Sakit lagi

527 90 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Setelah membaca pesan yang Asa kirimkan satu jam lalu, Gibran menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca pesan yang Asa kirimkan satu jam lalu, Gibran menghela napas. Tangan kanannya sedikit terangkat, agar kedua netranya bisa melihat dengan jelas dua buah donat toping cokelat titipan Asa. Satu hal yang Gibran tahu setelah dekat kembali dengan Asa, bahwa anak itu masih menyukai donat hingga sekarang.

Dulu, saat ibu masih ada, hampir satu kali dalam satu minggu ibu akan membuat donat dengan toping cokelat, khusus untuk Asa. Atau jika ibu sedang sibuk-sibuknya, ibu akan membelinya di toko yang saat ini berada tepat di belakangnya.

Gibran pikir setelah ibu pergi, akan ada banyak perubahan yang terjadi pada adiknya. Sama seperti dia yang sudah tak lagi sarapan roti, ia pikir Asa juga sudah tak suka lagi pada donat, mengingat ia jarang sekali melihat anak itu membelinya.

Namun, begitu dekat kembali dan mendengar alasan-alasan di baliknya, Gibran mulai menyadari, bahwa tidak peduli seberapa lama waktu berlalu, Asa masih tetaplah adiknya yang dulu.

Mungkin, bukan perubahan yang terjadi pada Asa seperti yang terjadi padanya, melainkan sebuah pengalihan di mana Asa tetap menjaga semua yang lalu agar sewaktu-waktu, ia bisa kembali dan berbahagia di tempat itu.

Dan ternyata, Asa jarang sekali membeli donat lantaran tidak punya uang lebih. Anak itu mengaku harus memutar otak untuk membeli roti, makanan untuk makan malam, serta celengan yang harus ia isi agar penuh sebelum bulan agustus nanti.

Gibran tidak tahu alasan pasti mengenai celengan itu, tapi satu hal yang Gibran sesali, yaitu perlakuannya yang meminta uang selama ini.

"Goblok!" Pada akhirnya, dia memaki dirinya sendiri. Lantas membawa sepeda motornya merayap di padatnya jalanan ibu kota, di bawah langit senja yang tampak kemerahan di sudut Barat karena matahari benar-benar akan rebah.

Hari ini, ia pulang terlambat karena berkumpul terlebih dahulu bersama teman-temannya setelah sekian lama. Kalau saja Asa tak menelepon saat jam pulang dan meminta untuk dibelikan donat, bisa Gibran pastikan kalau hari ini ia tidak akan pulang, dan lebih memilih untuk ikut ke rumah Ken karena nanti malam, mereka berencana pergi ke arena balap seperti dulu. Sudah sangat lama Gibran tak ke sana, jujur saja ia cukup merindukannya.

Perihal AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang