Gadis itu tak percaya melihat Harsa yang tengah berada di dapur, laki-laki itu seperti menguasai jiwa pemasak. Sedari tadi dirinya sampai tidak fokus mengerjakan sesuatu yang Harsa perintah, dan selalu di ambil alih oleh Harsa. Laki-laki itu menumis bumbu yang sudah ia blender, wanginya sangat harum. Kemudian laki-laki itu memasukkan air yang ada di dalam gelas besar lalu memasukkan ayam yang sudah ia potong-potong menjadi beberapa bagian.
Anin hanya memperhatikan Harsa di sebelahnya, tiba-tiba terlintas di benak Anindya apa yang gak bisa di lakuin sama Harsa ya?. Sedang memikirkan hal seperti itu tiba-tiba Harsa menyuruh Anin untuk mengiris Jahe. Ia pun langsung pergi kemeja utama untuk mengambil Jahe, namun gadis itu kebingungan karena banyak sekali bumbu dapur di atas meja. Gadis itu mengambil dengan asal lalu mengirisnya menjadi beberapa bagian lalu ia berikan pada Harsa.
Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak, bahkan benar-benar sangat menggelikan saat menerima bahan yang Anindya berikan. Anindya cemberut karena di tertawakan oleh Harsa.
"Di meja banyak yang bentuknya kayak Jahe tau, aku keliru" Cicit Anindya.
Harsa berhenti tertawa, ia menyeka air mata yang keluar karena tawanya yang berlebihan itu.
"Sini aku kasih tau" Ucap Harsa seraya mengecilkan api pada kompor tersebut, lalu menarik lengan Anindya ke meja utama.
Harsa pun mulai menjelaskan pada Anindya tentang bumbu bumbu dapur, Anindya pun mengangguk mengerti.
"Harsa, hal yang kamu gak bisa tuh apa sih? kamu bisa main gitar, bisa nyanyi terus kata Dhika kamu juga penulis lagu, terus sekarang kamu bisa masak. Pantes aja ya Joela suka sama kamu" Ujar Anindya. Harsa tersenyum memperhatikan Anindya yang sedang mengangguk-anggukan.
"Joela mana tau aku bisa masak" Katanya. Lalu kembali pergi ke meja kompornya. Ia menyicipi sedikit kuah masakannya itu.
Anindya tertegun mendengarnya. Ia benar-benar mematung dan pikirannya seketika kosong.
"Nin, sini!" Panggil Harsa. Anin langsung menghampiri Harsa.
Harsa meniupkan sendok yang berisi kuah masakannya itu, lalu menyuapkan nya ke mulut Anindya. Anindya membelalak, ia seperti terhanyut dalam keadaan masa lalu dimana neneknya memasak masakan yang sama persis dengan masakan Harsa.
"Gimana nin? kurang apa?" Tanya Harsa memastikan.
"Gak! gak kurang apa apa, ini kayak masakan nenek. Kamu keren!" Jawab gadis itu kegirangan.
Harsa mematikan kompornya, lalu memindahkan masakannya ke sebuah wadah keramik untuk ia taruh di meja makan. Anindya membantu merapikan dapur, sedangkan Harsa sedang sibuk merapikan meja makan. Terlihat di meja makan sudah penuh dengan masakan, yang katanya itu semua di masak oleh Harsa. Anin semakin di buat kagum oleh Harsa, kalau di bandingkan dengan dirinya apalah diri Anin, masak mie saja selalu lodoh.
Harsa melepas celemek nya, begitu juga Anindya setelah selesai mencuci tangan ia langsung melepaskan celemek nya dan menaruhnya kembali di tempat asalnya.
Mereka berdua pun duduk berhadapan di meja makan, mata Anin berbinar melihat banyak makanan di meja yang di masak oleh Harsa.
Harsa tersenyum puas menatap Anindya yang terlihat sangat senang, gadis itu mengambil beberapa sendok nasi lalu mengambil semua lauk yang ada di meja tersebut.
Harsa memperhatikan Anindya yang sangat lahab memakan masakannya. kepala gadis itu bergoyang keriangan, Harsa tertawa pelan menyaksikannya. Melihat gadis itu menggoyang kepalanya, mengingatkan Harsa pada sang bunda yang selalu melakukan hal yang sama jika masakan Harsa enak, bunda juga sangat lahab jika memakan masakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Months Years [REVISI]
Teen FictionMenginjak bangku perkuliahan, Harsa memutuskan untuk melanjutkan studinya di Sydney. Rasa takut akan kehilangan yang pernah dirasakan Anindya kembali menghampirinya, gadis yang sangat bergantung pada Harsa saat ia benar-benar tidak memiliki siapa-si...