Hari lain berlalu, Alira duduk menghadap tungku sambil sesekali membaca buku di pangkuannya.
Di atas tungku ada kuali besar mengukus labu, kentang dan bakpao.
Tidak lupa dia memasukkan lima ubi jalar ke dalam tungku, uap panas menenangkan kulitnya yang terasa dingin, bangun pagi di saat musim gugur sungguh suatu tantangan.
Suara kertas di balik menemani sepinya pagi, semua pengetahuan di serap oleh Alira tanpa kendala.
" Lira. " Suara familiar membuat Alira mendongak, bergegas membuka pintu dapur, melihat Lu Tao di berdiri menunggunya.
" Saudara Lu " Alira bergegas mendekat. Ada sedikit abu putih di rambutnya.
" Apa yang sedang kamu lakukan.? " Lu Tao bertanya, secara alami mengulurkan tangannya, membuang partikel abu di rambut hitam Alira.
" Tidak ada, hanya memasak dan melihat-lihat. " Alira menunjukkan buku di tangannya.
" Oh,, buku apa yang kamu baca.? "
" Ini buku milik kakek Du, di dalamnya di jelaskan beberapa teknik akupuntur, lihat ini, titik ini namanya Baihui, ada di atas kepala, lalu Hegu di antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu,,, " Alira terus menjelaskan dengan bersemangat, dia merasa senang hanya dengan bercerita. Tapi tiba-tiba Alira tanpa sadar mengerucutkan bibirnya.
Kakek Du memang pernah mengajarinya dasar-dasar akupuntur, tapi tetap saja, teori tidak lebih baik dari pada praktek.
" Ada apa.? " Lu Tao menoleh, kelinci kecil itu nampak terdiam tenggelam dalam pikirannya.
" Bukan apa-apa, hanya saja aku sudah menghafal teorinya, tapi belum bisa mencobanya. " Alira bersuara pelan.
" Belajar perlahan, jangan terburu-buru. " Lu Tao menghibur, menahan tangannya agar tidak mencubit pipi Alira yang sedang merajuk, terlalu menggemaskan.
" Oh, aku tahu, hehe. Jika ada kesempatan aku ingin mencobanya. " Alira mengangkat bahu tak berdaya, yah, dia harus sabar, lakukan perlahan.
" Bagaimana denganku.? " Lu Tao menawarkan diri, demi Alira dia tidak peduli yang lain.
" Saudara Lu, kamu,, kamu yakin? tapi aku belum pernah melakukan ini secara nyata. " Alira sedikit bersemangat, dia selalu ingin mempraktekkan pemahanannya terhadap akupuntur, hanya butuh percobaan, jika Lu Tao bersedia, tentu saja Alira bahagia.
Oh,, apa pikirannya menjadi sedikit bengkok. Ta--tapi Alira sungguh ingin menilai kemampuannya.
" Tidak apa-apa, aku percaya padamu. " Kepercayaan Lu Tao begitu kokoh, tak tergeser, jika Alira bilang gajah bisa terbang, maka Lu Tao akan langsung menyetujuinya tanpa jeda.
" Sungguh. ? " Alira menatap dengan mata bulat persiknya, terlalu berkilau.
' Eugh '
Membuat Lu Tao terdiam karena sesuatu menggaruk jantungnya. Aduh, kelinci ini terlalu mudah di bujuk dan di rayu, semua hal sepele membuatnya bersemangat dan tersenyum bahagia. Bagaimana jika ada yang berniat jahat karena kepolosan dan kenaifannya ini. Itu berbahaya." Hmm, kapan kamu ingin mencobanya.? " Lu Tao mencoba mengalihkan pikirannya, jika dia tanpa sadar mencubit pipi Alira tiba-tiba, dia takut pihak lain akan cemas lalu kabur bersembunyi ke dalam rumah.
" Bagaimana dengan hari ini.? " Alira melompat kegirangan, seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru dan ingin langsung mencobanya.
" Baiklah, dengarkan kamu. " Lu Tao menganggukkan kepala, kebahagiaan Alira juga menular ke hatinya dengan cepat.
Sebelum Alira pergi, Lu Tao memberikan kastanye yang sudah dia bersihkan dan kesemek liar yang baru dia petik.
" Simpan ke dalam beras beberapa hari, kesemek akan matang. " Lu Tao mengingatkan, membuat Alira mengangguk senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Tuan tukang kayu yang sangar
FantasyPeringatan keras !!! [ Ini cerita berbau BL, alias cowok sama cowok, bagi kalian yang merasa risih dan tidak suka, bisa langsung skip.] Prolog Alira yang mengira cinta pertama nya adalah pria terbaik Akhirnya harus di hempas kan dalam kekecewaan...