Bab 11

161 18 6
                                    

"SIALAN! KENAPA LU GA KASIH TAU GUA DARI DULU ANJING?! kenapa lu baru ngasih tau sekarang? kenapa lu ngasih tau pas Risu udah gaada?!"

"Risu ngelarang gua buat ngasih tau lu, dia gamau buat lu khawatir."

"RISU BODOH!" teriak Reine

"Kenapa lu biarin dia berbuat kayak gitu?" Reine melanjutkan bicaranya.

"Itu kemauannya Risu! gua gabisa cegah, gua cuma bisa ngebantu dia"

Wajah Reine mulai memanas, ia sangat marah tentang hal ini, dan ia juga marah kepada Anya yang tidak memberi tahu sejak awal tentang semua ini. Anya hanya bisa menunduk menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"KEMAUAN APA? KEMAUAN YANG NGEBUAT DIA PERGI?! Risu sialan, dia terlalu banyak mikirin orang lain tanpa melihat bagaimana keadaan dirinya sendiri."

Reine terdiam sejenak lalu Reine berbicara "Gua bakal kasih tau yang sebenarnya ke mereka." Anya yang mendengar itu sontak terkejut lalu menatap tajam ke arah Reine.

"JANGAN BANGSAT, jangan ngebuat usaha Risu sia-sia.. dia udah cape cape terluka biar mereka ga sakit hati, jangan kasih tau mereka." perlahan suara Anya makin pelan.

"Gua ga peduli."

"Lu gatau apa apa Reine! lu ga liat usaha Risu! gua ga mau usaha Risu sia-sia.. kalo lu kasih tau mereka, lalu apa gunanya Risu ngebuat mereka benci dia?.." Anya mulai menangis dan suaranya makin pelan.

"Kasian Risu, gua gamau dia mati sia-sia." lanjutnya

Reine yang sudah muak langsung berjalan ke hadapan Anya lalu menampar pipi Anya dengan keras, Anya terkejut dengan perlakuan Reine.

"SADAR BEGO! MEREKA YANG KEENAKAN! mereka ngebenci Risu tanpa tau alasannya, lu ga kasian Risu? apa lu ga kasian? Risu dibenci orang yang dia sayang? lu mau biarin dia dibenci mereka terus? SAMPAI KAPAN?! lu tau Risu ga salah kan? lu yang paling tau tentang Risu, kasih tau mereka Nya. Kalo lu gamau gua bakal bunuh mereka."

"LU GILA? JANGAN NGELAKUIN HAL SAMPAI SEJAUH ITU ANJING"

"Makanya kasih tau mereka, mereka harus ngerasain sakitnya juga."

Anya terdiam sejenak, masih meneteskan air matanya itu dan menundukkan kepalanya, ia tak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Gua harus apa.. gua gamau perjuangan Risu sia sia! tapi gua juga gamau Risu dibenci.. gua harus apa Rei??"

"Ribet, tinggal bunuh aja"

"Gua ga lagi bercanda sialan!"

"Lu kira gua lagi bercanda?"
"Padahal gua cuma pergi beberapa hari, balik balik Risu dah gaada.."

°•°•

Saat ini Reine sedang berada di samping kuburan temannya, yakni Ayunda Risu. Reine masih terdiam menatap kuburan temannya itu, ia masih tak menyangka bahwa Risu akan secepat itu menyusul orang tua nya.

Reine mengingat kembali saat dimana Reine akan pergi ke luar negeri, dibandara ia ditemani oleh Risu. Risu menemani Reine sampai Reine akan lepas landas nanti.

"Lu habis nangis?" tanya Reine

"Kaga, gua begadang"

"Lu ga kenapa-napa kan?"

"Stress, emang gua kenapa?"
"Dah pergi sana, mau ketinggalan pesawat?"

"Lu ga ngelakuin hal bodoh kan? awas aja kalo lu ngelakuin hal bodoh, gua bunuh lu!" Risu terkejut dengan ucapan Reine lalu berbicara.

