Semua Saudara

423 5 0
                                    

"Ooohhh... Minato...."

"Iya, Sayang... aku masuk..."

"Ehmm...,"

Wanita itu merem melek saat Minato mulai memasukinya. Dia bisa merasakan ganjalan di bagian selatan tubuhnya semakin memenuhi liang senggamanya. Dia bahkan menekan kepunyaan Minato, memastikan bahwa ini benar milik Minato yang ada didalamnya. Sesuatu yang sangat dia rindukan akhir-akhir ini.

"Ugh uft... ini sempit." Desah Minato.

"Ehm....," hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"Ibu... apakah ibu di dalam?"

Kedua orang yang sedang bergumul di ranjang itu terdiam. Sang wanita menjawab dengan suara bergetar,"Iya, Sayang. Ibu... err...ah... ibu sudah siap tidur."

Seseorang di depan pintu kamar menjawab. "Ibu, aku berangkat. Aku sudah bilang kalau malam ini aku kumpul dengan Naruto, Sakura dan Hinata."

"Ehm... iya...selamat senang-senang."

Dan anak itu pergi. Yang berada di dalam kamar mulai bergerak lagi. Mereka memuaskan kerinduan masing-masing. Hingga keduanya meledak dalam gairah dan sama-sama terkapar. Yang tersisa hanyalah nafas tersenggal dan tubuh yang penat. Keduanya saling berpelukan untuk merilis rasa lelah.

"Anak itu menggangu saja," kata pria yang dipanggil Minato.

"Dia adalah anak yang paling dekat denganku." Respon sang wanita.

"Ya, aku senang dia akrab dengan putraku."

Wanita itu menatap Minato sendu. "Aku berharap Itachi bisa menerima hubungan kita."

Minato mengelus wajahnya. "Aku akan berusaha mendekati putra-putramu. Agar kita bisa segera bersatu."

"Oh, Minato..."

Keduanya berpelukan. Kulit yang bergesekan membuat mereka on lagi. Panas suasana mendukung pergumulan yang lebih intim lagi.

Tak sadar bahwa suara keintiman itu terdengar hingga keluar kamar. Terdengar pula oleh seseorang yang baru saja pulang memasuki rumah. Seorang anak kuliahan semester awal yang bertanya-tanya suara apakah itu gerangan. Apalagi suara tawa ibunya terdengar di susul suara tawa pria yang tak dikenal. Pria itu menghampiri pintu kamar dan terkejut mendengar suara rintihan.

Takut terjadi sesuatu, pria itu membuka pintu. Yang berada dalam kamar tentu saja kalang kabut. Minato melepaskan diri dari sang wanita. Wanita itu menarik selimut untuk menutupi ketelanjangannya.

"Bangsaaat!"

Pria itu menyerang Minato. Wanita di atas ranjang menjerit  takut.

"Itachi, hentikan!" Teriak Minato.

"Kalian selingkuh!"

Pria yang dipanggil Itachi tetap gelap mata. Dia mendorong Minato sekuat tenaga. Minato jatuh terjengkang ke belakang. Lehernya membentur pinggir meja. Penyebab dia tewas seketika.

Deg!

Waktu seolah berhenti.

Itachi berdiri dan merasa ketakutan. Wanita itu terkesiap melihat kondisi Minato. Dia turun dari ranjang dan bersimpuh di samping Minato. Dia menggoyangkan tubuh Minato sambil memanggil namanya.

"Minato... Minato..."

Tidak ada respon.

"Minato... hiks... Minato..."

"Ini salahku..." itachi berguman bingung sambil mengamati telapak tangannya. "Dia... dia..."

"Huhuhu... Minato..."

"Ibu, aku... dia... ibu... ibu ...dia..."

"Dia ayahmu!"

Itachi tambah terkejut. "Apa? Tidak mungkin..." Dia menggelengkan kepalanya dan mundur ke belakang. Sementara wanita itu menangis lagi sambil memanggil-manggil nama Minato.

"Tidak... Ini... aku...membunuh..."

"Tidaaaakkkkk!" Wanita itu histeris.

Itachi  melarikan diri.

Sembilan bulan kemudian...

"Eeeeaaarrrkkkhhh!"

Wanita itu menjerit sekuatnya. Tangannya mencengkeram kepala ranjang walau borgol melingkari pergelangan tangannya. Apakah memang dia harus diborgol untuk saat ini? Memangnya dia bisa melarikan diri?

Sungguh hal bodoh mengingat kondisinya. Dia mengerang lagi. Sekali lagi mengejan kuat. Baju penjaranya sudah tersingkap ke atas, menampilkan kulit perut buncitnya yang mengkilap karena keringat. Kakinya mengangkang, menampakkan kewanitaannya yang berdarah. Badannya sudah sangat lepek. Dia kepayahan. Meneran lagi dengan nafas putus-putus.

"Eeeeennnnggghhh."

'Ya, terus, Nyonya. Sebentar lagi!"  Dokter penjara itu menyemangati.

Dia menggelengkan kepala, seolah tak sanggup lagi.

"Ayolah, Nyonya. Kasihan, bayinya."

Dia pun bangkit lagi untuk mengejan kuat.

"Eeeaaarrrkkkhh.."


Tiga belas tahun kemudian...

Itachi berjongkok di depan batu nisan. Nama Uchiha Mikoto terpampang di depannya. Satu satunya nisan keluarganya yang berada di luar komplek pemakaman keluarga Uchiha. Dia mengelus nisan itu, matanya berkaca-kaca. Kata maaf dia gumamkan berkali-kali.

Kata yang juga selalu dia katakan pada Mikoto tiga belas tahun yang lalu saat wanita itu menghadapi sidang tuntutan atas kasus pembunuhan kekasihnya. Bahkan Ibunya sedang mengandung saat itu namun dia menutupi perbuatan Itachi. Mengatakan bahwa dialah yang membunuh kekasihnya itu. Itachi baru datang setelah kejadian dan melarikan diri karena takut. Wanita itu tegar berkata seperti itu hingga kelahiran anaknya tiba dan merenggut nyawanya.

"Kakak,"

Seseorang di belakangnya memanggil. Remaja putra usia sekitar tiga belasan dengan kulit tan, rambut hitam dan mata  biru. Itachi mengenal suara itu, dia menoleh, melambai pada adiknya dan menyuruhnya berjongkok di sampingnya.

"Beri salam pada Ibu."

Remaja itu menurut.

"Ibu, ini Menma. Ibu tahu, tidak? Menma lulus sekolah dasar. Nilai Menma paling bagus. Itu karena selalu dibelajari kak Itachi. Ibu, tapi kak Sasuke selalu membentakku. Dia sepertinya benci padaku."

"Sasuke tidak benci, Menma. Kau hanya mengada-ada. Ayo, kita berdoa untuk ibu."

Keduanya langsung berdoa. 

Selepas itu, mereka mengucapkan selamat tinggal dan melangkah untuk pulang. Di jarak seratus meter, mereka melihat seorang pemuda berambut blonde tampak sedang menjiarahi sebuah makam juga.

Mata ketiganya saling bersitatap sejenak. Pemuda itu membuang muka setelah melihat wajah Menma, wajah yang sedikit mirip dengannya. Itachi mengelus kepala Menma dan menyapa.

"Apa kabar, Naruto?"

Pria itu tidak menggubris malah pergi begitu saja.

Itachi mendesah. Dia menoleh pada Menma dan berkata, "Ayo, kita pulang."

Mereka melewati batu nisan yang tadinya diziarahi oleh Naruto. Dua batu nisan yang bersebelahan dengan nisan yang tertulis nama seorang wanita.

Namikaze Minato.

Nama yang tertulis di sana.

The End

Chast :

Minato
Mikoto
Itachi
Sasuke
Menma
Naruto

ForbidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang