"Aush, kenapa kau masih memakai kimono di pantai? Sepertinya penampilanmu harus kuupgrade." Kata Kushina kesal.Dia dan Hiashi sedang berjalan-jalan di pantai. Liburan tipis-tipis di hari Sabtu dan Minggu. Melarikan diri dari rutinitas serta anak-anak mereka.
Hiashi hanya tersenyum,"Ini adalah kewajiban pewaris bangsawan Hyuga untuk memegang teguh tradisi. Semua Hyuga harus memakai kimono di tiap kesempatan."
"Hinata tidak pakai?"
Hiashi mendesah,"Itu karena dia sudah terpengaruh dengan suami brengseknya."
"Hei, suami brengseknya adalah putraku."
Hiashi terkekeh. "Ya, sayangnya begitu."
"Untung saja aku dulu tak jadi istrimu sehingga aku tidak harus pakai kimono. Ngomong-ngomong, kau tidak keberatan kan... jika aku pakai bikini begini?"
"Tidak apa. Itu terserah kamu. Lagipula kau bukan pewaris Hyuga," kata Hiashi.
Kushina tersenyum licik. Lengannya melingkari leher Hiashi lalu mencium bibirnya,"Jadikan aku pewaris jika begitu."
"Kau bilang tidak ingin pakai kimono."
"Diamlah," Kushina masih saja memancing ciuman Hiashi. Hiashi terpancing dan keduanya semakin panas.
"Masih siang, apakah kita harus melakukannya?" Tanya Hiashi megap-megap karena nafsu tak terbendung.
"Menurutmu?"
Kushina mencengkeram kerah Hiashi. Tubuhnya sudah 'on' dan keduanya berciuman kembali. Pasir berterbangan karena pergumulan tubuh mereka. Kimono Hiashi menjadi alas. Mereka berguling-guling seiring dengan dekapan erat dan saling meraba untuk menaikkan gairah masing-masing.
Kushina memekik karena saat posisinya terbalik di bawah namun bersamaan rasa nyeri di bagian selatan tubuhnya. Hiashi ternyata telah memasukinya. Tubuhnya seketika terhentak-hentak diiringi keluar masuknya Hiashi di bagian selatan tubuhnya. Jemarinya mencengkeram erat punggung Hiashi. Dia mengejan, mengeluarkan hasratnya yang tertahan. Dan akhirnya keduanya terengah-engah saat kepuasan batiniah itu merilis.
Mereka berbaring dan mengatur nafas. Payudara Kushina sudah keluar dari branya. Hiashi pun tak lebih baik. Keduanya dalam posisi yang erotis. Namun tak akan ada yang tahu karena pulau ini adalah pulau
pribadi milik klan Hyuga."Indah sekali," desah Kushina.
"Ya, benar. Langit yang indah."
Kushina memiringkan tubuhnya lalu mengelus dada Hiashi. "Perasaanku yang indah sehingga apa pun terlihat indah di mataku. Katakan padaku, Hiashi, Apakah kau bahagia dengan perasaan kita?"
Kushina telungkup di dada Hiashi. Tak ayal payudaranya menekan dada Hiashi.