Rule-nya kayak kemarin, yaw. Tembus seratus komen baru up.
***
Orang-orang di sekitarnya seringkali mempertanyakan alasan Javas sudi bertahan dalam hubungan tak sehat. Hubungan dengan perasaan sepihak. Hubungan yang jelas ujungnya, bakal berpisah. Javas menyadari penuh jika bukan dirinya yang Arunika inginkan. Tidak banyak yang Javas beri sebagai balasan, Javas konsisten mengatakan; karena cinta. Tak lebih, tak kurang. Ia tidak panjang-panjang menjelaskan. Sebab meski alasan sebenarnya pelik, Javas memilih memendam, percuma juga dibeberkan—mereka tidak akan memahami. Javas akan diam di sana, memperhatikan sejauh mana dirinya dan Arunika hancur bersama. Nanti, lihat bibir siapa yang akhirnya minta berhenti. Untuk saat ini, Javas masih mampu menoleransi rasa sakit, masih betah berkotor-kotor di kubangan luka.
Memasuki unit apartemen Arunika, Javas menemukan perempuannya tergeletak pada karpet di sisi ranjang. Sebotol minuman beralkohol tampak nyaris tandas isinya. Kali ini apa lagi, Aru? Lelaki itu bertanya lelah kepada diri sendiri, perihal alasan Arunika sampai seperti ini. Masalah apa lagi yang membuat Arunika lewalahan?
Javas menggendong Arunika ke kasur. Dengan telaten lelaki itu melepas kaos kaki dan mengganti pakaian Arunika. Dilihat dari setelan baju cukup formal yang tersemat di tubuh si perempuan, Javas rasa sang kekasih sempat keluar apart sebelum menenggak minuman yang kini merenggut kesadarannya. Ia menarik selimut hingga ke pinggang Aru, lantas menjatuhkan tatap pada sebentuk wajah lugu itu. Lama, Javas menelisik rupa cantik yang berhasil memikatnya sejak dua tahun lalu. Ia nekat mencinta meski Aru sejak awal berterus terang bahwa kesediaannya menerima perjodohan adalah sebuah keterpaksaan. Kejujuran yang bikin Javas tak menaruh keseriusan dalam hubungan tersebut. Namun, di tahun kedua kebersamaan mereka, Arunika mendadak membuka diri, kerap kali jadi pihak pertama yang mendekat.
Di tahun kedua, kedekatan Javas dan Arunika tidak lagi sekadar formalitas. Mereka sepakat mencoba menerima satu sama lain. Banyak hari dilewati bersama, mengikis kian tipis jarak tak kasat mata. Di tahun kedua, si lelaki memutuskan jatuhkan hati. Lantaran pada diri perempuan itu, Javas temui banyak kesamaan dengan sang mama.
Sifat keibuan Arunika selalu berhasil membuat Javas merasa disayang saat mereka berdekatan. Di tahun kedua, Javas kira ia telah menemukan cinta. Namun, yang serius ternyata hanya dirinya. Arunika masih main-main. Bermain belakang dengan sepupu Javas, Madha. Terlanjur dalam rasa yang Javas punya, sehingga tak bisa begitu saja merelakan hubungannya. Javas tahu tingkah menyeleweng Aru itu disengaja supaya Javas yang lontar kata pisah. Sayangnya Aru tidak tahu, bahwa sekali seseorang mengambil kepercayaan Javas, maka Javas akan terus percaya. Mempercayai dalam kepura-puraan yang menghancurkan.
"Dhif ...."
Satu kata yang mengudara lirih dari bibir Arunika seketika menghantam kesadaran Javas. Ia bergeming dengan hati nelangsa menyaksikan Arunika merintih dalam ketidaksadarannya. Kepalang berdarah-darah, sekalian saja Javas membaringkan diri di sisi Arunika, memeluk raga yang tuang sedihnya pada tangisan memilukan. Javas memaksakan diri menyambut luka, mendengarkan racauan Arunika yang isinya tentang Nadhif semua. Ya, Javas tahu, hati perempuan ini masih mendamba seseorang di masa lalunya.
Javas kecup bahu Arunika sebelum membenamkan wajah pada ceruk lehernya. Berkata lembut, "I'm here, Love." Akan tetapi, lagi-lagi, bukan namanya yang dibisikkan Arunika kepada hampanya udara. "Part of me aches everytime I realize that you're here, so close yet so untouchable, Aru."
.
.
.
Sudah semingguan Nadhif melihat Binaya muram. Sudah coba ia tanya alasannya, tetapi perempuan itu tak memberikan balasan selain gelengan dan cengiran yang kentara terpaksa. Sudah semingguan juga Nadhif tidak menemukan batang hidung Sangga muncul di kafe, jadi Nadhif tak bisa mencari tahu lebih jauh. Akan tetapi, semesta sepertinya peka jika Nadhif khawatir kepada Binaya. Malam ini, tahu-tahu Sangga datang membawa kawan-kawannya yang berisik itu. Menempati meja dekat jendela di lantai dua. Nadhif yang kebetulan tidak sedang sibuk pun lantas naik, bergabung dengan orang-orang yang notabene adalah teman Nadhif juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Two Side
FanficTentang dua sisi, yang coba Binaya pahami. ⚠️Don't copy my story⚠️