Jam pelajaran pun berakhir, Harsa masih duduk di sebelah Anindya. Rasanya sangat senang namun sedikit canggung karena teman sebangku nya seorang laki-laki. Namun Anindya tidak keberatan dengan hal itu, lagi pula Harsa anaknya sangat baik dan asik, ia tak segan mengajari Anindya yang tidak mengerti dengan pelajarannya tadi, padahal Anindya sangat kesulitan untuk meminta tolong pada Harsa karena ia sedikit pemalu.
Anindya merapikan semua bukunya lalu memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Sesekali ia melirik Harsa yang masih duduk di bangkunya, sementara murid lain telah keluar kelas. Hanya tersisa Anindya dan Harsa di dalam kelas, Anin dengan buru-buru memakai tasnya dan hendak pergi keluar, namun Harsa memanggil dirinya.
"Anin!" Harsa menyerukan nama Anin, sambil berlari menyusul Anindya.
Anin berhenti di depan kelas dan menoleh kebelakang, yang mendapati Harsa sedang tersenyum padanya, membuat Anin sedikit salah tingkah.
"A-ada apa?" tanya Anin dengan terbata-bata. Gadis itu menunduk, tidak ingin menatap Harsa.
"Pulang bareng yuk!" ucap Harsa mengajak Anin untuk pulang bersama. Namun, dengan cepat Anindya menolaknya, karena takut merepotkan Harsa.
Ekspresi kecewa tampak di wajah Harsa, membuat Anindya kelabakan.
"Harsa, jangan gitu..."
"Yaudah, aku mau."Wajah Harsa kembali sumringah saat mendengar ucapan Anindya barusan.
Hari ini hari yang cukup aneh bagi Anindya. Kejadiannya begitu cepat untuk berkenalan dengan Harsa, dan menjadi teman Harsa. Ini aneh tapi Anin menyukainya, ia senang karena ia tak capek lagi untuk pulang jalan kaki.
Begitu juga Harsa, ia merasa hari ini lumayan aneh, tapi enggak juga. Ia sudah memperhatikan Anindya sejak kelas 10, ia selalu melihat Anindya sendiri kemanapun. Bahkan pernah ada waktu dimana Harsa ingin sekali mengajak ngobrol Anindya, namun waktunya tidak tepat. Entah ini takdir atau memang kebetulan, akhirnya mereka bisa mengobrol sekarang.
Sepanjang jalan Harsa sangat dominan cerewet di banding Anindya, bahkan Anindya agak terkejut saat mengetahui Harsa ini orangnya cerewet sekali, ia bercerita sepanjang jalan membuat perut Anindya tergelitik karena semua cerita yang Harsa ceritakan sangatlah lucu.
Ia bercerita saat ia masih kecil, ia bermain bersama teman-temannya di lapangan. Mereka bermain petak umpet, saat itu bagian Harsa yang berjaga. Saat selesai menghitung ia mulai mencari semua teman-temannya, namun saat masih kecil ia sangatlah sombong, ia mengatakan "aku bisa cari kalian sambil tutup mata" Lalu itu benar-benar melakukan hal itu, ia pun tidak sadar bahwa ada selokan yang cukup besar di dekat lapangan membuat dirinya masuk ke dalam selokan tersebut dan seluruh badannya menjadi hitam.
Anindya tidak berhenti menertawakan cerita itu, dan pertama kalinya Harsa melihat Anindya tertawa sebebas itu. Yang terlintas di pikirannya saat melihat wajah Anindya yang sedang tertawa adalah pujian.
"Cantik" Ucap Harsa sambil memperhatikan Anindya lewat spion motornya.
Angin yang berhembus kencang membuat samar-samar suara Harsa, yang membuat Anindya mengira Harsa memanggil dirinya.
"Kenapa, Sa?" Tanya Anin memastikan Harsa, namun Harsa langsung menggelengkan cepat kepalanya.
Mereka berdua tiba di depan rumah Anindya, gadis itu segera turun dari motor Harsa yang mesinnya masih menyala. Anindya tersenyum semringah pada Harsa seraya mengucapkan terimakasih padanya.
Harsa membalas senyuman itu dan menjawabnya dengan senang hati. Ia pun pamit pada Anindya yang masih menunggunya.
"Aku pulang ya?" Tanya Harsa. Anindya pun mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Months Years [REVISI]
Teen FictionMenginjak bangku perkuliahan, Harsa memutuskan untuk melanjutkan studinya di Sydney. Rasa takut akan kehilangan yang pernah dirasakan Anindya kembali menghampirinya, gadis yang sangat bergantung pada Harsa saat ia benar-benar tidak memiliki siapa-si...