18. a glimmer of hope

220 30 3
                                    

Nyatanya, mereka tak benar-benar diantarkan sampai istana. Norgra mendarat dengan mulus di atas tanah bersalju yang kira-kira berjarak lima belas meter dari kawah gunung berapi. Memaksa para guardian untuk turun dari punggungnya. Kemudian, sang naga mengepakkan sayapnya dan menghilang di balik rimbunnya pepohonan bersalju.

"Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Hoetaek keheranan seraya menapakkan kakinya ke atas salju.

Ricky menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eum, bagaimana ya aku harus mengatakannya? Norgra tidak bisa mengantar kita ke istana karena dia tidak tahan dengan suhu dingin."

Para guardian spontan mendesah kecewa. Sebab, mereka pikir paling tidak bisa langsung sampai di istana tanpa berjalan kaki. Tahunya, sang naga malah berhenti di pinggir hutan. Yang artinya, setelah ini mereka masih harus berjalan kaki menembus hutan bersalju demi mencapai istana Norglaraland.

"Hehehe... Maafkan aku, teman-teman," ucap Ricky seraya memberi cengiran khas.

"Oh dan satu hal lagi, Rui," peringat Gyuvin, saling lirik bersama Gunwook. "Setelah terbang ke sini ---

"Norgra tidak akan bisa lagi mengantarkan kita kembali ke sana," sambung Gunwook dalam raut wajah datar. Secara tidak langsung berkata bahwa jika ingin keluar dari istana nanti, mereka harus melewati jembatan di atas kawah gunung berapi tanpa bantuan Norgra.

Membayangkannya saja sudah membuat para guardian bergidik ngeri. Tapi, yang terpenting untuk saat ini, mereka harus segera memutuskan. Melanjutkan perjalanan, ataukah membuat kemah sementara untuk beristirahat. Sebab, malam telah menjelang. Gelap menggantikan jingga di langit Norglaraland.

"Sebagai Pangeran Norglaraland, aku akan menunjuk Kak Jiwoong sebagai pemimpin kita selama di sini. Jadi, segala keputusan harus diputuskan olehnya," ujar Ricky. Ia kemudian menatap Hoetaek. "Dan untuk Anda, Pemimpin Hoetaek, bukannya aku tidak percaya pada kinerja Anda. Tapi menurutku, sudah cukup kepemimpinan Anda selama berada di Eltriluxly. Kepemimpinan akan ku berikan pada Kak Jiwoong sekarang."

Jiwoong yang ditunjuk tentu saja terkejut. Dalam hati merasa tak enak hati pada Hoetaek. Sebab, dirinya hanya punya satu elemen, sementara Hoetaek memiliki dua elemen. Bukankah harusnya Hoetaek lebih pantas?

Mendapati ekspresi Jiwoong tampak kompleks, Ricky lekas-lekas menambahkan, "Bukan tanpa alasan aku memilihmu, Kak. Selain karena kau adalah yang tertua setelah pemimpin Hoetaek, ku pikir, kau akan jadi seseorang yang bijaksana dan mampu mengatur segala sesuatu dengan baik. Meskipun pangeran, aku tetap butuh bantuan, kan?"

Yang lain mengangguk membenarkan. Termasuk Hoetaek, yang tersenyum dan tak membantah perkataan Ricky.

"Baiklah, jika kalian pikir begitu. Aku akan menyanggupi menjadi seorang pemimpin guardian," ucap Jiwoong. "Tapi, aku tidak bisa memutuskan segala sesuatu sendirian, karena belum tentu pendapatku benar. Jadi sebaiknya kita berdiskusi dan memilih pilihan terbaik."

Matthew meletakkan keranjang berisi ikan bakar dan berinya ke atas tanah bersalju. Lantas bertepuk tangan, mengambil atensi mereka semua. "Ya, jadi bagaimana, teman-teman? Apakah kita bermalam di sini atau melanjutkan perjalanan?" tanyanya.

Sung Hanbin menyahut, "Bukankah lebih baik kita bermalam dulu baru melanjutkan perjalanan? Kita butuh makan, minum, dan tidur yang cukup."

"Kak Hanbin benar," imbuh Yujin. "Lagipula, sepertinya Kak Jiwoong dan Kak Matthew kelelahan."

"Bukan hanya mereka, kita pun juga lelah," sambung Taerae.

Gunwook menjentikkan jari. "Nah, karena kita semua lelah, mari mendirikan kemah sederhana untuk tidur."

THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang