Sudah lewat tengah malam,Pooh baru saja menapakan langkah dihalaman rumahnya.
Ia melihat bayangan seseorang sedang berdiri di ambang pintu menunggunya.
Pooh melanjutkan langkahnya seolah menghiraukan orang itu.pakaian seragamnya yang lusuh dan berantakan tentu saja mengundang pertanyaan bagi orang lain yang ada disana."Ada apa?"
Orang yang lebih tua menahan lengan Pooh ketika ia hendak melewatinya.
Pooh berhenti dan menatap sang kakak."Tidak ada" jawabnya dengan gelengan pelan
"Kau bukan orang yang seperti ini,sesuatu telah terjadi?"
"Aku lelah,biarkan aku beristirahat" Pooh melepas tangannya dari genggaman Kaka nya dan segera melangkah pergi.Malam ini tak ada bulan sama sekali.membuat suasana kamar itu semakin gelap tanpa pencahayaan apapun.senyi,sepi,hening,tenang,dan gelap sama seperti suasana hati sang pemilik kamar itu.
Pooh hanya duduk diam di atas ranjangnya.tangannya bergerak menyentuh benda pipih yang ia simpan di atas meja nakas nya.
Ia menekan nomor kekasihnya meski ia tau ia tidak akan menerima jawaban dari sana.
Ia tersenyum sinis ketika mengingat betapa bahagianya Pavel ketika menerima telepon darinya.
Dia merindukan Pavel,dan dia belum pernah merindukan siapapun seperti sekarang ini.
Mengetahui jika apa yang akan mereka hadapi di masa depan adalah hal besar yang begitu beresiko atas apa yang sudah mereka mulai.
tapi bukan hal itu yang Pooh takutkan.
Ia hanya takut jika mereka tidak cukup kuat untuk melawannya,bagaimana jika ia kalah dalam mempertahankan cintanya? Bagaiman jika Pavel menyerah?
Sungguh,sebesar apapun badai di depan sana yang harus mereka hadapi,ia akan selalu siap selama Pavel masih memilih untuk bersamanya,selama ia masih dapat mengengam erat tangan anak manis itu ia akan selalu berusaha sebisanya untuk menaklukan semua rintangannya.asalkan Pavel tak menyerah dengannya.Pooh flashback
Dengan sedikit perasaan yang berdebar,Pooh membawah langkahnya untuk memasuki kembali halaman rumah sakit yang beberapa jam lalu ia tinggalkan.
Tentu rasa penasarannya kembali membawahnya untuk menapaki area koridor rumah sakit itu.
Ia melangkah dengan pelan agar orang di depannya tak terusik dengan keberadaannya.
Mendekati ruangan dimana Pavel ada di dalam sana Pooh menghentikan langkahnya.ia meremas jari jemari nya yang terasa dingin dan kembali melangkah dengan pelan mendekati ruangan itu,sedangkan orang yang dari tadi ia ikuti sudah berada di dalam sana bersama seorang dokter dan beberapa orang perawat.
Pooh kembali melangkah mundur dengan pelan ketika melihat seorang perawat pria hendak keluar."Maaf,apa aku boleh bertanya?" Tanya Pooh pada perawat itu ketika ia berjalan melewati Pooh.
"Ya?"
"Apa yang terjadi dengan pasien di dalam sana?"
"Ohh,itu...beberapa menit yang lalu kebetulan salah seorang perawat datang untuk mengganti cairan infusnya.dan pada saat itu ternyata ia mendapati jika pasien sudah sadarkan diri,dan segera memanggil dokter. Untung saja ayahnya segera datang""Ayahnya?" Tanya Pooh memastikan
"Ya,ayahnya begitu sibuk sehingga harus meninggalkan anaknya sendiri disini.aku merasa kasihan""Oh,begitu..."
"Apa kau masih mau bertanya lagi?"
"Tidak,terima kasih"
"Baik,aku permisi"Pooh mendekati pintu ruangan itu dan menatap Pavel yang masih terbaring lemah di dalam sana.
Bibir mungilnya tersenyum tapi matanya memanas dan selanjutnya adalah cairan bening yang jatuh membasahi wajahnya.
Pooh tidak tau apa kah saat ini ia harus senang atau sedih.
Hatinya bahagia ketika melihat Pavelnya sudah sadarkan diri tapi hati kecil nya yang lain merasa sedih ketika mengetahui jika setelah ini apa yang akan mereka hadapi bukanlah hal yang mudah.Udara mulai terasa lebih dingin,entah sudah jam berapa sekarang.
Pooh menghentikan langkahnya di persimpangan jalan dan menatap setapak kecil yang mengarah kerumah Pavel.
Lampu-lampu hias kecil yang ada di pagar tembok itu berkelap-kelip untuk sedikit mengurangi pekatnya malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Midnight: The Beginning Of The Truth (POOHPAVEL)
Spiritual"aku tau ini dosa. dan kau adalah dosa yang ingin kupertanggung jawabkan dihadapan Tuhan"