21. Kerja Bagus

1.4K 257 111
                                    

Javas berjanji akan berusaha untuk menyembuhkan diri. Selama ini dia juga sudah berusaha untuk itu; ikuti terapi dan mengkonsumsi obat, tetapi tak terjadi banyak perubahan. Sangga masih di sana, bersembunyi di balik ilusi Javas, belakangan malah makin gencar muncul. Kondisi yang stuck di situ-situ saja tersebut mungkin akibat Javas yang sebenarnya tidak pernah benar-benar ingin pulih. Jadi meski upaya penyembuhan terus dilakukan dari sisi eksternal, pengaruhnya tidak signifikan lantaran sisi internal Javas tak memiliki tekad kuat. Namun, kali ini beda cerita. Adanya Binaya sukses menyulut ambisi Javas, mengokohkan niatan untuk menggapai kenormalan.

Javas telah memulai usahanya dengan melepaskan Arunika, mengakui pada diri jika menggenggam mawar penuh duri hanya membuat telapak tangan berdarah-darah. Lantas, selanjutnya giliran meluruskan masalah dengan sang mama. Badai yang selama ini Javas sandera di balik kebisuannya, bakal ia lepaskan di hadapan Tissa. Javas tidak berencana meledakkan emosi, hanya ingin berterus terang perihal apa yang dirasa. Mengakui bahwa Tissa hanyalah manusia yang tak luput dari berbuat salah. Namun, sebelum itu ada Jafran yang terlebih dulu ingin Javas temui. Ayahnya itu, juga mengetahui kelakuan bejat Tissa di masa lalu, tapi memilih berlapang dada dan memaafkan. Kebesaran hati tersebut, Javas perlu tau kiat-kiatnya.

Sesuai kesepakatan yang telah dibuat kemarin malam—Javas meminta sang ayah meluangkan waktu untuknya di sela-sela kesibukan—Jafran betulan menunggu di teras belakang. Duduk seorang diri di bawah naungan pohon berdaun rindang yang tumbuh di tepi kolam. Mata beliau menyorot kosong ikan koi warna-warni yang bergerak anggun dalam dekapan jernihnya air. Tempat asri itu adalah sudut favorit Jafran di rumah ini. Jika tengah butuh ketenangan, Jafran akan menyendiri di sana, menikmati gemericik air dan sejuknya embusan angin. Sejak dulu hingga kini, satu set kursi kayu yang terdiri atas satu meja dan empat kursi itu tak pernah sekalipun terisi semua.
Jafran, Tissa, dan Javas tidak pernah duduk bersama dalam satu waktu di situ selayaknya keluarga normal lain.

Ya, keluarga kecil yang Javas punya tidak harmonis. Ada jarak tidak kasat mata yang menyekat Tissa dan Jafran. Sejauh ingatan Javas bisa menjangkau, hubungan kedua orang tuanya sudah renggang jauh sebelum Tissa tak setia. Javas tak tahu alasannya. Akan tetapi hubungan dingin mereka berimbas pada Javas, ia jadi tak dekat dengan Jafran. Selain karena Jafran sibuk, Javas kecil enggan mendekat juga karena terlanjur terbiasa dengan ketidakhadiran Jafran di hidupnya.

Javas tumbuh dalam penjagaan Tissa sepenuhnya, mendapat kasih sayang yang berlimpah dari perempuan itu, jadi Javas pikir ia tidak butuh Jafran. Pemikiran yang Javas pelihara hingga ia dewasa, hingga terasa asing sosok Jafran baginya. Di rumah pun, ketika tidak sengaja berpapasan, nihil sapa.

Pertemuan di teras belakang sore ini bakal jadi pertemuan serius kedua untuk mereka. Yang pertama adalah tahun lalu, di tempat yang sama, saat Javas mentransfer uang miliaran ke rekening Jafran dan mengatakan jika uang tersebut merupakan pelunasan dari ayah Binaya. Tidak banyak tanya, Jafran mengiyakan. Sebab di momen tersebut Jafran amat membenci ayah Binaya atas kelakuan bejatnya dengan Tissa. Makanya ia langsung hengkang setelah Javas mengutarakan maksud, kendati beragam tanya menari-nari dalam kepalanya. Perihal uang, Javas mendapatkannya dari sang mama. Ia meminta tanpa menyertakan alasan mau dipakai untuk apa, tetapi Tissa memberikannya tanpa banyak tanya.

"Sehat, Jav?"

Adalah kata pertama yang didengar Javas pasca membawa diri tempati kursi di sisi meja, posisi Jafran di sisi lainnya. Mereka menghadap ke kolam yang airnya beriak kecil. Angin sore berembus, tiup helaian hitam yang jatuh menutupi kening dua lelaki itu.

"Sehat, Pa."

Jafran mengangguk samar, tersenyum tipis. Kakunya suasana begitu terasa, amat berbeda ketika Jafran bersama Sangga. Ya, sejak Javas menciptakan sisi lain dari dirinya sendiri, sejatinya Jafran sudah lebih akrab dengan sang anak. Dengan Sangga, tepatnya. Akan tetapi Sangga merupakan bagian dari Javas juga, 'kan? Ya, semula begitu, ia pikir membaiknya hubungan dengan Sangga berarti hubungannya dengan Javas turut serta rukun. Ternyata, ia keliru menduga. Jafran kira mereka sama, tetapi nyatanya amat berbeda. Ketika Jafran sudah mengajak Sangga ke mana-mana; memancing bersama, camping bersama, main golf bersama, dan masih banyak bersama lainnya—dengan Javas, ternyata Jafran masih sejauh dan seasing ini. Tak tersentuh.

[✓] Two SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang