Pagi ini sangat berat mata Anindya untuk membuka, kepalanya juga terasa sangat berat. Ia mengambil handphone nya yang ia letakan di atas meja kecil di samping kasur, ia melihat jam yang menunjukkan pukul lima pagi, dengan malas gadis itu bangkit dari tidurnya dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Gadis itu membasahi tubuhnya dengan air hangat yang berasal dari shower, tubuhnya langsung terasa rileks saat air hangat itu mengenai puncak kepalanya.
Setelah 20 menitan gadis itu keluar mengenakan handuk yang membaluti tubuh dan kepalanya. Ia langsung mengenakan seragam khusus hari rabu, tak lupa juga ia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
Anindya pun keluar dari kamarnya dengan seragam rapi, dan sedikit polesan make up di wajahnya. Ia langsung menghampiri Chio yang masih tertidur di atas sofa berbalut kain tersebut, ia mengusap-usap punggung Chio membuat kucing itu terbangun dari tidurnya. Anindya bergegas membuatkan Chio sarapan, dan menyiapkan bekal untuk ia bawa ke sekolah.
Ia memperhatikan Chio yang sangat lahab saat menyantap makanannya itu. Hari ini Anindya berniat membawa bekal yang sangat simpel, ia akan membawa roti isi daging dan telur, selagi menunggu rotinya matang Anindya memanggang daging beku itu dengan sedikit mentega, setelah pinggirannya garing ia langsung menaruhnya kesebuah piring, kemudian ia kembali ke pemanggangan roti yang ternyata sudah matang. Anindya, langsung menyusun bahan-bahan yang sudah ia siapkan itu. Roti-saus pedas-selada-daging-telur-daging-keju-saus tomat-saus pedas-daging-roti. Anindya memberikan sentuhan akhir, yaitu saus tomat yang ia bentuk seperti hati, setelah itu ia langsung memasukkannya kedalam kotak makan.
Suara deru motor Harsa sudah terdengar di telinga Anindya, gadis itupun berteriak pada Harsa dari dalam, "Sebentar sa!"
Anindya langsung buru-buru memasukkan kotak makan itu kedalam tasnya, dan berlari menghampiri Harsa.
"Pagi nin!" Seru Harsa pada Anindya.
"Pagi- ah, aku lupa helmnya. Tunggu sebentar ya" Ujar Anindya, ia langsung kembali kedalam rumahnya untuk mengambil helm pemberian Harsa, setelah itu ia kembali menemukan Harsa lagi.
"Maaf ya sa" Ucap Anindya seraya memasangkan helm ke kepalanya. Harsa tersenyum menatap Anindya.
"Iya gapapa nin" Ucap Harsa pada Anindya, gadis itu langsung menaiki motor Harsa. Lalu mereka pun berangkat.
***
Jam istirahat berbunyi, Anindya merasakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Gadis itu melihat ke arah tanggalan yang di tulis di papan tulis, ia terkejut karena ternyata hari ini ia datang bulan. Anin merasa gelisah karena dirinya tidak membawa satupun pembalut. Ia ingin meminta bantuan untuk membelikannya pembalut, namun harus pada siapa ia meminta bantuan tersebut, temannya hanya Harsa dan ia seorang laki-laki.
Dari depan kelas Harsa menatap Anindya yang raut wajahnya sangat panik dan kebingungan, laki-laki itu langsung berlari menghampiri Anindya yang masih duduk mematung di kursinya.
"Kamu kenapa nin?" Tanya Harsa pada Anin. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.
Anin bingung hendak menjawab apa. Kepekaan Harsa memang tidak usah du ragukan lagi, ia sangat tahu raut wajah Anindya ketika ada sesuatu yang tidak beres padanya.
"Gak usah bohong nin, kasih tau aku ada apa?" Tanya Harsa meyakinkan Anindya untuk menjawabnya.
Anindya mengisyaratkan Harsa agar lebih dekat dengannya, laki-laki itu menurutinya dan langsung mendekat pada Anindya. Gadis itu itu mulai berbisik pada Harsa, dan Harsa pun langsung paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Months Years [REVISI]
Fiksi RemajaMenginjak bangku perkuliahan, Harsa memutuskan untuk melanjutkan studinya di Sydney. Rasa takut akan kehilangan yang pernah dirasakan Anindya kembali menghampirinya, gadis yang sangat bergantung pada Harsa saat ia benar-benar tidak memiliki siapa-si...