Tasya kini berjongkok tak jauh dari restoran dalam keadaan cemas dan panik. Kini Tasya sedang bersembunyi. Tasya merasa tak enak karena telah keluar tanpa memberitahu Alvian dan Arkana. Tapi Tasya juga tak bisa kembali ke dalam selagi masih ada Kevin.
Apabila Kevin melihat Tasya bersama seorang pria dan anak kecil, maka urusan ini akan menjadi lebih panjang. Tak hanya melibatkan Kevin, tetapi kedua orang tua juga. Belum saatnya kedua orang tua Tasya mengetahui tentang hubungan anehnya dengan Alvian dan Arkana.
"Kenapa harus sekarang ketemunya?" Tasya mengacak-acakkan rambutnya frustasi.
Ponselnya berdering, Tasya mengusap wajahnya secara kasar saat membaca nama Alvian di layar.
"Alvian, maaf. Aku tunggu kamu di parkiran aja, ya?"
Merasa ada orang yang berdiri di belakangnya, Tasya segera menoleh. Ternyata ada Alvian yang sedang menggendong Arkana. Tasya tak tahu sejak kapan Alvian sudah menemukannya dalam keadaan seperti ini.
Rasanya Tasya ingin menangis saat ini saking merasa frustasi. Masalah pekerjaan, keluarga, keuangan, perjodohan hingga soal hubungannya dengan Alvian yang menjadi satu adalah penyebab semuanya.
Alvian mematikan panggilan dan menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Tangan Alvian terulur pada Tasya.
"Ayo," ajak Alvian dengan lembut.
Melihat sorot mata Tasya yang sudah berkaca-kaca membuat Alvian memilih untuk pura-pura tak mengetahui soal interaksi Tasya bersama pria asing tadi. Saat ini Alvian akan bersikap tak tahu apa-apa.
Alvian membantu Tasya berdiri menggunakan tangan kanan. Tangan kiri Alvian menggendong Arkana dan menenteng kantung berisi sushi. Tasya hanya bisa pasrah saat Alvian menuntun jalannya.
Alvian tahu bahwa Tasya tak akan mengatakan apa-apa walau Alvian bertanya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada mantannya ini. Tak ada hal spesial yang bisa Alvian lakukan untuk membantu Tasya selain hal-hal seperti ini.
Sesampainya di gedung apartemen, Tasya menggendong Arkana yang sudah terlelap. Alvian bertugas membawa semua kantung belanja yang sangat berat menuju unit mereka.
Sepanjang jalan, Tasya hanya melamun tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Bahkan hanya dari helaan napas pun, Alvian bisa mengetahui seberapa besar tekanan yang sedang Tasya alami sekarang.
"Kamar Arkana yang pintu putih." Alvian memberitahu letak dimana Tasya harus membaringkan Arkana.
Tasya mengganti pakaian Arkana menjadi piyama tidur tanpa perlu membangunkan Arkana. Tak lupa Tasya membersihkan tangan dan kaki Arkana menggunakan tisu basah anti kuman.
Dari depan pintu, tanpa Tasya sadari Alvian sedang memperhatikannya sejak tadi. Alvian tak pernah menyangka jika sosok manja itu bisa memiliki naluri ibu kepada Arkana. Harus Alvian akui bahwa Tasya merawat Arkana lebih baik daripada dirinya yang sudah merawat Arkana sejak meninggalnya kedua orang tua Arkana.
Melihat Tasya keluar kamar, Alvian segera kembali memisahkan barang belanjaan milik Arkana dan Tasya. Ketika Alvian hendak membawa barang belanjaan milik Tasya menuju unit apartement Tasya, dengan cepat Tasya merebutnya.
"Aku bisa sendiri. Makasih banyak, Alvian," kata Tasya dengan murung.
Alvian tak bisa mencegah lagi karena Tasya terlihat sedang kacau. Tasya membawa semua belanjaannya dengan diseret daripada harus ditenteng.
Kini Alvian bertanya-tanya mengenai pria asing yang Tasya temui sebelumnya. Siapa pria itu? Apa yang mereka bicarakan dalam waktu singkat sehingga berhasil membuat Tasya menjadi murung seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Mantan
RomanceAlvian Venotera seorang dokter muda genius yang telah memiliki seorang anak laki-laki. Kehidupan Alvian mulai berubah saat anaknya menginginkan Tasya, mantan kekasih Alvian, untuk menjadi ibu sambungnya. Tasya Natasha melarikan diri dari perjodohan...