10. A Lawyer's Narrow Escape

90 4 0
                                    

Walau keadaan semalam berubah menjadi dingin, tetapi keadaan pagi ini sehangat matahari pagi. Ini semua terjadi karena Arkana. Tanpa Alvian dan Tasya sadari, Arkana adalah jembatan terbaik yang telah menggantikan jalan penghubung yang sudah rusak sejak lama.

Mendengar suara bel pintu, cepat-cepat Tasya pergi untuk membuka pintu. Tasya tersenyum senang saat mendapati seorang karyawan toko yang mengantarkan kepadanya secara khusus.

"Tasya Natasha, pembayaran melalui kartu kredit, betul?"

"Betul. Terima kasih banyak, ya."

Mari pikirkan nanti saja bagaimana cara Tasya membayar tagihan kartu kredit yang sudah mencapai angka lebih dari tiga puluh juta demi sekantung pakaian. Padahal baru kemarin Tasya masih berpikir ulang untuk memesan makanan.

Berhubung barang yang dipesannya sejak lama sudah tersedia, maka dari itu Tasya tanpa pikir dua kali menggunakan kartu kredit kramatnya.

"Arkana, lihat Tasya punya apa buat Arkana!" seru Tasya bersemangat.

Tak hanya Arkana, Alvian yang sedang meracik sausage sandwich pun ikut memperhatikan Tasya. Dengan semangat, Tasya mengeluarkan dua buah hoodie, dua pasang pasang pakaian serta dua pasang sepatu dari brand ternama.

Meski Alvian tak begitu tahu persoalan brand, tetapi mengenai brand berlogo G itu Alvian sangat tahu berapa rata-rata harga dari setiap barang yang dikeluarkan dari desainer tersebut.

"Arkana, maaf ya Tasya perlu waktu buat pesan barang ini. Sekarang Arkana bisa pakai baju yang sama kayak Tasya. Arkana suka? Kalau Arkana gak suka juga bisa bilang sama Tasya, nanti Tasya ganti sama yang lain."

Bohong jika Tasya tak merasa khawatir apakah Arkana akan menyukai barang pemberiannya atau tidak. Tasya harap-harap cemas saat menunggu jawaban Arkana saat Arkana terus menatapi barang-barang pemberiannya.

"Semuanya kembaran sama yang Tasya punya, loh. Arkana yakin tetap gak suka?" Tasya memasang raut wajah sedih di hadapan Arkana.

Arkana berlari memeluk Tasya kencang setelah mengecup pipi Tasya dengan senyuman lebar.

"Alkana suka! Makasi Mami Tasya!" seru Arkana bersemangat.

Tasya dan Alvian kompak saling melemparkan tatapan saat Arkana memanggilnya dengan sebutan 'Mami' secara riang. Tasya membalas pelukan Arkana cukup lama.

"Sama-sama, Arkana. Kalau gitu setelah sarapan, Arkana pergi mandi bareng Papi, pakai baru baru terus kita pergi cari bibit bunga matahari. Gimana? Oke?"

"Oke!"

Alvian menggeleng pelan. Sepertinya sia-sia Alvian mengkhawatirkan Tasya takut dalam keadaan lapar karena tak bisa hidup tanpa fasilitas. Kini lihatlah Tasya, dengan msudahnya membelikan Arkana pakaian dari brand ternama yang Alvian yakin bahwa nominalnya menyaingi gaji bulanan Alvian. Alvian tak tahu apakah dirinya harus mengasihani Tasya atau lebih baik mengasihani dirinya sendiri.

Membiarkan Arkana menghabiskan makanannya sendirian walau harus memberantaki seluruh makanannya, Alvian menghampiri Tasya yang sedang bermain ponsel sembari mengunyak sandwich buatan Alvian yang selalu enak.

"Tasya, berapa total pakaian yang kamu beli buat Arkana? Biar aku ganti," kata Alvian pelan, takut terdengar oleh Arkana.

"Gak perlu. Gak seberapa kok. Lagian itu juga janji aku sama Arkana, gak mungkin jadi alat transaksi," jawab Tasya setelah menelan sandwich.

"Aku tahu kalau itu bukan barang murah. Cepat kasih lihat ke aku struk belanjanya," pinta Alvian, tak ingin menambah beban Tasya di saat dirinya tahu bahwa Tasya sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang