Suasana tengah malam di kantin rumah sakit cenderung sunyi dan hening. Lampu-lampu neon memberikan cahaya lembut, menciptakan bayangan samar di lantai yang bersih. Meja-meja dan kursi-kursi tersusun rapi, sebagian besar kosong tanpa penghuni. Mesin pembuat kopi yang biasanya sibuk kini diam, hanya ada sesekali suara gemericik air dari dispenser.
Beberapa orang mungkin terlihat, seperti perawat yang sedang beristirahat sejenak atau keluarga pasien yang berjaga semalaman, duduk sendirian dengan tatapan lelah atau khawatir. Percakapan hampir tidak terdengar, hanya ada suara berbisik atau desahan pelan.
Aroma sisa-sisa makanan yang sudah disimpan menambah kesan sepi. Kadang-kadang terdengar langkah kaki yang berat dari lorong rumah sakit, memecah keheningan sesaat sebelum kembali sunyi. Televisi mungkin masih menyala dengan volume rendah, menayangkan acara tanpa penonton. Suasana tersebut memberikan nuansa ketenangan namun juga kesan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.
"Ah... Terimakasih" gempa menampilkan senyumannya atas kebaikan pemuda yang telah membantunya dah kini memberikannya secangkir coklat hangat.
Sungguh gempa merasa malu karena lupa membawa dompet padahal dirinya sudah mengambil beberapa botol air mineral, tapi yang membuatnya merasa tak enak dirinya kini diberi secangkir coklat hangat oleh pemuda yang bernama Lunar Opaqueness. Nama yang sangat unik, tapi dirinya tak berhak untuk mengomentari nama seseorang karena namanya sendiri mirip dengan bencana alam.
Keduanya kini duduk berdampingan disalah satu bangku dekat dengan pintu kantin, gempa mulai menyesap coklat hangatnya yang membuatnya merasa sedikit hangat dan hatinya mulai terasa tenang. Entah mengapa dirinya sama sekali tak merasakan rasa waspada pada pemuda disampingnya ini, padahal kakaknya selalu menyuruhnya untuk selalu waspada terhadap semua orang.
"Em... Maaf karena telah merepotkanmu, nanti akan aku ganti uangmu"
Manik permata obsidian itu menatap ekspresi sungkan dari gempa, entah apa yang membuat dirinya menepuk baju gempa dengan lembut.
"Tak apa, kau adiknya halilintar bukan? Aku memang harus membayar bantuannya tadi siang" lunar berdehem sekilas karena merasa bersalah sudah menyentuh gempa. "Dan semoga kakakmu segera membaik"
Gempa menganggukkan kepalanya, sampai saat ini taufan masih belum sadarkan diri. Apalagi kondisi kakaknya yang sudah seperti setan lepas kandang saat mengetahui kenyataan yang terjadi tadi.
Beberapa saat kemudian gempa kembali merasakan rasa canggung yang sangat karena lunar menatapnya intens, apakah ada sesuatu di wajah gempa? Jika memang ada bukankah lunar bisa mengatakannya?
"Aku merasa seperti tak asing"
"Yah... Mungkin kita memang sudah pernah bertemu, lunar~" gempa terkekeh pelan karena ucapannya.
"Tidak salah sih, sudah beberapa kali kita berpapasan saat aku mengantar solar. Namun kita belum pernah ada kesempatan untuk saling berkenalan"
"Yups! Waktu itu kau juga sangat fokus terhadap pekerjaanmu, jadi bagaimana mungkin tiba-tiba saja aku menyapamu? Apalagi aku tak terlalu mengenalmu" gempa menghabiskan coklat hangatnya, senyuman tercetak dibibir tipisnya karena puas akan rasa enak coklat itu.
"Sudah? Mari aku antar" lunar segera bangkit dan memberikan jaketnya untuk gempa kenakan.
Manik gold itu terkejut akan perlakuan lunar, apalagi semua bawaannya lunar yang membawanya.
"A-anu.. "
"Pakai saja yang benar, cuaca malam ini dingin, dan biarkan aku yang membawa ini"
Akhirnya gempa menuruti ucapan lunar karena dari ekspresinya terlihat tak ingin dibantah sama sekali, untuk bagian ini lunar mirip sekali dengan kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
✧༺I'm not him༻✧
Roman pour AdolescentsUpan Cylone, seorang pemuda alpha yang playboy. Sudah tak terhitung berapa banyak omega manis yang ia kencani, yang mengejutkan dirinya tak pernah mendapatkan masalah dari apa yang ia perbuat karena para omega rela diduakan olehnya. Tentu parasnya...