08. MENOLONG MORA

141 12 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

"Ar, aku boleh tanya sama kamu gak?"

Arion menoleh, menatap Serra seraya mengangguk kecil. "Boleh, sayang. Kenapa harus minta izin?"

"Em.. Waktu Papa kamu meninggal, kok aku gak lihat Eyang di rumah kamu ya? Apa Eyang datangnya telat?" tanyanya hati-hati.

Laki-laki itu tersenyum tipis, namun tatapannya masih menatap ke arah depan. "Eyang gak dateng."

"Kenapa?"

"Eyang gak suka sama Bunda. Sama kayak aku dulu. Eyang masih gak terima kalo Papa nikah lagi sama Bunda di saat Mama baru aja pergi. Walaupun Papa udah jelasin ke Eyang, tapi Eyang tetap gak peduli, mangkanya sampai sekarang Eyang gak mau datang ke Jakarta lagi," jelas Arion.

Gadis itu mengangguk paham. Kasihan juga Bunda Rike, karena tidak di terima baik oleh keluarga besar Arion. Beruntungnya kekasihnya itu sudah mau menerima Bunda Rike. Setidaknya Bunda Rike tidak sendirian.

"Oh ya, kamu masih ingat pas waktu kamu peluk aku di Apartemen gak sih? Yang kamu lagi sakit itu," ucap Serra tiba-tiba. Arion cukup lama terdiam, mencoba untuk berpikir keras.

"Iya aku ingat, kenapa, hm?"

"Kamu tau gak? waktu itu kamu ngigau bilang "Maafin Arion, Ma", itu sebenarnya kamu lagi mimpi apa sih?" tanya Serra penasaran. Entah kenapa, tiba-tiba saja pikirannya kembali ke masa lalu.

Lagi, Arion harus kembali berpikir keras. Sebenarnya dia tidak ingat betul mimpi itu, dia hanya ingat dengan pelukannya saja.

"Aku lupa, sayang. Mungkin aku lagi kangen sama Mama, mangkanya waktu itu aku bawa kamu pergi jengukin Mama. Aku juga udah lama gak jenguk Mama," jelas Arion.

Serra mengangguk paham. Benar juga apa kata Arion, mungkin saja laki-laki itu sedang rindu dengan Mamanya, sehingga dalam mimpinya pun menyebut kata maaf, karena belum sempat mendatangi pemakaman Mamanya lagi untuk menjenguk.

Setelah mobil Arion berhenti tepat di depan rumah Serra, gadis itu segera turun yang di susul oleh Arion.

Kurang lebih dua jam perjalanan dari Bandung ke Jakarta, kini akhirnya mereka telah sampai sebelum hari mulai gelap. Mereka hanya main ke rumah Eyang sebentar saja, lalu di lanjut pergi ke pusat oleh-oleh untuk membelikan pesanan para sahabatnya.

Arion tersenyum manis menatap kekasihnya, lalu tatapannya beralih ke halaman rumah Serra.

"Kok Papa belum pulang?" Biasanya jam segini, mobil Marvin sudah terparkir di halaman rumahnya.

Tanpa menoleh ke belakang, gadis itu mengedikkan bahunya acuh. "Lagi pergi mungkin. Bagus deh, jadi aku gak perlu kasih alasan ke mereka, kenapa aku bisa pulang sesore ini."

"Kenapa emangnya?"

"Ya pasti mereka marah dong, karena kita udah bolos sekolah dan kabur ke Bandung."

"Enggak, kata siapa mereka marah?" Bukannya takut kena omel orang tua Serra, Arion justru terlihat santai. Bahkan Serra di buat heran melihatnya.

"Maksud kamu?"

"Emangnya aku berani bawa kamu pergi gitu aja tanpa minta izin ke Papa, Mama dulu?"

"Kamu minta izin ke mereka?" Arion mengangguk sekali.

"Kapan?"

"Tadi malam."

"Really?"

"Beneran, sayang." Arion bahkan di buat tertawa, karena melihat wajah kekasihnya itu yang cukup menggemaskan dengan raut terkejutnya.

SERION S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang