13. escape (fall into the sea)

212 38 7
                                    

Malam menjelang. Namun mereka tak kunjung menemukan barang yang sekiranya dapat digunakan untuk memotong tali. Nyaris putus asa,  sebuah ide terlintas dalam benak Matthew. "Bagaimana kalau kita bakar talinya?"

"Bakar menggunakan apa?" balas Hoetaek frustrasi.

"Ya kalau dibakar tentu menggunakan api, Anda ini bodoh atau bagaimana?" sindir Yujin. Meski hatinya masih belum mampu menerima bahwa Hoetaek ternyata tak terlibat apapun dalam penahanan oleh kerajaan Nigreluna, namun, ia sebenarnya curiga. Pasti ada hubungannya hingga Kino bisa berbuat sejahat ini pada para guardian.

Semua orang disana serentak menatap Jiwoong. Yang ditatap sendiri mengerjap perlahan, tak mengerti situasi yang sedang terjadi. "Aku?" tanyanya.

Kemudian, secara bergiliran dimulai dari dirinya sendiri, Jiwoong berusaha membakar ikatan tali dengan perlahan. Sebab, bila sembarangan membakar, bisa-bisa kulit akan melepuh. Apalagi panas api elemen cukup sulit dikontrol.

"Aku jadi penasaran," ungkap Ricky. Sembari menunggu gilirannya membakar tali, ia kembali membuka diskusi.

"Penasaran soal apa?" Matthew menanggapi.

Si pangeran Norglaraland itu memiringkan kepala. "Entahlah, aku cuma merasa aneh, bagaimana bisa elemen kita tidak mempan pada mereka? Sebenarnya kekuatan apa yang mereka miliki?"

Tahu-tahu, Hoetaek menyahut, "Kenapa kau tidak bertanya pada Yujin? Dia, kan, pernah ditahan Nigreluna. Dia pasti tahu kekuatan apa yang mereka miliki."

Mendengarnya, Yujin kontan menatap Hoetaek sinis. Apa-apaan dia ini?! batinnya keki. Dan benar saja, atensi para guardian di sana sepenuhnya beralih padanya. Oh, ya ampun. Yujin rasanya sebal dengan Hoetaek jika begini caranya. "Aku pun sebenarnya tidak tahu pasti seperti apa kekuatan mereka. Karena setelah diculik dan dikurung, kekuatan elemenku perlahan melemah. Apalagi setelah menjalani Sanguinis Oblatio, elemenku nyaris tak bisa digunakan."

"Kalau boleh tahu, Sanguinis Oblatio itu seperti apa?" tanya Taerae penasaran.

"Sanguinis Oblatio itu...

Kepala Yujin rasanya dihantam sesuatu. Dan tatkala ia membuka netra, yang pertama kali tertangkap adalah sepatu bot besar yang berada tepat di depan hidungnya. Sepatu bot berbau tanah busuk Nigreluna. Oh, rupanya tentara Nigreluna ini membangunkan Yujin dengan cara memukulkan bagian bawah sepatunya yang keras pada kepala si guardian.

"Cepat bangun!" teriaknya dingin.

Lantas tanpa belas kasihan menyeret Yujin yang masih setengah sadar untuk keluar dari tempat penahanan, tak lupa menutup mata si guardian dengan kain. Mereka bahkan menyumpal mulut Yujin agar ia tak berteriak.

Sekuat tenaga Yujin memberontak. Namun, tak ada hasil berarti. Tenaganya kalah kuat, lantaran ia hanya diberi makan sekali sehari. Itupun dengan makanan tak layak makan, yang mungkin lebih pantas disebut sebagai pakan babi. Atau kadang, bila mereka sedang berbaik hati, tahanan akan diberi roti keras dengan kuah seasin laut Maruna.

Lelah memberontak, Yujin akhirnya pasrah. Bahkan meskipun betisnya yang cuma terhalang kain tipis bergesekan dengan lantai kasar ruang tahanan dan menyebabkan luka gores yang menyakitkan, tak ada yang bisa Yujin lakukan selain merapal doa.

Kemudian, setelah diseret selama kurang lebih setengah jam lamanya, Yujin bisa bernafas lega. Para prajurit itu meletakkannya dalam posisi bersimpuh dengan tangan terulur lurus ke depan, tali yang semula mengikat kedua tangannya menjadi satu dilepas, lantas diganti menjadi tali gantung. Bagian lengan pakaiannya juga digulung sampai sebatas siku. Yujin jadi bertanya-tanya ada apa gerangan sampai ia diperlakukan seperti ini. Mereka juga menyuruh agar menghadapkan telapak tangannya ke atas.

THE GUARDIANS : ROAD TO UTOPIA [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang