Adopsi

3.8K 193 0
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Ceklek~

"Sayang?"

"Aku di sini Honey" mendengar Maxim yang memanggil nya, Earth yang sudah menyelesaikan kegiatan memakai baju nya itu pun langsung keluar dari walk in closet dan menghampiri sang istri.

"Ada apa sayang?" Tanya nya sembari merengkuh pinggang sang istri.

"Aku baru saja menghubungi Wilona, ia memberi izin untuk Febi menginap di sini."

"Lalu ada apa dengan wajah manis istri ku ini?" Tanya Earth.

Hidup bersama Maxim selama kurang lebih 15 tahun membuat nya hafal dan peka dengan raut wajah sang istri.

Wajah yang terlihat sedang memikirkan sesuatu itu di tangkap cepat oleh Earth.

"Aku memikirkan Febi. Kapan bocah manis itu bisa menjadi anak bungsu ku? Aku tak sabar sayang" adu nya merengek.

Earth terkekeh pelan mendengar nya. Lelaki itu merangkul bahu sang istri dan memutar badan nya berhadap - hadapan.

"Semua berkas sudah terselesaikan, Febi sudah menjadi anak mu secara hukum. Tapi_.." Sang suami yang terlihat ragu untuk melanjutkan kalimat nya membuat Maxim takut - takut cemas.

"Tapi kenapa sayaanggangg?? Jangan setengah - setengah memberi info nya" kesal sang istri merengek.

"Pihak panti belum membicarakan hal ini kepada Febi. Wilona belum mampu melepas anak kesayangan nya untuk di adopsi oleh orang lain."

"Shinta meminta sedikit waktu untuk Wilona menghabiskan waktu nya lebih lama bersama Febi agar bisa memberi pengertian kepada nya." Jelas Earth.

Segera setelah sang istri meminta hak asuh/izin adopsi Febi, Earth langsung mengurus semua berkas nya.

Lelaki itu meminta pengacara pribadi nya untuk menyelesaikan segala sesuatu nya dengan cepat.

"Lantas apa yang harus aku lakukan? Aku tak mau jika harus selalu meminta izin saat Febi menginap di sini. Itu membuat ku merasa aku bukan orang tua nya."rajuk Maxim.

Earth tersenyum gemas, lelaki manis di dalam dekapan nya ini begitu menggemaskan saat sedang kesal.

"Bersabar lah sedikit lagi. Febi juga pasti butuh waktu untuk menerima orang baru di hidup nya. Selama ini ia hidup hanya dengan anggota keluarga nya di panti saja, dan sekarang kita datang menginginkan dia masuk ke dalam keluarga kita, tentu tak mudah Honey.." Jelas Earth menenangkan.

"Aku ingin dia menjadi Bungsu ku. Gemian juga nampak sangat menyayangi nya." Ujar Maxim lirih seraya mendongak menatap wajah tampan sang suami.

Cup~

Earth mencium lama kening Sang Istri untuk menenangkan nya.

"Dia milik mu Honey. Beri waktu pihak panti untuk memberitahu kan berita ini kepada Febi yaa"

"Eum.. Baiklah.." Ujar sang istri pasrah dengan mengangguk lesu.

***

Sinar mentari mengintip dari balik gorden yang tersingkap. Cahaya nya yang silau mengganggu seorang bocah manis yang tengah tertidur pulas di atas kasur.

"Euungghh~" Febi melenguh panjang dan menggeliat. Ia meregangkan tubuh nya karena merasa kebas dan kaku.

Bagaimana tidak, Setengah badan nya tertimpa oleh tubuh sang kakak persis seperti tempo lalu.

Melirik Gemian sinis, ia lalu menoel - noel pipi sang kakak.

"Kakak banguunn.."

Tak ada sahutan dari sang kakak membuat nya mendengus kesal.

Tanpa perhitungan bocah itu dengan sekuat tenaga mendorong tubuh sang kakak hingga terguling ke samping.

"Huufh~ Legaa~“ ucap nya setelah berhasil terbebas dari dekapan Gemian yang menyesakkan.

Pelukan sang kakak begitu erat seperti memborgol kuat tubuh nya.

Merasa terganggu, Gemian membuka mata nya dan menghela napas kasar. Diri nya secara refleks menengok ke arah sang adik.

"Morning Baby" sapa nya.

"Eum.. morning kak" Balas si kecil dengan senyum manis nya.

Cup~

Gemian yang merasa gemas langsung saja mencuri sebuah kecupan singkat di pipi Febi.

Di perhatikan nya wajah tersipu sang adik yang sedikit memerah.

Cup~ Cup~ Cup~

Febi yang sama sekali tak menolak ciuman dari nya membuat Gemian kembali menghujami pipi gembul sang adik dengan kecupan - kecupan ganas.

"Iihh.. udah kakak. Iler nya kemana - mana nii" protes si kecil.

Gemian hanya tertawa saja mendengar nya. Suara tawa khas sang kakak menarik atensi Febi.

"Hihihi.. Kak Gemi ketawa nya lucu" ujar nya dengan tertawa geli.

"Lucu?" Tanya Gemian bingung.

"Iya. Kayak burung gagak hahah"

Ntah perkataan nya betul atau tidak, tapi bocah kecil itu sudah tertawa terpingkal-pingkal oleh ucapan nya sendiri.

Sang kakak yang sedang di ejek hanya tersenyum simpul, tak marah sedikit pun. Bagaimana bisa marah jika Febi nya se imut ini?!

Ia rela di katai apapun hanya dengan Febi nya, mendengar tawa ria sang adik membuat nya ikut merasa senang.

Tawa bahagia si kecil sungguh tak bisa di bandingkan dengan apapun.

√Bersambung..
Vote & Komen nya yaa Khun Noo🤗🤟🏻

©Sofa-Nim

GEMIAN's Baby [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang