Diary 12

99 12 5
                                    

Liona mengerutkan keningnya dalam-dalam, merasa terusik lantaran telinganya yang samar-samar mendengar suara rengekan Rihanna. Begitu dia membuka kelopak matanya, dia pun langsung disambut dengan pemandangan di mana Anna yang memang masih berbalutkan baju tidurnya tersebut terduduk di atas kasur dengan raut muka kecutnya. Rambutnya yang masih acak-acakan pun menjadi pemertegas bahwa Anna juga sepertinya terbangun karena sesuatu.

"Eh, udah bangun cantiknya Ibun" ucap Liona dengan nada suara pelannya. Nyawanya belum kumpul sepenuhnya sebenarnya karena dipaksa terbangun dari tidurnya seperti ini.

Anna pun menjatuhkan tubuhnya ke kasur agak kasar sampai tubuhnya memantul beberapa kali di atas kasur. Dia kembali merengek keras sembari menggerakkan kakinya tidak beraturan.

Liona yang melihatnya pun langsung menghela napasnya pelan, berusaha sabar menghadapi Rihanna yang mendadak rewel di pagi-pagi buta begini. Masih jam setengah empat masalahnya, sementara Anna saja baru tertidur sekitar pukul dua belas.

Saat Maghrib tadi, selepas Ankara dan Ayah Mada pulang, Anna memang tertidur, dan tiba-tiba saja terbangun sekitar jam sembilan malam. Setelahnya otomatis Anna tidak mau tidur lagi, dia justru inginnya bermain. Resiko anak yang tertidur awal memang begini. Angkasa lah yang saat itu lebih banyak mengasuh Anna, sementara Liona sendiri fokus mempelajari data-data kesehatan pasiennya yang sebelumnya tertunda. Barulah di pukul sebelas malam, Liona yang bergantian mengasuh Anna karena Angkasa yang berkali-kali menguap karena mengantuk. Sehingga ketika Anna tidur di jam dua belas malam, disaat itulah Liona baru bisa tertidur. Jam tidur Anna yang berantakan tentu saja berdampak pada jam tidur orangtuanya yang akan ikut berantakan.

Tapi kurang dari empat jam saja Liona tertidur, dia sudah diharuskan bangun lagi karena Rihanna yang mendadak terbangun dari tidurnya.

"Kenapa sayang kenapa? Anna ngompol ya?" Tanya Liona mengingat Anna seringkali terbangun di tengah tidurnya kemudian menangis keras karena mengompol.

Liona pun mengulurkan tangannya ke kanan, meraba celana Anna. Anehnya masih kering. Maka kemungkinan besar Anna menangis bukan karena mengompol.

Lalu karena apa? Apa jangan-jangan karena luka lebamnya itu?

Liona pun sedikit mengangkat kepalanya untuk memudahkannya menatap Anna dengan tatapan khawatirnya, "sakit lagi kepalanya sayang?" Tanya Ibun sembari mengecek dahi Anna yang sebelumnya memerah karena tertimpa balok kayu. Benar saja, sekarang lebam kemerahan tersebut berubah menjadi lebam kebiruan.

Tidak berhenti sampai disitu, Liona pun dibuat panik begitu dia menyadari bahwa suhu tubuh Anna lebih panas dari biasanya. Untuk memastikannya Liona bahkan beberapa kali menempelkan tangannya pada pipi Anna, leher sampai dahinya.

"Kok badannya anget ya Na" gumam Liona terlihat terkejut bukan main. Pasalnya sebelum tidur Anna terlihat baik-baik saja. Liona juga seringkali bolak-balik mengecek luka di dahi Anna, juga sering mengolesi salep pada luka lebam di dahi Anna. Jadi Liona yakin betul bahwa sebelumnya suhu tubuh Anna termasuk kategori normal. Tapi kenapa ditinggalkan tidur sejenak malah membuat Liona mendapati keadaan Anna yang mengkhawatirkan begini. Pantas saja Anna terbangun dari tidurnya dan mendadak rewel begini.

Liona pun segera bangkit dari posisinya. Rasa kantuknya hilang begitu saja mendapati keadaan Anna yang tidak baik-baik saja. Dia pun mengambil jepit rambutnya di atas meja nakas di sisi ranjang dan segera menjepit rambutnya, menyisakan poni yang menutupi kedua alisnya.

Kemudian Liona pun mengulurkan tangannya ke depan, memegangi tangan Anna dan menariknya perlahan, sampai Anna kembali dalam posisi duduk. "yuk yuk sama Ibun, cek suhu dulu ya" ujar Liona.

Anna merengek sembari menggelengkan kepalanya dengan tegas. Dia bahkan kembali menjatuhkan tubuhnya ke belakang, sampai menubruk tubuh Papanya yang masih terlelap menyamping di sana. Anna berguling ke sisi kirinya lalu menyembunyikan kepalanya pada ceruk leher Papanya.

[5] Everyday : Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang