Becomes Khiel's Family

3.2K 179 6
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Pagi ini Gemian sudah berjanji akan mengajari Febi bermain sepeda. Padahal ini hari senin, hari bersekolah, namun ia dan Febi memilih untuk membolos.

Lelaki itu kini telah siap dengan perlengkapan bersepeda nya. Helmet hitam, pelindung siku dan lutut, serta sepatu juga botol minum untuk sang adik sudah ia siap kan.

Sembari menunggu Febi nya yang sedang mandi, Gemian mengecek lagi sepeda yang akan di tumpangi sang adik, takut - takut rem nya blong atau malah terlalu cakram.

Tadi juga ia sudah mengganti dudukan sepeda yang di rasa nya tidak cukup lembut untuk sang adik.

Gemian mau Febi nya merasa nyaman dan selalu aman bersama nya.

"Kakaakk~" sapaan riang terdengar bersamaan dengan terlihat nya bocah gembul yang keluar dari pintu rumah.

"Sudah siap?"

"Eum!" Jawab nya dengan mengangguk antusias.

"Euu.. tapi kak, kita mau belajar dimana?"

"Di halaman belakang"

"Hah? Bukan di lapangan?" Tanya nya sendu.

Gemian menggeleng, menatap sang adik dan memasangkan Helmet di kepala nya.

Puk~

"Apa yang kau pikir kan hm?" Sang kakak menepuk ringan kepala nya yg telah di lapisi Helmet.

"Ebi mau main di lapangan kak" minta nya dengan Dear Eyes ciri khas nya.

"Tidak" tolak Gemian datar.

"Iihh kakak pelit! Ebi gak suka!"

Febi dan mood swing nya memang meresahkan. Namun Gemian tetap lah Gemian, se ekor singa yang berubah jinak di depan rusa nya.

"Kenapa harus di lapangan?" Tanya Gemian namun sama sekali tak di sahuti oleh sang adik. Febi malah membuang muka dari nya.

"Lagi pula lapangan jauh dari sini, dan banyak bahaya di luar sana Febi." Lanjut Gemian lagi, memberi tahu.

"Huh! Ebi mau beli jajanan di lapangan kak. Kalo abis naik sepeda pasti capek deh nanti. Pasti lapeer~ auuss~ ya kan?! Jadi kita pasti butuh jajan kak" usul si kecil menggebu - gebu.

Seperti nya bersepeda hanyalah alibi Febi agar bisa berjajan ke lapangan.

Gemian terkekeh dengan tingkah konyol sang adik.

Di Mansion nya terdapat 3 orang chef yang bertugas membuat appetizer dan main course, dessert, serta satu orang lagi yang membuat minuman.

Lelaki itu bisa menjamin Febi nya tidak akan pernah kekurangan makanan apapun di sini.

"Jajan apa yang biasa kau beli di lapangan?" Tanya Gemian dengan senyum nya menatap Febi.

"Eumm.. banyak si kak" jawab si kecil nampak berfikir.

"Yang menjadi favorit mu" sahut Gemian.

"Ya banyak! Kalo di tanya Ebi gak bisa milih salah satu. Semua - mua nya Ebi suka hehe" cengenges nya.

Gemian mendengus geli dan terkekeh pelan. Tangan nya terulur merapihkan surai sang adik yang bertebangan tertiup angin.

"Sebut kan semua yang kau mau"

"Nanti Kak Gemi beliin?"

"Mm kurasa tidak."

"Iihh nyebelin! Terus ngapain nanya?"

"Kita punya 3 orang Michelin Chef di Mansion, lebih baik meminta mereka membuat nya Baby. Mereka pasti bisa memasak apapun yang kau inginkan." Jelas sang kakak.

"Misyelin? Apa itu kak?"

"Anggaplah mereka Koki pintar yang bisa memasak apapun." Jelas sang kakak singkat.

"Woaahh.. serius kak? Keren dong!" pekik nya senang.

"Kalo gitu Ebi nanti mau minta tolong mereka buat bikinin jajanan kesukaan Ebi aahh~" Ujar si kecil riang.

"Eh tapi beneran bisa kan kak?" Tanya nya memastikan.

"Tentu saja, sebutkan"

"Oke. Ebi mau sempol, cilor, cireng, batagor, siomay, es krim, martabak telur, martabak keju, sos_.."

"Hey cukup hentikan" potong Gemian marah.

Lelaki itu bahkan sampai mengaga tak percaya.

"Apa lambung kecil nya itu mampu menampung semua nya?" -Batin nya tak habis pikir.

Jawaban nya tentu tidak. Setiap membeli jajan Febi selalu tidak pernah menghabiskan nya. Bocah itu kerap kali membeli banyak tanpa memikirkan untuk menghabiskan nya sendiri. Ia selalu membawa pulang jajanan nya untuk di makan bersama anak - anak panti yang lain.

"Kau tidak akan bisa menghabiskan semua nya" ujar sang kakak memperingati.

"Eung?! Kan nanti bisa kasih ke keluarga Ebi yang lain" jawab si kecil enteng.

"Maksud mu keluarga panti?" Tebak Gemian.

"Eum!" Jawab si kecil mengangguk.

Gemian mendengus kesal dan menghela napas kasar, sama seperti sang Bunda, ia juga menginginkan agar Febi nya bisa segera menjadi milik keluarga Khiel.

"Keluarga mu hanya ber anggotakan empat orang. Ayah, Bunda, Aku, dan kau Febi." Jelas Gemian penuh kesabaran. Ia ingin memberi pengertian kepada sang adik, dan membiasakan Febi di dalam lingkup keluarga nya.

Febi yang mendengar nya hanya mengerjap kan mata tak mengerti. Selama ini keluarga nya yang ia tau adalah anggota panti.

"Kau akan menjadi adik ku Febi. Kau akan tinggal di sini nanti nya, bersama ku, ayah, dan juga bunda." Lanjut Gemian.

"Kok gitu?" Tanya si kecil bingung.

"Ayah mengadopsi mu."

"Hah? Beneran?" Febi terkejud bukan main, pasal nya sang Ibu dan sang Nenek sama sekali tidak memberitahu kan pada nya soal ini.

Wajah si kecil nampak berubah murung mendengar nya.

"Kenapa hm?" Gemian mengelus lembut pipi sang adik dan menggendong nya ala koala.

Mungkin karena sedang sibuk bergelut dengan pikiran nya, si kecil sama sekali tidak menolak saat akan di gendong oleh sang kakak.

Febi menggeleng dan memilih menyembunyikan wajah nya di bahu sang kakak. Gemian pun hanya diam dan tak melarang nya. Ia tau pasti jika sang adik saat ini tengah bingung dan terkejud dengan perkataan nya barusan.


√Bersambung..
Vote & Komen nya yaa Khun Noo🤗🤟🏻

©Sofa-Nim

GEMIAN's Baby [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang