Harsa menghentikan mobilnya, Anindya menoleh ke arah luar jendela yang ternyata sudah sampai di depan rumahnya. Gadis itu menoleh ke Harsa yang sedang terdiam menatap rintikan hujan. Suara gemuruh petir samar-samar terdengar dalam mobil, berbarengan dengan hujan yang turun semakin lebat.
Anindya menghela nafasnya dan hendak keluar dari mobil, namun ternyata pintu mobil tersebut masih terkunci dari dalam. Anindya kembali menoleh ke Harsa, kini laki-laki itu sedang menatapnya. Gadis itu dengan gelagapan membuang tatapannya ke sembarangan arah.
"Kenapa pintunya masih di kunci?" Tanya Anindya dengan gugup.
"Kamu taukan? kalo aku udah merhatiin kamu dari dua tahun yang lalu," Tanya Harsa tiba-tiba. Gadis itu mengangguk pelan.
"Dua tahun yang lalu itu aku berharap banyak, aku berharap bisa ngobrol sama kamu, bisa nyanyi di depan kamu, bisa masakin kamu makanan enak" Lanjutnya.
Laki-laki itu meraih tangan Anindya yang membuat Anindya sedikit tersentak kaget. Gadis itu menoleh ke Harsa, dan menatapnya.
"Dan sekarang semuanya sudah terwujud, bisa ngobrol sama kamu, bisa nyanyi di depan kamu, dan bisa masakin kamu" Lanjut laki-laki.
"Kalo kamu tanya bisa atau enggak kita kayak gini terus ayo kita sama sama berusaha untuk terus bersama" Ujar Harsa. Jantung Anindya langsung berdetak sekencang kencangnya, matanya penuh binar.
"Aku juga mau kita sama sama terus" Lanjut Harsa. Kemudian laki-laki itu mendekatkan wajahnya, sambil menatap gadis yang ada di sebelahnya itu.
Anindya benar-benar tidak bisa mengontrol detak jantungnya saat jarak di antara mereka sangatlah menipis, bahkan Anindya dapat merasakan nafas Harsa yang keluar dari hidungnya. Anindya segera memejamkan matanya, dan menggenggam erat tangan Harsa saat bibir mereka saling bertemu.
Gadis itu terpaku, sejenak ia merasakan sebuah setruman hebat di tubuhnya. Dengan lihat Harsa memainkan mulutnya, melumat dengan lembut lalu melepasnya.
Anindya terengah-engah menatap Harsa yang sedari tadi juga menatapnya. Anindya segera membuang tatapannya itu dari hadapan Harsa, membuat Harsa tersenyum memperlihatkan giginya.
Kemudian Harsa membuka kunci mobilnya, "Jangan keluar dulu" Katanya. Setelah itu keluar dari mobilnya membawa payung yang ia bawa tadi. Ia pergi menghampiri Anindya, dan membukakan pintu mobilnya sambil memayungi gadis itu. Gadis itu segera keluar, Harsa langsung merangkul dengan erat bahu Anindya dan menuntunnya jalan sampai ke depan pintu rumahnya.
Anindya tersenyum menatap Harsa dengan payung berwarna kuningnya, ia segera masuk ke dalam rumahnya dan hendak menutup pintu lalu membalikkan lagi badannya melihat Harsa yang juga kini membelakangi nya. Gadis itu memanggil meneriaki nama Harsa dengan lantang, lalu mengucapkan terimakasih penuh semangat, Harsa hanya tersenyum cekikikan tanpa menoleh ke Anindya.
***
Matahari yang masuk melalui sela-sela udara itu menusuk tubuh gadis yang masih terlelap dalam mimpinya itu. Perlahan-lahan ia membuka kedua matanya, lalu meregangkan tubuhnya.Gadis itu kemudian bangun dari tidurnya, sejenak ia duduk di tepian kasur dan hendak pergi ke kamar mandi untuk cuci muka, karena semalam ia baru dapat info bahwa hari ini sekolah akan di liburkan dahulu karena karena para guru akan mengadakan rapat.
Tiba-tiba di otaknya terlintas kejadian semalam saat Harsa mencium bibirnya, gadis itu membelalak dan langsung menutup bibirnya dengan kedua tangannya, tak lama gadis itu menjerit-jerit sambil mencubiti pipinya hingga memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Days Months Years [REVISI]
Novela JuvenilMenginjak bangku perkuliahan, Harsa memutuskan untuk melanjutkan studinya di Sydney. Rasa takut akan kehilangan yang pernah dirasakan Anindya kembali menghampirinya, gadis yang sangat bergantung pada Harsa saat ia benar-benar tidak memiliki siapa-si...