7. Running Into an Ex Next Door

91 4 0
                                    

"Luka kamu bakal membekas kalau enggak diobati," potong Alvian dengan tenang.

"Aku... Aku bisa obatin sendiri."

Alvian tak membiarkan Tasya mengambil alih. Hingga pada akhirnya Tasya hanya bisa pasrah dan membiarkan Alvian mengobati luka lecet di kakinya. Tasya baru merasakan sakit saat Alvian mengoleskan lukanya menggunakan obat merah.

"Aw," ringis Tasya pelan.

"Lecet kenapa?" tanya Alvian.

"Kayaknya terlalu lama jalan pakai hak tinggi."

Suara dentingan ponsel Tasya mengalihkan perhatian. Membaca pesan melalui notifikasi, Tasya menaruh kembali ponselnya secara kasar.

Skylar: Gue kasih lo 3 permintaan apa saja selama lo hidup sendiri. Anggap saja itu kartu AS penolong lo dari Kakak lo yang paling ganteng.

"Mati aja sana lo," gumam Tasya yang terdengar jelas oleh Alvian.

"Siapa?" Alvian mendongkakkan kepala sehingga mereka kin bertatapan dengan jarak dekat.

"Oh, itu. Skylar."

"Kamu lagi ada masalah sama Skylar?" tanya Alvian pelan.

Tasya menarik napas panjang. "Gak tahu bisa disebut masalah atau bukan. Intinya aku lagi kesal sama Skylar."

Alvian meniup-niup luka Tasya dengan lembut sebelum ditutupi oleh plester. Seperti biasa, Alvian selalu bisa mengobati luka orang lain dengan baik.

"Arkana biasa tidur siang?" tanya Tasya tiba-tiba.

"Arkana masih dalam masa harus tidur siang. Kenapa?" tanya balik Alvian.

Tasya menoleh pada Arkana. "Arkana, gimana kalau kita pergi keluarnya nanti sore? Arkana tidur siang dulu, ya."

Arkana hanya menganggukkan kepala dengan patuh sebagai jawaban. Sesaat Tasya merasa heran karena sosok Arkana terlalu pendiam bagi anak seusianya.

"Alvian, chargernya aku bawa dulu ya. Nanti aku ke sini lagi." Tasya membawa pakaian kotor miliknya dan segera pergi keluar.

Alvian menoleh pada Arkana yang masih fokus menonton.

"Arkana senang ada Tasya di sini?"

"Iya. Alkana senang."

Alvian mengusap puncak kepala Arkana dengan penuh kasih sayang.

***

Siang ini Tasya menyibukkan diri untuk menerima banyak paket besar seperti TV, sofa, kasur, lemari, meja rias hingga meja kerja. Hanya ada kompor tanam saja yang sudah siap di unit apartement ini.

Alvian juga menyusul Tasya setelah memasikan Arkana tidur siang. Suara geser barang bisa terdengar jelas hingga unit Alvian. Tanpa diminta, Alvian langsung bergerak untuk membantu Tasya membereskan barang-barangnya bersama para kurir yang mengantarkan barang.

"Kamu beneran pindah ke sini?" Alvian masih tak sangka, mengingat betapa besarnya sayang kedua orang tua Tasya. Sejak kecil Tasya sudah hidup dalam kemewahan meski kedua orang tuanya sibuk. Tasya tumbuh dewasa dengan bermanja kepada kemewahan.

"Iya dong beneran pindah ke sini. Masa bohongan?" Tasya mengerutkan dahi karena semua orang terdengar sangat meragukannya bahwa dirinya bisa hidup sendirian.

Tasya tersenyum bangga melihat ruangan yang sudah tertata rapih dengan barang-barang baru. Kini Tasya menjadi lebih semangat untuk memulai hidup sendirian. Ralat, sepertinya Tasya tak akan pernah hidup sendirian apabila rasa khawatir Alvian masih sebesar dahulu.

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang