3.4 - Persona

39 5 7
                                    

Treadmill gym berdengung pelan ketika Jaendra menambah kecepatan. Pandangannya lurus ke depan, fokus pada langkah yang semakin lama semakin cepat. Selang beberapa menit, keringat mulai membasahi pelipis dan mengalir pada kaus putih yang membalut tubuh atletisnya.

Dari sudut mata, Jaendra merasakan ada seseorang mengamati. Dan benar saja, ketika menoleh ke kanan sekilas ia mendapati Jonathan berdiri di sebelah treadmill memandangnya dengan tatapan intens. "Serius amat, Jae? Kayak dikejar sesuatu aja."

Jaendra hanya mendengus. "Bisa jadi." Jawabnya asal, tanpa mengalihkan pandangan.

Jonathan tertawa kecil sambil memilih kecepatan paling rendah di treadmill sebelah. "Weekend ini dateng ke reuni anak teater nggak?"

"Enggak bisa, Jo. Gue udah janji sama Anara." Jaendra ikut memperlambat langkahnya, mengisyaratkan kesediaan agar bisa mengobrol dengan nyaman.

Laki-laki bertubuh lebih tinggi itu mengangguk paham, tapi tak bisa menahan tawa kecil di sudut bibirnya. "Selalu ya, Anara lagi Anara lagi. Kayak magnet aja lo berdua."

Jaendra menarik napas panjang. "Waktu luang gue cuman weekend doang, reuninya mendadak banget Jo. Gue udah janji sama Anara dari jauh-jauh hari."

"Iya, iya, Jae. Gue ngerti kok. Gue malah seneng lo sempetin ketemu gue sekarang, padahal baru pulang kerja."

"Sengaja, pengen ngerasain ruang gym pribadi lo yang baru ini." Jaendra tertawa di akhir, tapi Jonathan bisa menangkap nada godaan disana. Dia jadi salah tingkah, karena secara tidak langsung Jaendra sedang menyinggung pembelian rumah mewah yang dilakukannya dua minggu yang lalu.

"Gimana?" Lanjut Jaendra, mematikan treadmill-nya hingga benar-benar berhenti. "Bagus kan pilihan gue?"

"Lebih baik daripada tempat gym manapun." Jonathan mengacungkan dua jempol sembari memasang ekspresi puas.

"Kalo lo mau koleksi lagi, jangan lupa hubungi gue."

"Lo kira rumah barbie, bisa dikoleksi?"

"Ya siapa tau aja? Baru 3 tahun jadi aktor aja udah bisa beli rumah kayak gini. Apalagi nanti, gue rasa gedung DPR juga bisa lo beli."

"Jangan gitu, tar bapak gue kerja dimana?"

"Ya pensiun lah, anaknya udah kaya ngapain kerja."

Jonathan lantas berbisik, "jangan dulu, dia belum korupsi."

"Heh sialan!" Jaendra melempar handuk yang telah dipenuhi keringat, sementara Jonathan tertawa terbahak-bahak.

Meski baru berkecimpung di dunia akting dalam negeri, Jonathan berhasil mendapat tawaran untuk debut di industri film Singapura lewat kolaborasi internasional yang cukup menjanjikan. Namun alih-alih menyewa hunian sementara, dia lebih memilih membeli bangunan mewah selama syuting disini. Mungkin sebagian orang akan mengira Jo gila, tapi pembelian rumah mewah ini– lengkap dengan ruang gym pribadi, bukan sekadar soal gaya hidup tetapi itu bagian dari mimpi yang ia bangun selama bertahun-tahun. Dan Jaendra sebagai orang yang bergelut di bidang ini, dengan senang hati membantu mewujudkannya.

"Jadi kapan mulai syuting?"

"Bulan depan."

"Ah, pantes aja lo masih bisa nyantai."

"Haha iya, makannya gue pengen dateng ke acara reuni sebelum sibuk syuting."

"Gue penasaran gimana reaksi temen-temen ketemu artis papan atas kayak lo."

"Apa sih, gue masih Jo yang dulu. Gak ada bedanya, kok." Jonathan turun dari treadmill, berjalan arah sofa coklat di sudut ruangan diikuti Jaendra di belakangnya. Jo memberi Jaendra sebotol air mineral, kemudian suasana menjadi hening sesaat.

Countdown: 100th DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang