12. Sumbu Pendek

69 2 0
                                    

Alvian menahan tawa. "Ayo makan dulu, nanti makanannya keburu dingin."

"Alvian!" rengek Tasya karena Alvian mengalihkan pembicaraan.

Alvian meletakkan mangkuk kecil di atas nakas sebelum mengeluarkan ponsel dari dalam saku. "Mau lihat siapa tunangan aku?"

"Enggak usah. Pasti gak lebih cantik dari aku," ketus Tasya.

Akhirnya Alvian terkekeh, tak bisa menahan diri lagi melihat tingkah menggemaskan Tasya. Alvian membuka aplikasi kamera depan dan menunjukkannya kepada Tasya.

"Apa? Kamu mau kasih tahu kalau sekarang aku jadi jelek gara-gara di rumah sakit?" Tasya masih merengut kesal.

"Yang kamu lihat sekarang adalah orang yang aku bilang sebagai tunangan aku."

"Apa sih? Gak lucu." Demi menutupi pipinya yang sudah memanas, Tasya membuang pandangannya ke arah lain.

Alvian tak berhenti tersenyum. Diletakan ponsel Alvian ke atas nakas sebelum mengambil mangkuk bubur hangat.

"Tadi aku dapat telepon dari Rendy. Dia minta persetujuan aku untuk melakukan operasi buat kamu. Aku pakai status sebagai tunangan supaya status lebih kuat. Skylar belum datang waktu persetujuan operasi."

"Jangan kira karena aku sudah baik sama Arkana, artinya aku sudah kasih kesempatan buat kamu. Hubungan kita sekarang gak sebaik itu, aku juga belum setuju buat balikan sama kamu," jelas Tasya cepat.

Alvian bergumam panjang. Pura-pura berpikir. Alvian tak mempermasalahkan hal itu karena apa yang Tasya katakan sangat berbeda dengan fakta yang ada.

"Aku tahu. Ayo makan dulu, nanti makanannya keburu dingin. Kalau kamu sudah sembuh, aku mau ajak kamu ke suatu tempat," bujuk Alvian.

Tasya membuka mulut, menerima suapan Alvian dengan senang hati.

***

Pukul delapan pagi, Skylar datang membawa koper kecil yang berisi barang-barang pribadi milik Tasya. Skylar datang saat Alvian sedang menyuapi Tasya sarapan.

"Dokter Alvian, permisi. Gue mau bicara empat mata sama adik tercinta yang satu ini." Skylar tersenyum penuh arti.

Tahu betul arti tatapan mata Skylar seolah mengatakan 'mati lo di tangan gue hari ini', dengan cepat Tasya memegang tangan Alvian. Menahan Alvian agar tak pergi dari ruang inap ini dan tetap di sini sebagai tameng pelindungnya dari api membara Skylar.

"Alvian tetap di sini. Alvian bukan orang lain," bantah Tasya.

"Deandra sudah ngejelasin semua situasinya ke gue. Keluar dari rumah sakit, pulang ke rumah. Lo emang gak bisa dibiarin kelayapan di luar rumah sendirian."

Tasya berdecak malas karena sudah mendengar omelan Skylar sepagi ini. Perkataan Skylar berhasil merusak suasana pagi indah yang sudah tercipta ini.

"Jangan bilang Bunda tentang kejadian ini."

"Gila ya lo? Sudah separah ini lo masih gak mau bilang ke Bunda? Gue yang digigit nyamuk aja lo laporin ke Bunda dengan heboh seolah gue habis digigit badak!" seru Skylar berapi-api.

Alvian hanya bisa bungkam di situasi seperti ini. Lagipula ini adalah topik pembicaraan di luar ranah Alvian karena ini adalah topik khusus keluarga.

Fisik Skylar yang sangat bule ini membuat Alvian tak pernah berpikir bahwa Skylar dan Tasya adalah adik kakak kandung. Alvian juga ingat kalau Ayah Tasya tak memiliki keturunan darah asing sedikit pun karena Alvian pernah bertemu saat mereka masih berpacaran dulu.

"Gue bakal bilang, tapi gak sekarang. Kalau Bunda tahu, bisa-bisa gue disuruh berhenti kerja sekarang juga."

"Bagus kalau lo tahu. Gue juga lebih pilih lo keluar kerja aja sekalian. Lebih baik lo lanjut belajar kejar doctors' degree daripada kerja malah dapat luka ginian."

Pesona MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang