"Tasya Mami aku," cicit Arkana.
Tasya melongo sementara sang guru mulai mempercayainya.
"Kalau gitu saya menjadi tenang jika Arkana hari ini dijemput oleh Maminya."
Tasya kehabisan kata-kata. Tarikan tangan Arkana menyadarkannya dari lamunan.
"Ayo sayang," ajak Tasya gelagapan.
Sesampainya di restaurant cepat saji berlogo M pun, Tasya hanya bisa melamun. Melihat betapa lahapnya Arkana makan nasi dan ayam pun membuat Tasya tak tega untuk menegurnya.
Alvian berlari menuju parkiran secepat mungkin. Sesekali Alvian melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang lewat lima belas menit. Artinya, Alvian sudah terlambat lebih dari setengah jam untuk menjemput Arkana di sekolah.
Pagi ini ada rapat besar sehingga memakan waktu cukup lama. Panik, Alvian mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Jarak antara rumah sakit dan sekolah memang cukup jauh.
Akhirnya Alvian tiba di pekarangan sekolah TK. Terlihat jelas bahwa sekolah sudah dalam keadaan kosong. Alvian segera turun dari mobil secara terburu-buru.
"Ibu guru, maaf saya terlambat. Arkana dimana ya?"
"Arkana? Tadi Arkana sudah pulang sama Maminya."
"Hah? Mami?" Alvian melongo. Mendadak otaknya kosong saat ini.
"Iya. Tadi Arkana bilang mau pulang sama Maminya. Beliau juga memberikan saya kartu namanya, sebentar." Wanita tersebut merogoh saku lalu memberikan Alvian selembar kartu nama.
"Tasya? Oh, ya. Tasya." Alvian tampak kebingungan.
"Terima kasih banyak Ibu guru." Alvian berlari kecil menuju mobil kemudian mendial nomor Tasya.
Jemari Alvian mengetuk kemudi mobi selagi menunggu Tasya mengangkat panggilannya.
"Kamu dimana? Arkana lagi sama kamu?" tanya Alvian cepat begitu panggilan terhubung.
"Emsidi depan dekat sekolah."
"Aku ke sana sekarang." Alvian menutup panggilan sebelum menjalankan mobil menuju restoran cepat saji yang tak jauh dari sekolah.
Alvian baru bisa bernapas lega saat membuka pintu. Ada Tasya yang sedang menyuapi Arkana makan. Sementara Arkana mengunyah makanan, kedua tangannya sibuk memainkan hadiah mainan yang bisa didapatkan dalam paket makanan.
Sebelum menghampiri meja Tasya dan Arkana, Alvian memilih untuk memesan makanannya terlebih dahulu. Alvian mendatangi Tasya dan Arkana seraya membawa nampan makanan.
"Hei," sapa Alvian canggung karena pertemuan terakhir mereka yang buruk.
"Arkana, Papi datang jemput Arkana," ujar Tasya.
Alvian berjongkok di samping Arkana. "Arkana, Papi minta maaf karena telat jemput Arkana. Tadi rapat Papi selesai lebih lama di rumah sakit."
Arkana tak keberatan dengan keterlambatan Alvian karena ada Tasya yang menggantikan Alvian.
Arkana hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Arkana marah?" tanya Alvian kepada Tasya tanpa suara.
Tasya menggelengkan kepala kemudian memberi kode agar Alvian segera duduk di kursi. Alvian duduk di depan Arkana.
Penampilan Tasya hari ini benar-benar tak enak dipandang. Sudah dua hari Tasya lembur di kantor. Raut wajah Tasya tak bisa lagi dibohongi oleh make up.
Walau Tasya tampil rapih dalam balutan blouse dan rok span, tetapi rambut Tasya sudah dalam keadaan ikat gulung berantakan. Terlihat jelas bahwa Tasya belum keramas selama beberapa hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Mantan
RomanceAlvian Venotera seorang dokter muda genius yang telah memiliki seorang anak laki-laki. Kehidupan Alvian mulai berubah saat anaknya menginginkan Tasya, mantan kekasih Alvian, untuk menjadi ibu sambungnya. Tasya Natasha melarikan diri dari perjodohan...