"Selamat pagi, semuanya." Sapa Iruka, guru sekaligus wakil kepala sekolah Konoha.
"Pagi," jawab yang lainnya.
"Apakah bapak kepala sekolah sudah hadir?"
"Pak Umino, Tadi bapak kepala sekolah berpesan bahwa rapat dipimpin oleh anda saja jika beliau belum hadir." Jawab Aburame Shino, salah satu guru di sekolah itu.
"Baiklah, kita mulai rapatnya. Tidak perlu sambutan, kita langsung saja untuk agenda pembahasan kurikulum baru."
Iruka mulai menerangkan rencananya. Semua guru mendengarkan dan memperhatikan. Ada tambahan dan juga sanggahan namun Iruka masih tetap bisa menghandle situasi. Wibawanya begitu kentara dan membuat para guru lain, terutama yang bergender perempuan semakin terkesima.
"Wah, pak guru Iruka memang punya pesona sendiri," Anko Mitarasi, salah satu guru sekaligus fans Iruka tak sadar berseloroh. Kedua telapak tangannya menopang ke pipi laksana kasmaran.
Shino yang duduk disampingnya mengingatkan,"Perhatikan isi pesannya, jangan orangnya."
Anko melirik sengit,"Diam, kau. Ganggu orang mimpi saja."
Shino jadi bersungut-sungut,"Dasar gembul."
Anko semakin kesal,"Apa kau bilang?"
Tak sadar Anko berdiri dan hendak memukul Shino.
"Ya, Bu Guru Anko. Ada apa, ya?" Iruka malah salah paham. Dikiranya Anko tidak setuju dengan idenya.
"Eh, maaf, Pak. Tidak ada apa-apa." Anko pun nyegir.
"Hoek!" Tiba-tiba terdengar suara itu. Semua menatap ke arah sumber suara. Dan Kurenai buru-buru keluar dari ruang rapat sambil menutupi mulutnya.
Semua saling pandang heran.
---*---
"Apakah pak kepala sekolah sudah datang?" Tanya Kurenai.
Iruka menatapnya sebentar lalu kembali menulis di buku agendanya. "Belum. Sebenarnya ada apa? Kau mondar-mandir sedari tadi untuk melihatnya. Duduk saja dulu."
Kurenai duduk di kursi yang dipersilahkan oleh Iruka. "Apakah dia menjilat ketua yayasan untuk dijadikan kepala sekolah lagi?"
"Sepertinya begitu."
"Seharusnya kau yang jadi kepala sekolah. Bukan dia."
"Ah, aku merasa belum pantas untuk jabatan itu. Katakan, ada perlu apa menemuinya?"
"Aku... aku mau resign."
"Resign? Kenapa?"
Kurenai mengelus perutnya. Iruka menatap itu dan matanya mulai menyendu.
"Selamat, ya."
Kurenai mengangguk. "Pengawal Tuan Sarutobi sudah menunggu dari tadi. Iruka, bisa aku titipkan surat pengunduran diri padamu? Serahkan pada pak kepala sekolah jika dia hadir nanti."
Iruka mengangguk lemah. Kurenai menyerahkan surat pengunduran dirinya. Wanita itu berterima-kasih lalu undur diri. Tinggallah Iruka dengan hati yang nelangsa. Cintanya yang terpendam pada Kurenai harus hancur sebelum dimulai. Tinggallah sisa siang itu diisi oleh Iruka dengan menata hatinya.
Hatinya masih gundah di sore hari. Hingga dia harus berjalan-jalan di pantai untuk menenangkan diri. Sebotol bir menemaninya ketika dia duduk di pantai. Entah berapa botol yang sudah ditenggaknya, namun di saat ini hanya ada sebotol di sampingnya. Langit senja membuat hatinya agak tenang. Dan kemudian siluet tubuh seseorang mengalihkan perhatiannya.
Iruka menatap orang itu. Begitu juga orang itu. Dia melemparkan senyum. Dan anehnya orang itu mendekatinya lalu duduk di sebelahnya.
"Boleh gabung?"