kami pun sangat tidak layak."

"Sebagai bayaran karena telah menolong kalian, bolehkah bila kami ikut kalian? Kemanapun boleh, asal bukan di sini," sambung Dokyun setelahnya.

"Aku akan mengizinkan kalian tinggal di Norglaraland asal kau dan rekanmu benar-benar tidak membohongi kami," ucap Ricky seraya menatap tajam Dokyun. Sebab, sesungguhnya ia belum seratus persen percaya pada mereka berdua. "Dan bolehkah aku bertanya kemana Raja Nigreluna saat Kino berbuat sewenang-wenang terhadap orang seperti sekarang ini?"

Dokyun dan Yonghyeon saling pandang. "Aduh, bagaimana menjelaskannya ya?" Keduanya kemudian bergantian menyenggol lengan satu sama lain.

"Jelaskan saja, Kak. Cepat, kita diburu waktu," sambar Yujin tak sabaran.

"Tuan menyegel raja setelah berhasil membunuh beliau dalam tidurnya. Jadi, sebenarnya raja di sini adalah dia, Tuan Kino," tutur Yonghyeon. "Dan kami yang sebelumnya orang baik terpaksa berubah menjadi jahat demi menyelamatkan diri sendiri agar tidak dibunuh."

THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang