Hati Shion semakin berbunga-bunga. Perasaan bahagia menelusup di hatinya saat mereka beranjak tidur. Tidak ada pertengkaran seperti sebelumnya. Kensi bahkan sudah mulai menerima tinggal bersama mereka. Shion berdiri di samping ranjang saat Naruto membantu mencopot jubah tidurnya. Dia duduk dan berbaring hati-hati dengan dituntun Naruto. Dia mengambil posisi miring dan Naruto meletakkan bantal di belakang punggungnya. Dia merasa nyaman dan berkata,"Terima kasih, nyaman sekali."
Naruto tersenyum. Dia berjalan memutari ranjang lalu berbaring di samping Shion. Mereka saling berpegangan tangan.
"Hari ini sangat indah," kata Shion.
"Ya."
"Aku nyaman bersama anak-anakmu dan Hinata. Kau juga bahagia, kan?"
Naruto mengecup dahi Shion. "sangat. Terima kasih telah menginisiasi pertemuan ini."
Shion tersenyum. "Aku senang kau bahagia. Kensi juga sangat menikmati hari ini. Semoga dia krasan bersama kita."
"Tentu, Shion."
"Oh, ya. Aku tidak bisa terus ke Fijiglass. Tapi... aku ingin selalu makan masakan dari sana. Terutama masakan Himawari. Aku ingin dibawakan masakan dari sana setiap pulang. Kau yang harus ke sana untuk mengambilnya."
"Kau bisa menyuruh sopir, Shion. Aku bisa saja terlalu sibuk di toko."
"Kenapa kalimatmu seperti Hinata? Dia juga bilang kalau aku bisa menyuruh sopir alih-alih dirimu. Wah, kau sehati dengannya, rupanya."
"Bukan begitu,Shion. Lagi pula itu logis. Kau memang bisa menyuruh sopir."
"Kalau aku ngidamnya seperti itu, terus bagaimana?"
"Oh, kau ngidam. Baiklah kalau begitu. Apa pun akan kulakukan demi istriku yang sedang ngidam." Kata Naruto sambil memeluk Shion.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shion tertawa geli,"Syukurlah kau mengerti. Kau harus menurutinya supaya anak kita tidak ileran."
"Oke, aku juga tidak mau anakku ileran."
"Kata-katamu mirip Hinata lagi."
"Oh ya? Yang mana?"
"Dia bilang tidak ingin adik dari anak-anaknya ileran. Kalian memang satu hati."
Naruto terbahak,"Kau bisa saja, Shion. Pokoknya apa pun aku lakukan untukmu. Kesejahteraanmu dan anak kita yang utama."
Wajah Shion berubah sendu. "Kau selalu romantis setiap aku hamil. Maafkan aku karena tiga kali keguguran yang lalu. Aku bersyukur kehamilan ini bisa bertahan sejauh ini."
"Kita berusaha mempertahankannya, Shion."
"Waktu dengan Hinata atau Saara dulu... apakah kau juga seromantis ini waktu mereka hamil?"
"Kenapa kau tanyakan itu, Shion?"
"Jawab saja, Naruto?"
Naruto berubah gamang,"Waktu Hinata mengandung Boruto... aku... aku bahkan tidak tahu dia mengandung anakku. Aku bertemu dengan Boruto saat usianya hampir empat tahun."