10. Khawatir

118 11 0
                                    

...

Setelah makan siang, Jaehyun meminta Arin untuk menemani Rose berkeliling.

Kedua nya berjalan bersama mengelilingi Mansion itu. tak jauh dari mereka berdua , Mark mengikuti dan mengawasi Rose.

Rose merasa tidak nyaman dengan hal itu, diri nya merasa risih. Karna bagaimana pun saat ini dia sudah ada di rumah Jaehyun tapi dirinya masih saja di awasi layaknya tahanan rumah.

"Stop ngikutin gw. Gw cuma mau berjalan-jalan bentar."

Mark tertegun sebelum akhirnya melangkah maju mengikis jarak mereka.

"Maaf Nona, Tuan meminta ku untuk menemani Nona. Arin juga orang baru di rumah ini, Tuan khawatir Nona dan Arin akan tersesat."

"Yang Lo lakukan itu mengawasi bukan menemani. Gw risih. Lagian kami cuma berjalan-jalan di sekitar taman apa yang salah dengan itu?"

"Ini hanya taman bukan labirin sampai kami  berdua akan tersesat."

"Mending Lo pergi deh dan lakuin aja tugas yang lain, tinggalin kami berdua."

Mark terdiam sejenak sebelum akhirnya menyerah. Mark pamit dan pergi meninggalkan Rose dan Arin di taman .

"Kak, jangan terlalu keras pada Kak Mark. Akhir-akhir ini Kak Mark sering jadi bulan-bulanan Tuan."

"Itu sih salah dia , dia yang memilih jalan ini. Jadi dia harus menanggung resiko nya."

Arin tidak berani membantah. Arin mengarahkan Rose ke sebuah kursi taman yang ada di dekat pohon Maple jepang yang berukuran cukup besar.

Daun-daun itu tampak mulai merah yang menandakan pergantian musim akan segera terjadi.

Kedua nya sama-sama hening untuk sesaat hingga Rose angkat bicara untuk bertanya.

"Bagaimana dengan kuliah mu?."

"Semua nya berjalan lancar kak, Arin sudah mempersiapkan semua jadi Arin rasa semua nya bakal lancar."

"Apa kamu senang tinggal disini?."

"Dari pada kata senang, Arin lebih suka bilang kalau Arin bahagia. Arin merasa lega dan bersyukur atas kebaikan yang Tuan berikan. Tuan sudah memberikan banyak hal pada Arin, bahkan ketika kami baru bertemu Tuan tidak merasa ragu untuk membantu Arin."

"Kalau boleh jujur terkadang Arin merasa takut dengan Tuan tapi Arin yakin Tuan orang baik. Tuan hanya menjalankan pekerjaan sebagai mana mestinya."

"Semua orang disini baik kak, Kak Mark selalu bantu Arin setiap kali Arin berurusan dengan hal-hal yang gak Arin tahu. Kak Johnny, Kak Yuta, Kak Chan semua nya baik sama Arin. Mereka udah kayak saudara laki-laki buat Arin kak."

"Arin harap Kakak bisa beradaptasi dan melihat sendiri kalau sebenarnya hidup disini tidak lah terlalu buruk."

Rose hanya bisa mengangguk kecil.

Setidaknya perkataan Arin membuat Rose merasa lebih tenang, Rose pun mencoba meyakinkan diri nya bahwa keputusan nya kali ini bukan keputusan yang salah.

"Kak, Arin akan ke dapur sebentar. Apa Kakak ingin sesuatu?."

"Tidak perlu, aku tidak sedang menginginkan sesuatu."

"Apa Kakak tidak merasa haus atau lapar?." Tanya Arin

"Tidak terlalu."

"Bagaimana dengan jus?".

"Terserah kamu saja Rin, Kakak akan minum apa yang kamu bawakan."

Arin mengangguk dan pergi ke dapur. Arin sendiri yang berinisiatif untuk memberikan minuman pada Rose karna Arin tahu Rose mungkin tidak akan berani meminta sesuatu pada nya.

Just One Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang