1. Here We Meet Again

332 6 0
                                    

"Alkana mau Mami baru."

"Mami baru?" Alvian memastikan bahwa dirinya tak salah mendengar permintaan anaknya.pri

"Alkana mau Tasya jadi Mami Alkana." Walau sudah berusia tiga tahun, balita itu masih belum bisa menyebut namanya dengan baik.

Alvian berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan Arkana. Tangan Alvian terulur mengusap puncak kepala Arkana dengan penuh kasih sayang.

"Arkana sayang, apa kamu punya keinginan selain Mami baru? Apa pun itu selain Mami baru, Papi akan berusaha mengabulkan keinginan kamu," bujuk Alvian.

Permintaan ini bukanlah sebuah permintaan yang bisa Alvian kabulkan dalam satu malam ataupun satu pekan. Alvian bahkan baru tahu jika hubungan Arkana dengan Tasya sudah sejauh ini.

Alvian mendadak merasa cemburu. Arkana terlihat jelas lebih menyukai Tasya ketimbang dirinya yang berstatus sebagai seorang ayah.

"Alkana cuma mau Tasya," pinta Arkana dengan raut wajah kesal karena Alvian telah membuatnya berulang kali menyampaikan hal yang sama.

Alvian menghela napas. Jika ini tentang wanita baru, mungkin Alvian akan mencoba mengusahakannya. Bahkan hubungan asmara Alvian dengan Tasya sudah kandas tiga tahun silam dengan cara yang tidak baik. Tapi kenapa harus Tasya dari sekian banyak populasi wanita di dunia ini?

Tidak mungkin bukan jika Alvian tiba-tiba kembali hanya untuk meminta Tasya menjadi istri sekaligus Ibu sambung untuk Arkana?

Tiga bulan sebelumnya...

Tasya berlari terburu-buru setelah mendapatkan kabar bahwa Skylar harus dirawat di rumah sakit. Alih-alih IGD, Tasya menghentikkan langkah kakinya saat melihat seorang anak kecil yang sedang menangis di tengah kerumunan wartawan depan rumah sakit.

"Orang tua mana yang teledor ngebiarin anaknya hampir keinjak?" gerutu Tasya.

Biasanya para wartawan berkumpul di depan rumah sakit untuk meliput artis yang sedang berada di rumah sakit. Melihat tak ada seorang pun mempedulikan anak balita yang sedang menangis, dengan cepat Tasya menarik tangan dan membawanya ke dalam pelukan sebelum semakin terinjak para wartawan.

Tasya dengan cekatan menggendong balita tersebut sebelum berlari menjauhi kerumunan wartawan. Tak berhenti menangis, Tasya segera membawanya ke tempat yang sepi supaya tak mengganggu pasien yang sedang berobat dan dokter yang sedang bekerja.

Usapan di punggung yang didapatkan oleh balita tersebut, perlahan membuatnya menjadi tenang. Tasya tetap menggendong seraya berusaha menenangkan anak laki-laki di dalam dekapannya.

"Tenang sayang, sekarang sudah aman. Sekarang baik-baik aja," bisik Tasya berulang kali, seolah hal tersebut adalah sebuah mantra.

Tak merasa telinganya pengang karena Arkana terus menangis di samping telinganya, Tasya dengan sabar menunggu Arkana mengeluarkan semua emosinya terlebih dahulu. Jemari lembut Tasya tidak berhenti mengusap punggung Arkana dengan lembut.

"Mau susu?" Tasya mengeluarkan sekotak susu siap minum dari dalam tas kecilnya.

Tanpa melepaskan gendongannya, Tasya membuka kotak susu tersebut menggunakan sedotan sebelum diberikan kepada Arkana. Tasya membiarkan Arkana menghabiskan susu di pundaknya.

Tasya menjadi kesal sendiri karena bisa-bisanya tak ada wartawan di depan rumah sakit yang tidak memiliki hati nurani kepada balita. Raut wajah ketakutan Arkana bukanlah sekadar ketakutan biasa.

Kini Arkana lebih tenang dari sebelumnya setelah meminum beberapa teguk susu. Rasa manis memang berhasil menjadi solusi dikala suasana hati sedang buruk.

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang