Kesedihan para guardian tak terbendung. Di antara ratusan tahanan yang tampak mengenaskan itu, ada sanak keluarga mereka. Yaitu ibunya Jiwoong, ayah dan ibu Matthew, Kim Taemin (kakaknya Taerae), ayah dan ibu Sung bersaudara, serta ayah dan ibu Park bersaudara. Rasanya sakit hati mereka melihat kondisi semua guardian di sana yang kumal, penuh luka sayat, serta bernoda darah baru maupun darah kering. Sedang tangan mereka dirantai menggunakan rantai besar.
Di belakang tahanan, ada ratusan tentara yang membawa senapan dan mengarahkan moncong senjata api tersebut pada kepala para guardian. Yang artinya, jika salah melangkah, nyawa semua guardian di sana jadi taruhannya. Alias, jika kelompok guardian yang dipimpin Hoetaek melawan, semua peluru akan menyasar pada kepala tiap-tiap guardian yang menjadi tahanan Nigreluna.
Taerae yang paling tidak mampu membendung air mata ketika bertatapan dengan kakaknya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini. Apalagi ketika melihat Taemin tersenyum sembari berucap tanpa suara dan mengatakan 'aku baik-baik saja, jangan khawatir' . Hati Taerae seperti tercabik-cabik. Baik-baik saja darimananya? Sebelah mata sang kakak bahkan tampak lebam keunguan. Pada leher, tangan, dan kakinya penuh luka sayatan yang sepertinya digunakan untuk Sanguinis Oblatio. Taerae merasa berdosa kabur tanpa membawa kakaknya ikut serta.
Jiwoong sendiri mengedarkan pandangan. Setelah menemukan ibunya, ia ingin menemukan Kim Hara, kakaknya serta ayahnya di antara ratusan tahanan yang ada di halaman istana Nigreluna. Tapi kenapa tidak ada? Apakah keduanya sudah tewas?
Dan yakinlah, semua orang di sana menahan rasa rindu mendalam satu sama lain. Juga meredam tangis agar tidak kelihatan lemah di mata musuh
***
Namun, dari sisi Hoetaek, ada luka yang menoreh sangat dalam di hatinya. Kala sebelah mata jernih gadis kecil berambut kumal itu menatapnya, ada pancaran rasa sakit tak tertahankan yang sanggup merobek-robek nuraninya.
"H-Hana...."
Hana, putri kecilnya telah tumbuh sebesar ini dalam cekalan Nigreluna? Lalu bagaimana dengan....
"Mencari dia?"
Kino telah turun dari menara. Ia mencengkram erat tengkuk seorang wanita berambut panjang yang berjalan terbungkuk-bungkuk. Gaun putih pendek selutut yang dikenakan wanita itu robek-robek, merah gelap ternoda darah dari sayatan pada tangan dan kakinya.
"S-seyeon...," gumam Hoetaek.
Tatkala tiba di depan para tahanan lain, serta-merta Kino menendang kaki si wanita hingga jatuh bersimpuh. Hoetaek memekik tertahan melihat itu. Apalagi ketika dengan sadisnya Kino menarik paksa rambut wanita itu agar mendongak, menampakkan wajah penuh luka sayatan baik yang telah kering maupun sayatan baru.
"Suka dengan kejutannya?" tanya Kino. Dan begitu mendapati raut wajah Hoetaek tampak sedih, ia tertawa kecil. "Ayo, kenapa tidak saling menyapa? Sudah lama sekali, kan, kalian berdua tidak bertemu?"
"Apa yang kau lakukan padanya?!" teriak Hoetaek marah.
Namun kemarahan itu malah membuahkan tawa dari si musuh para guardian. "Yang kulakukan? Kau masih bertanya padaku padahal sudah tahu alasannya?"
"Jangan berbelit-belit, Hyunggu. Sungguh aku tidak tahu apa alasan kau melakukan ini pada Seyeon dan Hana. Jika memang salah, itu seharusnya aku, bukan mereka ---
"Hahahaha! Salahmu?! Setelah empat tahun berlalu, kau baru sadar itu salahmu?! Sudah terlambat mengakui kesalahanmu, kau tahu," pungkas Kino. Yang kemudian menarik pistol yang tergantung pada ikat pinggangnya. Lantas menempelkan moncong senjata api tersebut pada samping kepala wanita bernama Seyeon itu. "Sudah saatnya kau menerima pembalasanku, Lee Hoetaek."
"Lepaskan Seyeon, Hana, dan guardian yang lain. Jika alasanmu melakukan semua ini karena aku, bunuh aku saja, Hyunggu."
Ucapan tiba-tiba Hoetaek itu sontak mendapat protes tak terima dari para guardian di sana. Termasuk pula Seyeon dan Hana.
Kino menaikkan sebelah alisnya. "Penawaran menarik. Tapi sayang sekali, aku tidak berminat. Aku lebih senang bermain-main daripada diajak berbicara serius, jika kau mau tahu." Ia kemudian bersikap tak peduli seraya pura-pura menarik pelatuk pistol pada genggaman tangannya.
"Ku bilang, bunuh aku saja!"
"Hui! Jangan bodoh!" Seyeon membentak. Air matanya berlinang membasahi pipi melihat Hoetaek bersimpuh di depan Kino. "Tetaplah hidup!"
"Bagaimana bisa aku hidup jika harus mengorbankan nyawa guardian tak bersalah, Seyeon! Aku yakin dosaku pada Dewi Lunar sudah tak terukur lagi! Jadi biarkan aku menebusnya dengan kematian ku asal semua guardian bisa hidup tenang!"
"Oh begitu kah? Kau benar-benar mau menebusnya dengan nyawamu?" tanya Kino main-main.
***
Hoetaek sungguhan menyerahkan diri sebagai jaminan bagi semua guardian di sana. Tapi sebenarnya para anggota kelompok guardian tidak yakin Kino bersungguh-sungguh dalam janjinya untuk melepaskan guardian yang lain. Sebab, si antek-antek Nigreluna itu melarang mereka bergerak seincipun dari sana sampai Kino memberi keputusan.
Jika sampai bergerak dan ketahuan menggunakan elemen, para guardian yang dirantai akan ditembak kepalanya dan tubuhnya dijadikan makanan ikan piranha.
Keputusan yang sangat berat sebelah dan menguntungkan pihak musuh. Namun mau bagaimana lagi? Maju kena, mundur pun kena. Harus ada yang berkorban jika ingin semua orang di sini selamat.
"Yoonwoo... Psst!"
Kendati yang dipanggil adalah Yoonwoo, Yujin sontak menolehkan kepala. Mencari asal suara yang memanggil nama itu. Ia menemukan dua orang tentara Nigreluna mendekatinya sembari memanggul senapan.
"Dokyun! Yonghyeon! Apa yang kalian berdua lakukan!" teriak pimpinan tentara yang ada di menara.
Panik, kedua tentara tersebut berteriak sembari menunjuk Yujin. "Mengancam mereka! Lihat, dia mencoba kabur!"
Yujin yang ditunjuk berpura-pura mengangkat tangan tanda menyerah. Membiarkan kedua tentara tersebut merangkulnya kasar sembari menodongkan pistol di depan wajahnya.
"Yoonwoo --- ah bukan, Yoonwoo palsu. Berpura-puralah melawan sekarang," bisik Yonghyeon pada telinga Yujin.
Tak paham dengan maksud perkataan Yonghyeon, Yujin balas berbisik, "Maksudnya apa? Aku tidak paham."
"Kami akan membantumu menemukan bola kristal," jawab Dokyun.
"Kalian akan berkhianat --- MMP!" Mulut Yujin spontan dibekap. Keduanya segera berteriak-teriak agar tentara lain mendengar bahwa mereka menyuruh Yujin diam.
"Diam saja, akan kami jelaskan nanti," bisik Yonghyeon kemudian.
"Tapi bawa juga Kak Ricky yang berambut pirang itu, aku membutuhkan dia," bisik Yujin balik. Yang kemudian berpura-pura memberontak sampai membuat guardian yang lain terkejut setengah mati.
"Bajingan! Lepaskan aku!" maki Yujin. Padahal cekalan tangan Yonghyeon dan Dokyun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan siksaan yang dialaminya selama ditahan di sini alias tidak terasa sakit sama sekali.
"Sst! Diam!" teriak Dokyun dan Yonghyeon.
Mereka dengan sengaja mengulur waktu. Bahkan sampai Hoetaek didatangkan kembali di halaman bersamaan dengan para algojo yang membawa guillotine untuk eksekusi mati, mereka masih berpura-pura. Sampai akhirnya Kino melihat itu dan memperbolehkan Yonghyeon dan Dokyun membawa pergi Yujin beserta Ricky dari sana untuk ditahan di penjara bawah tanah karena memberontak.
---------------------------✨
📝[A/N]Hoetaek bakal dieksekusi mati :)
Tinggal dua chapter lagi dan buku ini tamat 🥳
Terima kasih buat kalian yang masih memberi vote. Selamat membaca dan terima kasih atas apresiasinya! Sampai jumpa di chapter selanjutnya! See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]
FantasyBelum pernah ada sejarahnya seorang guardian yang dibawa ke kerajaan utama Nigreluna kembali dalam keadaan selamat dan pulang ke pulau Eltriluxly. Namun, suatu ketika, kejadian aneh dan ajaib terjadi. Sesosok guardian tiba-tiba saja kembali ke Eltr...