09

6.2K 454 17
                                    

Tandai typo✓
Happy reading~
___________________

Rana menatap langit malam lewat jendela taxi yang saat ini dia tumpangi.

Dia berhasil keluar dari markas Avegas setelah menendang selangkangan Ares hingga pemuda itu berteriak murka.

Ares adalah tipe pria peka. Dia juga tipe orang yang mudah curiga.

Namun Rana tidak pernah menyangka, Ares langsung sadar dengan dirinya yang bukan Ranaya.

Kepekaan pemuda itu patut diberi acungan jempol.

Ares Kavinza, pria tempramen. Dia menyukai tantangan, karna itulah Rana menantangnya. Hanya dengan tantangan, Ares tidak akan memberitahukan semuanya pada inti Avegas yang lain.

Dia suka kemenangan dan membenci kekalahan.

Karna Rana sudah terlanjur menantang pemuda itu, tentu saja dia harus memikirkan rencana untuk menaklukkan Avegas dibawah kendalinya.

Selain ingin memenangkan tantangan, dia juga butuh dukungan Avegas untuk kelangsungan hidupnya.

Rana akui, Avegas cukup berpengaruh disini. Jadi jika dia berhasil menaklukkan mereka, bukan kah itu sangat bagus?

Namun masalahnya, bagaimana dia bisa menaklukkan para penjahat itu?

Rana menghela nafasnya pelan lalu menyandarkan kepalanya pada jendela mobil, menatap gedung-gedung tinggi yang menghiasi langit malam.

Seketika ingatannya kembali pada ucapan Ares yang bilang bahwa Ranaya bisa membuat racun.

Racun?

Bagaimana jika dia belajar membuat Racun seperti Ranaya? Setidaknya dia bisa bertahan hidup dengan cara itu.

"Oke, gue bakal belajar bikin Racun" gumam nya lalu tersenyum.

****

"Lo kenapa Res?" Tanya Satya heran pada Ares yang kini berjalan dengan sedikit mengangkang.

"Jatuh dari tangga" jawab Ares dengan wajah masam nya.

Ini semua gara-gara Rana sialan itu.

Jika bukan karna tendangannya, dia tidak akan berjalan seperti ini.

"Harusnya lo pincang bukan jalan ngangkang" ujar Darren yang mendapatkan decakan kesal dari Ares.

"Gue habis sunat" ujar Ares kesal yang membuat Skala tertawa.

Pemuda itu langsung bungkam saat Ares menatapnya tajam.

"Dimana Rana?" Tanya Liam datar.

"Pulang"

"Lah? Kok balik? Terus ini gimana?" Serobot Egi sembari menunjuk layar komputer yang masih menampilkan angka-angka aneh.

"Kenapa?" Tanya Liam, mengerutkan dahinya tidak suka.

"Dia mau operasi ginjal" jawab Ares asal lalu duduk di sofa, tanpa menghiraukan tatapan cengo dari teman-temannya.

"Rana sakit?" Tanya Darren sedikit kaget.

"Udah sekarat" sahut Ares yang langsung membuat Satya menendang kakinya.

"Apaan sih?!"

"Lo yang apa-apaan! Kalo dia sekarat, ngapain tadi masih disini? Mana ngemil jajanan lagi" ujar Satya, menatap sinis pada Ares yang kini mendengus.

KISAH TANPA ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang