The Story Of Ebi

6.9K 379 5
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Gemian berdiri, menghampiri Willona.

"Saya mau data bocah itu secepat nya" ujar nya.

Earth melirik sang istri, maxim menggeleng melihat kelakuan anak nya itu.

"E-eu.. itu boleh saja tuan muda. Kebetulan saya wali kelas nya di sekolah, dan wali nya di panti." Willona menjawab dengan gugup.

"M-mari lewat sini tuan" lanjut nya seraya berjalan menjauh dari Febi yang berada di kolam ikan, ke arah pondok an kayu.

Ke empat nya duduk lesehan di pondok, dengan Gemian yang tak berhenti menatap Febi di sana.

Wilona menengok Gemian, dan mengikuti arah pandang lelaki itu. Tanpa sadar bibir nya tersenyum manis melihat balita lucu yang sedang tertawa lepas karena telah berhasil menangkap se ekor ikan cupang incaran nya.

Arah pandang Wilona mengedar, dan berlabuh ke arah Pria berparas cantik di depan nya.

"Perkenalkan nama saya Wilona." Ucap nya memperkenalkan diri.

"Saya Bendahara Umum Panti Asuhan Harapan. Dan kebetulan juga saya Wali Kelas Febi di Taman kanak - kanak Negeri Raya." Lanjut nya. Wanita muda itu mengulurkan tangan nya dan langsung di sambut hangat oleh Maxim.

"Saya Maximus, dan ini Suami serta anak saya Earth dan Gemian." Maximus menunjuk Suami dan Anak nya secara bergantian untuk memperkenal kan nya.

Cukup hening beberapa saat, hingga Wilona mulai membuka cerita.

"Sedari bayi Febi sudah di buang oleh orang tua nya."

Maxim terkejud tak menyangka, refleks menutup mulut nya yang terbuka sempurna.

"Ibu nya meninggal saat melahirkan Febi ke dunia. Sang Ayah yang sangat mencintai Ibunda Febi, murka dan gelap mata sehingga dengan tega membuang Bayi mungil nya yang baru berusia 10 hari pada saat itu." Lanjut nya dengan mata berkaca - kaca

Air mata Wilona tak bisa di bendung. Ia ingat sekali betapa ringkih nya Febi kecil saat di temukan di depan rumah panti. Bibir nya pucat dan membiru karena kedinginan dan wajah manis nya yang penuh dengan luka basah.

Maxim menggenggam tangan Wilona menguatkan, melihat itu sontak Earth pun mendengus cemburu.

Memilih membuang muka ke arah lain, ia pun bertanya.

"Lalu dimana ayah nya sekarang berada?"

"Saya pun kurang tau pasti. Namun dari apa yang tertulis di surat itu, ayah Febi akan menikah lagi dengan wanita yang di pilih oleh ibu nya untuk mengganti kan istri nya yang telah tiada. Mungkin sekarang kedua nya telah menikah." Jelas nya sembaru terisak pelan.

"Surat?" Tanya Maxim bingung.

"Iya tuan saya menemukan sebuah surat & kalung di dalam keranjang bayi Febi. Seperti nya ayah nya sendiri lah yang menulis surat itu. Sedangkan kalung nya sudah terpasang di leher Febi sejak saya melihat nya."

"Dalam surat itu Ayah Febi meminta maaf karena tak sanggup membesarkan nya, melihat wajah Febi membuat nya depresi karena terus mengingat mendiang sang istri." Lanjut Willona.

"Apakah tertera siapa nama Ayah bocah itu?"

"Tidak tuan. Bahkan saat di buang, Febi belum sempat di beri nama oleh sang Ayah. Saya lah yang memberi nya Nama. Sedari kecil Febi sangat manja kepada saya, ia sudah saya anggap seperti anak saya sendiri." Jelas nya sembari tersenyum hangat.

Earth, Maxim, dan Wilona sibuk bercerita hingga tak menyadari seorang pria muda yang sedari awal cerita telah mengepalkan tangan nya. Buku - buku jari tangan nya memutih saking erat genggam an nya.

Gemian berdiri meninggalkan ketiga nya dan berjalan menuju bocah lelaki yang masih asik menangkap ikan di kolam.

"Yeaayyy~ Dapet lagii!! Yuhuuu~ Bawa pulaang Bawa pulaanngg~ hehe.." pekik nya gembira sembari berloncatan.

Saking asik nya menangkap ikan, Febi sampai tak menyadari kehadiran Gemian yang sudah berada di belakang nya saat ini.

Remaja tanggung itu dengan mudah mengangkat tubuh kecil Febi ke dalam gendongan nya.

"Huwaa!!.."
Febi teriak cukup kencang, ia begitu kaget saat tubuh nya tiba - tiba melayang.

"Iissh!.. Kakak jelek ngapain si gendong - gendong mulu!" Kesal nya dengan memelototi Gemian. Kaki kecil nya bergerak gelisah minta di turunkan.

"Berhenti mengatai aku jelek." Gemian yang di pelototi bukan nya takut malah merasa semakin gemas melihat nya.

Lihatlah bola mata bulat yang berbinar indah itu. Pipi chubby dengan semburat kemerahan, dan bibir tebal berwarna pink alami yang terlihat semakin gemuk karena si pemilik nya yang sedang cemberut itu.

"Turunin Ebi. Se-ka-rang! Cepet!" Perintah nya.

Gemian hanya menatap datar ke arah Febi tanpa menggubris permintaan bocah itu.

Febi semakin marah, mata nya menyorot tajam Gemian yang menggendong nya di depan.

"Ebi mau turun.. pokok nya turuunn.." Febian mulai merengek dan meronta di gendongan Gemian, hingga remaja itu kewalahan.

"Diam atau kau akan jatuh."

√Bersambung..
Vote & Komen nya ya Khun Noo🤗🤟🏻

Kalo Rame ntar ku hadiahi Double Up yookk hehe..

©Sofa-Nim

GEMIAN's Baby [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang