Anak haram, dua kata yang selalu Arian dengar sejak masih kecil. Tidak secara terang-terangan memang, tetapi berhasil membuat dirinya bertanya-bertanya. Apakah memang benar seperti itu? Sebab sejak dulu, Arian tidak tahu siapa ayahnya. Arian juga tidak tahu di mana ayahnya berada.
Setiap kali Arian bertanya pada mama, bukan jawaban yang ia dapatkan. Tetapi sebuah pengalihan agar ia tidak bertanya hal yang serupa. Sehingga setiap kali pertanyaan itu kembali menguasai dirinya, ia akan melarikan diri pada hal lain sampai lupa. Sebab ia tidak mau menyakiti hati mama dan membuat mama menjadi sedih. Toh tanpa ayah kandungnya, Arian sudah memiliki om baik bernama Adrian Nugraha. Laki-laki hebat yang selalu ada setiap kali ia membutuhkan bantuan. Laki-laki hebat yang selalu ada di setiap ia merasa sendirian. Dan laki-laki hebat yang memberikan semangat untuk hidup lebih lama dari apa yang pernah ia pikirkan.
Adrian Nugraha—Arian mengenalnya sebagai atasan mama. Dulu, setiap kali laki-laki itu datang ke rumah untuk masalah pekerjaan, Arian akan selalu menyelipkan doa agar bisa memiliki ayah seperti Adrian Nugraha di masa mendatang. Dan sepertinya, Tuhan sedang berbaik hati waktu itu. Sebab tak lama kemudian, mama mengatakan kalau mereka akan menikah.
Senang? Jangan ditanya, Arian bahkan merasa jantungnya berdegup lebih kencang daripada biasanya. Ia bahagia, sangat. Karena setidaknya, ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah seperti anak-anak pada umumnya. Karena setidaknya, Arian bisa merasa tenang jika suatu hari Tuhan memanggil dirinya secara mendadak.
Namun, sepertinya Arian lupa pada satu hal. Arian lupa jika laki-laki seumuran Adrian Nugraha, pasti sudah memiliki keluarga. Sehingga ketika mama mengatakan jika ia akan mempunyai dua orang saudara, Arian merasa kebingungan. Bahkan, ia sempat berpikir bahwa mama telah merebut laki-laki lain untuk menjadi ayahnya, jika saja ayah Adrian tak menjelaskan kalau istri pertamanya telah meninggal dunia.
Arian pikir setelah mama dan om baiknya menikah, rumah akan semakin ramai. Karena selain memiliki seorang ayah, ia juga akan memiliki seorang kakak dan adik laki-laki. Namun, nyatanya semua tetap sama. Tidak ada yang berubah. Bahkan alih-alih merasa senang seperti yang selalu ia bayangkan sebelumnya, ia justru mendadak sesak. Ada rasa tak enak hati setiap kali melihat presensi ayah di sekitarnya. Sebab sedikitnya Arian tahu, bagaimana hubungan ayah dengan kedua putranya setelah pernikahannya dengan mama. Dan ini, bukanlah yang Arian inginkan.
"Gue bosen," gumam anak laki-laki berusia 16 tahun itu, menatap makanan rumah sakit di hadapannya yang belum tersentuh sama sekali. Ketika kepalanya menoleh, ia bisa melihat melalui jendela bagaimana langit pagi itu tampak cerah, membuat ia ingin cepat-cepat keluar dari tempat beraroma karbol yang bercampur dengan alkohol dan obat-obatan.
Pikirannya melayang pada saat pertemuan keluarga pertama kali diadakan. Di mana ia bertemu dengan kedua putra ayah bersama istri pertamanya. Di mana ia kembali mendapatkan penolakan dari kakak tirinya. Namun, ketika kotak ingatan itu berhenti berputar pada sosok anak laki-laki yang usianya jauh lebih muda, sudut-sudut bibir Arian terangkat. Ia bahkan terkikik tatkala mengingat bagaimana wajah terkejutnya Asa ketika dirinya memeluk anak itu padahal mereka baru saja bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Asa
Teen Fiction"Asa, manusia itu nggak pernah luput dari yang namanya kesalahan. Jadi kalau suatu hari ayah atau Ibu melakukan hal yang nggak Asa suka. Asa bilang, ya?" "Asa nggak suka Ibu pergi ...." #Dipublikasikan pada hari sabtu, 03 agustus 2024 #Cover by Canva