"Emang lu bisa bunuh gua?"

"Gua serius, gua bunuh lu awas aja"

Risu tertawa terbahak-bahak karena ucapan Reine, sedangkan Reine? ia hanya menatap bingung ke arah Risu yang masih tertawa.

"HAHAHAHHIHIHII"

"Jangan ketawa! gua serius! awas aja balik balik lu buat masalah, gua bakal bunuh lu"

"Yaudah bunuh aja kalo lu bisa, tapi perkiraan gua lu gabakal bisa bunuh gua"

Reine hanya terdiam menatap wajah Risu yang tersenyum dengan matanya yang sembab, sebenernya Risu menangis bukan begadang namun ia tak ingin membuat temannya itu khawatir akan kondisi Risu.

"Berhenti tersenyum kayak gitu, ngeselin"

"Pergi sana, gua tunggu lu bunuh gua yaa"

Reine pun mulai berjalan, namun langkah Reine berhenti ketika Risu mengucapkan suatu kata kata yang mungkin akan ngerubah hidup Reine.

"Reine, jangan sembarangan ngehajar orang yaa, gua liat liat lu ga takut sama siapapun apalagi sama cowo. Gua bukan ngelarang lu, tapi dipukul sakitt."

"Bodoh, gua hajar lu ntar"

Reine melanjutkan perjalanannya masuk ke bandara, Risu terdiam disana sampai dimana Risu tak melihat Reine lagi karena banyak kerumunan orang disana, Risu tersenyum lalu meninggalkan tempat itu.

Kembali lagi di posisi Reine yang sekarang berada di kuburan Risu, ia terdiam, masih mengingat kata kata yang diucapkan oleh Risu sewaktu dirinya masih ada.

"Jadi ini maksud lu bilang gua gabisa ngebunuh lu? karena lu udah mati duluan.."

"Kenapa lu ga pamit ke gua? kenapa pergi tanpa izin gua? lu pikir gua bolehin lu mati?" Reine mulai ingin menangis, Reine berusaha masih menahan walau suaranya sudah mulai bergetar.

"Kenapa ngerahasiain ke gua? gua benci lu Risu sialan."

"Bahkan kalo gua berhenti ngehajar orang, lu tetep gabakal hidup lagi."

"Gua gamau lu pergi, gua gamau lu mati, gua pengen lu balik, tapi gua tau lu gabakal bisa balik, lu udah pergi untuk selamanya."

Reine mulai meneteskan air matanya, seberapa keras ia menahan untuk tidak menangis tapi ujung-ujungnya itu sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia menangis namun tak bersuara, berusaha menahan dan menghapus air matanya yang daritadi sudah terbendung.

"Lu nangis?" ucap Anya yang datang tiba tiba ke kuburan Risu.

"Gua nangis karena ga bisa bunuh dia"

"Lu tau? kadang gua suka lupa kalau Risu udah gaada , gua selalu berharap kematian Risu itu cuma mimpi.. mungkin kalau waktu bisa diputar, gua ga bakal biarin Risu tidur."

"Ya, semua salah lu. Lu ga ngasih tau gua kalo Risu masih sakit, buat apasih? kenapa Risu harus mikirin perasaan mereka?"

"Karena Risu sayang mereka"

"Dia juga nyakitin perasaan mereka kan? apa bedanya?"

"Beda bodoh! mereka sebentar aja sakitnya, ga terus terusan, coba lu pikir baik baik."

"Tch, ribet."

-------------------------------

segini dulu ges, yang penting up wkwkwkk, selamat membaca dan semoga memuaskan, masih ada beberapa chapter lagi untuk tamat ya ges ya

tunggu aja ya skwkkw

sorry author lama up nya, karena author sibuk bet apalagi udah mulai masuk sekolahh

udah ya gitu aja

see u all!

Sampai Akhir Menutup Mata (RisOllie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang