4. Farewell Again

114 7 0
                                    

Tasya baru terlelap pada pukul delapan pagi setelah sarapan. Kali ini ranjang pasien diambil alih oleh Tasya setelah Skylar melakukan pengambilan darah. Selama Tasya tidur, Skylar duduk manis di sofa seraya menonton film anime menggunakan laptop Tasya.

Tentu saja Skylar mencuri kesempatan karena tahu Tasya akan mengamuk jika mengetahui laptop kerjanya digunakan untuk menonton anime oleh Skylar.

Melirik betapa pulasnya Tasya tidur, Skylar tersenyum kecil. Bohong jika Skylar tak merasa tak enak harus membuat Tasya bermalam di rumah sakit di saat pekerjaannya sedang sangat sibuk.

Waktu berlalu begitu saja. Seorang perawat yang datang untuk memberi obat sebelum makan siang, terkejut melihat bahwa bukan pasienlah yang sedang tertidur di ranjang pasien saat ini.

"Kasian Sus, dia baru tidur jam delapan tadi," bisik Skylar kepada perawat.

Sang perawat hanya ber-oh ria diiringi dengan senyuman manisnya. Setelah mendapatkan obat suntikan, Skylar kembali fokus menonton sambil menghabiskan makan siangnya.

Tak sesore biasanya, kali ini Alvian kunjungan lebih cepat karena kondisi Skylar sudah membaik. Alvian tersenyum melihat Tasya yang masih terlelap di atas ranjang pasien. Wajah lelah Tasya terlihat sangat jelas.

Menyadari ada seseorang yang datang, Skylar segera mengeluarkan aplikasi menonton di laptop Tasya. Skylar menunjuk pintu, memberi kode agar mereka berbicara di luar saja supaya tak mengganggu Tasya.

Alvian membantu Skylar mendorong tiang infus pergi ke depan ruang inap. Mereka berdua duduk di bangku koridor.

"Sudah boleh pulang hari ini?" tanya Skylar tak sabar.

"Iya, sudah boleh pulang. Tapi dari awal pemeriksaan emang ada hasil yang kurang bagus selain demam berdarah. Setelah pulang jangan dulu begadang, tetap istirahat total selama tiga hari. Jangan lupa pergi ambil obat. Nanti saya jadwalin buat rawat jalan," jelas Alvian panjang lebar.

Skylar tersenyum menunjuk tangan kirinya. "Jadi infusnya sudah boleh dibuka dong? Bener-bener tersiksa banget."

Alvian menunjukkan nampan kecil yang sudah dibawanya sejak tadi. Dengan telaten Alvian melepaskan jarum infus yang sudah menempel selama lima hari di tangan kiri Skylar.

"Tasya... tidur siang?" tanya Alvian ragu di tengah aktivitasnya.

Skylar tanpa sadar mendengus sinis. "Tidur pagi. Baru tidur jam delapan tadi."

Dahi Alvian mengerut. "Kenapa? Sesibuk itu?"

"Gak ngerti lagi sama Tasya. Sudah tahu jadi pengacara aja sibuk banget. Ditambah dia ambil freelance sebagai penerjemah."

Skylar sudah tak ada tenaga untuk menegur Tasya lagi supaya ingat kesehatannya. Toh, lagipula Tasya bekerja bukan kerena membutuhkan uang. Untuk apa menghabiskan waktu dan energi secara berlebihan?

Alvian terdiam. Cukup terkejut mengetahui bahwa Tasya berubah sejauh itu. Tasya yang dulu adalah 'kuparat' alias kuliah party kuliah party. Tak pernah terbayangkan oleh Alvian jika Tasya akan menjadi segila kerja itu.

Skylar mengibas-ngibaskan telapak tangannya yang terasa kaku setelah diinfus selama lima hari.

"Feeling gue bilang kalau kita bakal lebih sering ketemu. Mulai sore ini juga gue bukan pasien lagi, jadi mari berhenti bersikap formal. Gue Skylar." Skylar mengulurkan tangan kepada Alvian, mengajak berkenalan secara pribadi.

Alvian menyambut uluran tangan Skylar dengan hangat. "Alvian."

"Si kecil mana?" Skylar baru menyadari bahwa Alvian datang sendirian hari ini.

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang