Ini cerita lama yang kudengar dari ibu. Tentang kedua orang tuanya, kakek dan nenekku. Mereka pasangan serasi, menurut orang-orang. Kakek lelaki yang tampan serta gagah, sementara nenek merupakan perempuan cantik yang banyak disukai pria pada masanya.Mereka menempuh pendidikan di sekolah yang sama. Sayangnya memang tidak banyak berinteraksi akibat perbedaan angkatan dan teman sepermainan. Meski begitu akhirnya mereka menikah setelah dijodohkan. Dan lahirlah ibuku sebagai anak mereka.
Masalah pun dimulai. Muncul pihak ketiga, seorang wanita yang bisa dikatakan tidak kalah cantik dari nenek. Entah dia memang selingkuhan atau hanya perempuan yang tertarik pada kakek secara sepihak. Yang pasti, nenek pernah bertengkar dengannya di tempat umum. Setelahnya, dengan sikap tenang nenek meminta kakek menceraikannya. Tentu saja saat itu kakek menolak, bahkan menangis. Sayangnya ketegasan nenek benar-benar mengakhiri pernikahan mereka.
Lalu, sekarang aku berada dalam situasi yang hampir serupa dengan kisah lama mereka.
"Kau abmoral, Gabriel." seorang perempuan mengataiku, padahal sejak beberapa menit yang lalu aku hanya mengerjakan tugas kuliah tanpa berisik.
Dia bernama Ayu. Sesuai namanya, dia memang perempuan cantik bertubuh tinggi ramping. Cukup populer di kampus karena selain tampilan fisik yang menarik dia juga memiliki prestasi yang lumayan. Kami seangkatan, 1 jurusan.
"Hubungan sesama jenis tidak akan direstui Tuhan." lanjutnya, "Tapi bisa-bisanya kau melakukan dosa sebesar itu di hadapan banyak orang."
Laki-laki di sampingku hanya tertawa.
"Sangat tidak tahu malu." Ayu masih menambahkan.
Kulirik laki-laki di sampingku. Dia bernama Luki. Menurut kabar yang beredar, dia dan Ayu berpacaran. Meski begitu aku tahu kenyataannya tidak ada hubungan spesial di antara mereka berdua. Ayu memiliki cinta sepihak sementara Luki sekadar menikmati keadaan. Aku benci sikap mereka berdua. Sebenarnya tidak juga kalau saja aku tidak dikaitkan.
"Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu pada istrimu?" tanyaku pada Luki.
Aku terbiasa menyebut Ayu sebagai istrinya. Hal serupa juga dilakukan oleh teman-teman dekatnya sebagai ledekan atas hubungan absurd mereka.
Luki masih tertawa, "Menjelaskan apa?"
Aku muak dengan tanggapan masa bodohnya. Teman yang menyebalkan.
Baiklah, kurasa aku memang tidak memiliki kesabaran. Kejadian seperti hari ini sudah sering terjadi. Aku berulang kali mendapat tatapan benci dari Ayu. Yang awalnya bisa kuabaikan sekarang menjadi tak tertahan saking kelewat mengganggu. Aku bosan dengan tuduhan abmoral yang dia lontarkan.
Kututup buku di hadapanku. Berdiri, aku pun bicara pada Ayu, "Aku hanya berteman dengan suamimu." tegasku, "Kalau menurutmu berteman dengannya termasuk abmoral dan dosa, kau perlu mempelajari lagi kepercayaan yang kau anut. Tidak masalah kalau kau malas melakukannya. Aku juga malas berurusan lagi dengan suamimu."
"Apa maksudmu, Gabriel?" tanya Luki padaku.
Sekarang tawanya sudah berhenti. Wajah bahagianya yang menikmati kemarahan Ayu sudah berganti menjadi ekspresi bodoh yang sama menyebalkannya dengan sebelumnya.
"Aku keluar dari kelompok." Jelasku sambil berdiri, "Sisanya minta saja Theo untuk menyelesaikan." Itu nama teman kami yang sekarang tidak berada di sini karena harus mengantar seseorang ke rumah sakit.
"Jangan ngawur. Sisa 2 hari sebelum pengumpulan tugas. Apa yang akan kau lakukan dalam waktu sesingkat itu?"
Apa pedulinya denganku? Saat perempuan pemujanya mengata-ngataiku akibat salah paham dia hanya tertawa. Dia menikmati aksi penindasan yang ditujukan padaku. Seolah dia raja yang diperebutkan selirnya. Sayangnya dia salah, aku tidak seperti Ayu yang tampaknya sudah cinta mati padanya. Aku sekadar teman, sesama laki-laki yang berinteraksi dengannya akibat adanya tugas kuliah. Selebihnya, tidak perlu ada interaksi lebih dengannya.
"Yang pasti bukan tertawa." jawabku yang segera pergi meninggalkan area kantin.
Aku benci kerumunan. Sangat benci menjadi pusat perhatian. Dan luar biasa benci ditempatkan sebagai sasaran kesalah pahaman.
***
Setelah melewati lorong, tangga, serta beberapa ruang, akhirnya aku sampai di sebuah kelas. Kuliah belum dimulai. Mungkin sekitar 10 menit lagi. Aku hanya akan duduk dengan tenang sampai dosen pengajar datang. Setidaknya itulah rencanaku sebelum Theo muncul di sampingku. Dia baru saja melepas tas dari punggungnya lalu duduk di sisi kiriku.
"Luki menelfonku." Ucapnya, "Dia bilang kau keluar dari kelompok."
"Ya."
"Lalu bagaimana dengan nilaimu? Kalau dilihat dari waktunya semua orang sudah memiliki kelompok masing-masing. Kau akan mengerjakan tugas baru seorang diri?"
"Ya."
Theo sempat terdiam. Hanya beberapa detik. Lalu akhirnya kembali bicara.
"Kau tahu kan Ayu dan Luki tidak punya hubungan apa-apa? Perempuan itu hanya terobsesi padanya." Tentu saja aku tahu. "Untuk apa mengalah padanya? Menurutku kau dan Luki serasi. Jadi kenapa tidak kau lanjutkan saja hubungan dengannya?"
Kulirik Theo yang sudah seenaknya membeo di sampingku.
"Kau baru mengantar seorang omega yang sedang birahi ke rumah sakit kan, Theo?" tanyaku.
"Ya. Dia lupa meminum obat jadi feromonnya berbahaya untuk alpha yang berada di sekitarnya."
Benar, ada istilah alpha dan omega. Selain itu ada juga beta. Ketiga istilah itu muncul sejak 10 tahun lalu akibat jatuhnya meteor ke bumi yang menimbulkan radiasi aneh. Manusia mengalami mutasi. Memang masih tampak sebagai manusia sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi sesuatu telah berubah. Mereka yang memiliki segala kelebihan disebut alpha. Yang memiliki sensualitas tinggi sebagai pendamping alpha disebut omega. Sisanya, mereka yang biasa-biasa saja disebut beta.
"Kau sangat tahu hal-hal yang berkaitan dengan 3 golongan manusia." ucapku.
"Memangnya siapa yang tidak tahu di tahun sekarang?"
Makanya, "Luki seorang alpha. Ayu adalah omega. Dukunglah hubungan mereka. Tidak perlu mengaitkanku pada salah satu maupun keduanya."
"Karena kau alpha." Itu bisa jadi alasan, "Tapi apa salahnya alpha berpasangan dengan sesamanya? Selama kalian saling mencintai bagiku lumrah-lumrah saja."
"Masalahnya aku tidak mencintainya jadi jangan mengaitkanku dengannya karena aku tidak ingin lagi mengalami percobaan pembunuhan oleh penggemar berat istrinya, Theo sialan!"
"Percobaan... pembunuhan?" Kali ini Lukilah yang bersuara. Dia baru tiba dan tampak lebih menyebalkan dari sebelum-sebelumnya.
Aku ingin menghajarnya.
***
Kejadian itu berlangsung kemarin siang saat parkiran kampus sepi. Aku berjalan seorang diri, berniat pulang. Tiba-tiba saja 2 orang lelaki yang berboncengan menuju padaku dari arah belakang. Mereka hampir menabrakku. Untungnya di waktu yang tepat muncul 2 pemotor lain yang juga berboncengan. Karena ada saksi mata, mereka batal menabrakku. Tapi kejadian semacam itu sudah berulang kali. Bukan hanya hampir ditabrak, aku juga pernah hampir didorong jatuh dari tangga dan balkon. Belum lagi percobaan-percobaan lain yang jujur saja membuatku capek untuk berlagak tidak ada apa-apa. Aku muak. Benar-benar muak.
Dan sekarang aku malah berduaan dengan Luki di lorong tidak jauh dari ruang kuliah. Dia menarikku kemari, secara paksa.
"Kau serius tentang percobaan pembunuhan?" tanya Luki padaku.
"Anggap saja tidak."
"Tapi kau benar-benar mengalaminya kan?"
"Memangnya kau perduli? Kalau iya, jangan membuat tontonan yang menimbulkan salah paham begini." pintaku yang akhirnya membuatnya sadar Ayu beserta 2 perempuan lain berdiri tidak jauh dari kami.
Aku akan mendapat percobaan pembunuhan lagi.
***
09:58 wib
28 Oktober 2023
reo
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
RomanceGabriel dan Geni dijodohkan dengan alasan tradisi. Itu sebabnya meski sesama alpha mereka menikah. Tapi harus tinggal terpisah karena Geni masih di bawah umur. Di saat yang sama, Luki berusaha memaksakan cintanya pada Gabriel walau sudah ditolak den...