Sudah seminggu sejak aku kembali ke Jakarta. Selama itu tidak pernah terjadi apa-apa. Maksudku, Geni dan aku berada di kamar yang sama. Tapi tiap malam aku cuma melihatnya sibuk belajar lalu tidur tanpa melewati adegan dewasa.
Selangkanganku ini membutuhkannya!
Baiklah, Geni baru berusia 19 tahun. Masih beberapa bulan lagi aku boleh menjamahnya. Meski begitu, kami kan sudah menikah. Dulu juga pernah macam-macam dan terbukti tidak menimbulkan efek buruk hingga sekarang. Jadi, tidak aneh kalau pikiran kotorku terus kuumbar kan? Terlebih, makin hari dia makin menggoda. Keseksiannya luar biasa. Juga aroma manis tubuhnya. Dia alpha dalam kategori berbeda.
"Jangan terus menatapku." larangnya yang baru menoleh padaku, "Kalau memang tidak ada yang perlu kau lakukan tidur saja lebih dulu. Aku masih harus mengerjakan tugas."
"Besok hari minggu."
"Aku tahu."
"Apa tidak bisa kalau tugas itu dikerjakan besok saja?"
"Minggu hari libur. Aku tidak mau berurusan dengan tugas kuliah."
"Hari ini kau juga libur tapi nyatanya kau kerjakan juga."
"Kan bukan tanggal merah."
Logika apa yang sedang dia gunakan? Aku sudah tidak tahan dijadikan nomor 2 setelah tugas kuliah. Aku ini suaminya, bukan orang asing yang kebetulan sekamar dengannya. Apa dia tidak lagi terpesona? Jika aku tidak salah mengingat, seseorang yang telah diikat oleh alpha tidak akan bisa melawan daya tarik alphanya. Kenapa sekarang berbeda? Aku yang berubah atau dia saja yang sudah rusak sensornya?
Dia kembali sibuk dengan tugas kuliahnya.
Baiklah. Aku menyerah. Geni memang selalu serius dengan status mahasiswanya. Biarkan saja dia melanjutkan kemauannya. Aku akan bermain internet saja.
Karena sudah kuputuskan, segera kuambil ponselku dari atas nakas. Kubuka youtube. Melihat-melihat apa yang sekiranya menarik perhatian. Ada begitu banyak yang bermunculan. Aku masih mencari apa yang akan kutonton. Lalu, muncul rekomendasi tentang musik. Perhatianku langsung tertuju pada Chungha yang mengenakan atasan hijau. Tanpa pikir panjang aku langsung menontonnya. Tentu saja dengan memasang earphone terlebih dahulu agar suara yang muncul tidak mengganggu konsentrasi Geni.
"Seksi." Eh?
Yang barusan itu bukan pendapatku melainkan Geni. Aku tidak tahu proses dia berpindah ke sampingku. Tahu-tahu dia sudah duduk di sebelahku. Ikut menonton tarian Chungha yang benar seperti katanya, seksi.
Kalau harus kujelaskan, Chungha merupakan salah satu penyanyi yang kusukai. Dia artis Korea Selatan. Menurutku warna suaranya cantik. Tidak sengau. Dia bisa bernyanyi dengan baik. Kemampuan menarinya juga luar biasa. Ditambah lagi dia memiliki wajah serta proporsi tubuh yang—
Tunggu!
Geni berada di sampingku! Dia duduk di sebelahku! Baru saja mengomentari tontonanku. Cepat-cepat kulepas earphone yang cuma menempel di telinga kiriku karena yang kanan sedang digunakan Geni setelah mengambilnya dariku.
"Seleramu bagus, seperti biasanya." tambahnya yang terdengar sangat tak nyaman untukku.
"Kau marah?"
"Kenapa harus marah?"
"Karena aku menonton perempuan seksi."
"Kalau menurutmu itu bisa membuatku marah kenapa dari awal kau tonton? Karena kau pikir tidak akan ketahuan?"
Tidak juga. Aku memang tidak berpikir dia akan ikut menonton tontonanku. Tapi aku juga tidak menganggap apa yang kulakukan perlu kusembunyikan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
RomanceGabriel dan Geni dijodohkan dengan alasan tradisi. Itu sebabnya meski sesama alpha mereka menikah. Tapi harus tinggal terpisah karena Geni masih di bawah umur. Di saat yang sama, Luki berusaha memaksakan cintanya pada Gabriel walau sudah ditolak den...