3. I Missed You

142 6 0
                                    

Tasya terkejut melihat Alvian yang sudah berdiri di ujung ranjang rumah sakit entah sejak kapan. Sebelum Tasya bertanya, masuklah beberapa perawat yang sedang melakukan jaga malam.

Mereka tak bisa menutupi ekspresi terkejut melihat Alvian berada di ruang inap pasien semalam ini. Terlebih lagi ini bukanlah jadwal visit dokter. Walau penasaran, tetapi mereka tak bisa bertanya dan tetap melanjutkan tugas mereka seperti biasa. Salah seorang perawat bertugas mengganti infus Skylar yang sudah habis.

Alvian hanya mengangguk hormat kepada para perawat. Tak lupa Tasya menyampaikan terima kasih kepada para perawat sebelum mereka pergi.

Kini ruangan kembali tersisa mereka berempat. Alvian mengecek kondisi suhu tubuh Skylar yang mendadak mengalami demam tinggi.

"Skylar demam tinggi. Tunggu sebentar."

Tanpa Tasya pinta, Alvian pergi keluar untuk mengambil obat pereda demam yang diinfus. Alvian mengganti infus dengan cairan obat pereda demam. Alvian terus berdiri di tempat, menunggu hingga cairan di botol tersebut habis.

Tasya mengangkat kepala Arkana secara perlahan lalu pergi menghampiri ranjang Skylar. Punggung tangan Tasya menyentuh dahi Skylar, ternyata memang sangat panas.

Tak ada yang membuka pembicaraan diantara Tasya dan Alvian. Mereka berdua tenggelam dalam keheningan. Meski tangan Alvian sibuk memegangi botol infus, tetapi tatapannya terus tertuju kepada Tasya yang sedang memperhatikan Skylar.

"Skylar pacar baru kamu?" Alvian tak bisa lagi menahan pertanyaan yang satu ini.

Tasya berusaha menyembunyikan raut terkejutnya kemudian terkekeh pelan. Akhirnya Tasya mengalami masa dimana Alvian menanyakan hal itu kepadanya.

"Pacar baru? Dulu kamu yang bilang aku selingkuh sama dia." Tasya mendongkak dan menatap mata Alvian dalam-dalam.

"Maksudnya Skylar? Orang itu Skylar?" tanya Alvian memastikan.

Suara getaran ponsel memotong pembicaraan mereka. Tak menjawab pertanyaan Alvian, Tasya mengambil ponsel dan pergi keluar ruangan. Membahas masa lalu selalu membuat dadanya terasa sesak. Tasya pikir tak ada gunanya untuk membahas masa lalu dengan orang yang membuatnya terluka.

Tasya mempir ke counter kopi untuk memesan dua kopi latte. Selagi menunggu pesanannya jadi, Tasya membuka obrolan grup semasa kuliah yang tak pernah dibukanya semenjak lulus kuliah.

Menggunakan kata kunci nama Alvian, Tasya bisa dengan msudah menemukan informasi melalui gosip. Tasya hanya bisa terperangah setiap membaca info-info yang sudah tersebar sejak lama.

"Alvian nikah diam-diam? Arkana beneran masuk di daftar kartu keluarga Alvian? Niat banget sampai ada yang ngirim bukti potongan chat sama Alvian. Wah, padahal baru dari lulus gak buka group chat, tapi gosipnya sudah sejauh ini."

"Ini Mbak pesanannya."

Tasya segera menyimpan ponsel ke dalam saku sebelum menerima pesanannya. Selepas itu Tasya berjalan kembali menuju ruang inap Skylar berada. Langkah kaki Tasya berhenti saat melihat Alvian sedang berdiri menunggunya di depan ruang inap Skylar.

"Dari mana?" tanya Alvian.

Tasya memberikan satu cup kopi kepada Alvian meski niatnya Tasya hendak menghabiskan kedua cup kopi tersebut.

"Kamu sengaja beli buat aku atau emang berencana beli dua sekaligus buat kamu sendiri?" tanya Alvian tegas.

Pertanyaan Alvian kerap kali dilemparkan saat mereka sedang mengerjakan tugas bersama sewaktu kuliah dulu. Tasya tersenyum kecil mengingat masa lalu mereka.

"As you think." Itu lah jawaban yang selalu Tasya berikan sejak dahulu. Membiarkan Alvian menerka-nerka sendiri jawabannya.

"Kamu lupa kalau minum kopi kebanyakan bisa bikin kecemasan bertambah, insomsia atau masalah pencernaan. Kamu serius masih minum kopi tengah malam kayak gini?" Alvian secara naluriah memarahi kebiasaan Tasya.

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang